Memahami Makna 'September Hitam' yang Beredar di Media Sosial, Apa Itu?

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Jumat, 06 Sep 2024 17:00 WIB
Tragedi Tanjung Priok
Keluarga Korban Tanjung Priok /Foto: CNN Indonesia/Feybien Ramayanti

'September Hitam' mendadak banyak dibincangkan di media sosial pada bulan September ini. Tidak sedikit pengguna media sosial, khususnya X, yang mengingatkan warga Indonesia untuk terus mengingat sejarah kelam mengenai kejahatan HAM yang terjadi di Tanah Air melalui istilah tersebut. 

Sebenarnya, apa makna dari 'September Hitam'? Apakah memang berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia?

Makna 'September Hitam' yang Wajib Kamu Ketahui

Aksi Kamisan di Bandung Mengenai 'September Hitam' pada tahun 2021 /Foto: CNN Indonesia/Huyogo

Mengutip detikjabar, 'September Hitam' bermakna peringatan terhadap peristiwa kelam yang terjadi di sepanjang bulan September di Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi bertahun-tahun yang lalu, tetapi masih meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga korban. 

Kata 'September' merujuk kepada nama bulan di mana peristiwa kejahatan HAM itu terjadi. Sedangkan, 'hitam' adalah sebuah warna yang sering diasosiasikan dengan makna kelam, sedih, dan berduka. 

Dari tahun 1965 hingga saat ini, terdapat beberapa peristiwa kelam yang terjadi di sepanjang bulan September. Seperti Peristiwa 1965 atau G30S, Tragedi Semanggi II, Tragedi Tanjung Priok, Pembunuhan Munir, dan lain sebagainya. 

 

Peristiwa 1965 atau G30S

Monumen Pancasila Sakti /Foto: detikcom/Ruly Kurniawan

G30S adalah peristiwa pembunuhan jenderal dan anggota TNI Angkatan Darat yang diduga dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tanggal 30 September 1965. Tujuh TNI AD diculik, dibunuh, dan dibuang di Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

Mengutip CNN Indonesia, tujuan dari pembunuhan pimpinan TNI AD itu adalah untuk menggulingkan pemerintahan era Soekarno. PKI juga disinyalir ingin mengganti ideologi sesuai dengan kemauan mereka. Ada pula faktor ketegangan PKI dengan TNI AD. 

Setelah peristiwa tersebut, terjadi pembantaian massal anggota dan simpatisan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965-1966. Hingga saat ini, kejelasan dari sejarah kelam itu belum sepenuhnya terungkap.

Tragedi Tanjung Priok

Keluarga Korban Tanjung Priok /Foto: CNN Indonesia/Feybien Ramayanti

Tragedi Tanjung Priok terjadi pada tanggal 12 September 1984. Tragedi ini bermula saat Bintara Pembina Desa (Babinsa) menyuruh warga Tanjung Priok untuk melepas atribut yang tidak sesuai dengan amalan Pancasila. 

Hal itu tidak dilakukan oleh warga Muslim setempat dan membuat Babinsa mencopot atribut-atribut secara paksa. Namun, warga dibuat marah dengan kelakuan Babinsa yang tidak menghormati masjid, yakni tidak mencopot sepatu saat masuk ke tempat suci tersebut.

Setelah itu, terjadi ketegangan antara Babinsa dan warga Muslim di sana. Aparat keamanan melakukan penembakan kepada warga dan menyebabkan 24 orang tewas serta 55 luka-luka, dikutip dari CNN Indonesia. Lagi-lagi, jumlah korban yang pasti belum terungkap hingga peristiwa ini berusia 40 tahun pada tahun ini.

Tragedi Semanggi II

Ibu Sumarsih dalam Aksi Kamisan ke-805 dengan Payung Bertuliskan 'Usut Tuntas Kasus Tragedi Semanggi II' /Foto: CNN Indonesia/Adi Ibrahim

Tragedi Semanggi II adalah peristiwa pertumpahan darah yang terjadi di jembatan Semanggi pada tanggal 24 hingga 28 September 1999. Kala itu, mahasiswa, buruh, aktivis, dan masyarakat lainnya turun ke jalan untuk mengecam RUU PKB (Penanggulangan Keadaan Bahaya) dan pencabutan dwifungsi ABRI/TNI. 

Pembunuhan Munir

Aksi Kamisan /Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino

Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM yang dibunuh di pesawat saat perjalanan menuju ke Belanda untuk melanjutkan studi. Nyawanya direnggut dengan cara diracun dengan arsenik pada tanggal 7 September 2004. 

Pelaku pembunuhan Munir, Pollycarpus, memang telah dihukum penjara selama 14 tahun. Namun, aktor intelektual atau otak pembunuhan masih menjadi misteri. Selain itu, banyak kejanggalan yang ada dalam kasus pembunuhan Munir. 

Selain empat peristiwa di atas, ada juga kasus pelanggaran HAM lainnya yang tidak boleh kita lupakan. Ada Pembunuhan Salim Kancil (26 September 2015), Aksi Demonstrasi Reformasi Dikorupsi (23-30 September 2019), dan Penembakan Pendeta Yeremia (19 September 2020). 

Itulah arti dari 'September Hitam' yang erat dengan kasus kejahatan HAM di Indonesia. Mengutip Wiji Thukul, "Hanya ada satu kata: Lawan!".

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.