Mengenal 5 Tanda Toxic Positivity yang Harus Diwaspadai

Florence Febriani Susanto | Beautynesia
Sabtu, 21 Dec 2024 19:30 WIB
Memberi Semangat kepada Orang Lain Sembari Meremehkan
Memberi Semangat Kepada Orang Lain Sembari Meremehkan/Foto: Freepik

Tanda toxic positivity sering kali tidak kita sadari. Padahal, efeknya bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Apa itu toxic positivity? Singkatnya, ini adalah bentuk tekanan untuk selalu berpikir positif, bahkan saat situasi tidak mendukung. Alih-alih membantu, kebiasaan ini justru menekan emosi yang seharusnya diungkapkan. 

Yuk, cari tahu apa saja ciri-cirinya dan bagaimana cara menghindarinya!

 

Mengabaikan Masalah daripada Menghadapinya

Mengabaikan Masalah Daripada Menghadapinya/Foto: Freepik

Kamu sering pura-pura tidak ada masalah? Ini tanda seseorang mengalami toxic positivity. Banyak orang memilih menghindari masalah daripada menghadapinya. Mungkin kamu merasa bahwa berpikir positif saja cukup untuk menyelesaikan semuanya.

Sayangnya, mengabaikan masalah tidak akan membuatnya hilang. Masalah yang tidak diselesaikan malah akan menumpuk dan membuat kamu semakin stres. Terkadang, mengakui bahwa kamu sedang menghadapi kesulitan adalah langkah awal untuk menemukan solusi.

Jangan takut menghadapi kenyataan. Jika situasi terasa sulit, tidak apa-apa untuk minta bantuan. Menghadapi masalah dengan jujur jauh lebih baik daripada terus menutupinya.

Sering Menyembunyikan Perasaan Sebenarnya

Sering Menyembunyikan Perasaan Sebenarnya/Foto: Freepik

Kamu pernah memaksa diri untuk tersenyum saat sedang sedih? Ini juga termasuk ciri toxic positivity. Menyembunyikan perasaan sebenarnya hanya akan membuat kamu merasa lelah secara emosional.

Toxic positivity membuat seseorang merasa harus terlihat bahagia di depan orang lain. Akibatnya, emosi negatif seperti sedih atau marah ditekan. Padahal, mengungkapkan emosi adalah bagian penting dari menjaga kesehatan mental.

Cobalah lebih jujur terhadap dirimu sendiri. Kalau kamu sedang tidak baik-baik saja, tidak apa-apa untuk mengakuinya. Membiarkan diri merasakan emosi negatif adalah bagian dari proses penyembuhan.

Merasa Bersalah Ketika Mengungkapkan Emosi Negatif

Merasa Bersalah Ketika Mengungkapkan Emosi Negatif/Foto: Freepik

Tanda seseorang mengalami toxic positivity yang lain adalah merasa bersalah saat mengungkapkan emosi negatif. Apakah kamu sering berpikir, “Aku tidak boleh sedih, harus tetap positif”? Jika iya, ini tanda kamu terlalu menekan diri sendiri.

Perasaan bersalah ini biasanya muncul karena adanya stigma bahwa emosi negatif itu buruk. Padahal, setiap emosi memiliki perannya masing-masing. Menangis saat sedih atau marah saat kecewa adalah hal yang sangat manusiawi.

Belajarlah untuk menerima emosi negatif sebagai bagian dari hidup. Tidak perlu merasa bersalah hanya karena kamu tidak selalu bahagia. Ingat, menjadi manusia berarti memiliki berbagai macam perasaan.

Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain/Foto: Freepik

Membandingkan diri dengan orang lain juga merupakan ciri toxic positivity. Kamu mungkin berpikir, “Dia saja bisa tetap positif, kenapa aku tidak bisa?” Pikiran seperti ini justru menambah masalah dan membuat kamu semakin tertekan.

Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Apa yang terlihat di media sosial belum tentu mencerminkan kenyataan. Membandingkan dirimu dengan orang lain hanya akan membuat kamu merasa kurang dan tidak cukup baik.

Daripada terus membandingkan, fokuslah pada dirimu sendiri. Rayakan pencapaian kecilmu dan berikan apresiasi pada diri sendiri. Hidup bukan tentang menjadi lebih baik dari orang lain, tapi menjadi versi terbaik dirimu.

Memberi Semangat kepada Orang Lain Sembari Meremehkan

Memberi Semangat Kepada Orang Lain Sembari Meremehkan/Foto: Freepik

Kamu sering berkata, “Udah, jangan dipikirin. Semua akan baik-baik saja”? Kalimat ini sekilas terlihat positif, tapi bisa meremehkan perasaan orang lain. Ini juga termasuk tanda toxic positivity yang sering tidak disadari.

Memberi semangat memang hal baik, tapi pastikan caramu benar. Jangan sampai niat baikmu malah membuat orang lain merasa diabaikan! Misalnya, seseorang menceritakan masalahnya, tapi kamu malah menyuruh mereka untuk "bersyukur saja".

Cobalah menjadi pendengar yang baik. Kadang, orang tidak butuh solusi, hanya butuh didengar. Jangan lupa, validasi perasaan mereka sebelum memberi semangat. Dengan begitu, kamu benar-benar bisa membantu, bukan meremehkan.

Tanda toxic positivity sering kali hadir dalam kehidupan kita tanpa disadari. Mulai sekarang, yuk, berhenti memaksakan diri untuk selalu positif. Terima semua emosi yang kamu rasakan, baik itu sedih, marah, atau kecewa. Ingat, kamu harus selalu jujur pada dirimu sendiri, ya!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.