Memahami Makna #EmbraceEquity Sebagai Tema International Women's Day 2023: Setara Bukan Berarti Sama

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Rabu, 08 Mar 2023 07:30 WIB
International Women's Day/Foto: www.internationalwomensday.com

Masyarakat di seluruh dunia kembali menyambut International Women’s Day (IWD) 2023 atau Hari Perempuan Internasional, yang jatuh setiap 8 Maret. Tanggal ini menjadi momen penting sebagai perayaan sekaligus reminder tentang perjuangan panjang perempuan meraih kesetaraan gender. Kali ini, perayaan Hari Perempuan Internasional mengambil tema yang cukup unik, yaitu #EmbraceEquity.

Jika diperhatikan, tema ini sedikit berbeda dengan istilah gender equality yang selama ini digunakan para aktivis perempuan. Namun ternyata ada makna mendalam di balik pemilihan kata equity sebagai tema tahun ini.

Lalu apa arti #EmbraceEquity dan bagaimana pengaruhnya dalam perjuangan mencapai kesetaraan gender? Berikut penjelasannya menurut laman International Women’s Day!

Equality vs Equity


Equality vs Equity/Foto: www.internationalwomensday.com

Gender equality adalah istilah bahasa Inggris yang selama ini digunakan terkait pandangan bahwa semua orang berhak menerima perlakuan setara dan tanpa diskriminasi berbasis jenis kelamin. Sementara equity selama ini dianggap  sebagai sinonim dan sering digunakan bergantian dengan equality dalam bahasa sehari-hari.

Meski demikian, situs International Women’s Day memaparkan bahwa secara etimologi keduanya memiliki konsep berbeda, berikut penjelasannya:

  • Equality (ekuitas) adalah kondisi di mana masing-masing individu atau kelompok mendapat sumber daya atau kesempatan yang sama.
  • Equity (ekuitas) adalah pemahaman bahwa masing-masing orang memiliki kondisi yang berbeda, sehingga harus mendapat sumber daya dan kesempatan yang sesuai demi mencapai hasil yang setara.

Analogi


Tamara Makoni/Foto: YouTube.com/Kazuri Consulting

Terkait konsep di atas, YouTuber asal Belgia bernama Tamara Makoni memberikan penjelasan melalui sebuah analogi. Dalam unggahannya, dia mengambil contoh tentang bagaimana memberi makan pada dua bayi yang sama-sama sedang lapar. Ibu mereka berencana memberikan buah apel, namun kemudian teringat bahwa salah satu dari bayi itu punya alergi apel.

Sang ibu kemudian memberikan apel pada anak pertama dan pisang pada anak lain yang memiliki alergi apel. Pada akhirnya keduanya bisa merasa kenyang dengan cara yang berbeda. Konsep inilah yang disebut sebagai ekuitas, di mana setiap individu atau kelompok tidak harus mendapatkan hal yang persis sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Berbeda halnya ketika ibu menerapkan konsep ekualitas dan tetap memberikan apel pada kedua anak. Dia melakukannya dengan alasan harus berbuat adil dan setara, namun pada akhirnya salah satu dari bayi tersebut justru tidak mendapat hasil yang sesuai karena kondisinya berbeda dengan bayi pertama.

(naq/naq)