Mengenal Hoovering, Taktik Manipulasi Pelaku KDRT untuk Menjerat Korban Bertahan di Hubungan Toksik
Beauties, pernahkah kamu mendengar istilah hoovering? Hoovering merupakan istilah yang berasal dari kata benda yakni hoover, penarik debu atau mesin vacuum cleaner. Lalu, apa hubungan antara hoover/hoovering dalam kekerasan finansial di hubungan rumah tangga?
Hoovering merupakan upaya pelaku kekerasan untuk mempengaruhi korban kekerasan agar kembali kepada hubungan yang beracun. Sebagaimana diungkapkan oleh Steven Lampley dalam artikelnya yang berjudul “Hoovering and the Narcissistic Victim: How abusive narcissists lure victims back”, yang dimuat pada laman Psychology Today, hoovering merupakan taktik manipulasi yang dapat dikategorikan sebagai kekerasan emosional yang umumnya dilakukan oleh individu yang memiliki kecenderungan berkepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD).
![]() Hoovering Merupakan Taktik Manipulasi Pelaku Kekerasan dalam Rumah Tangga untuk Menjerat Korbannya Kembali pada Hubungan Penuh Kekerasan/Foto: Freepik.com |
Hoovering biasanya terjadi setelah korban memutuskan untuk meninggalkan hubungan penuh kekerasan dengan pelaku. Dalam persoalan kekerasan dalam rumah tangga, biasanya korban sudah sadar akan kondisi kekerasan finansial domestik yang dialaminya, mulai dari ketidakmampuannya mengakses kebutuhan dasar, anak-anak yang menjadi terlantar kebutuhan dasar dan pendidikannya, serta keluarga yang rentan sebagai sasaran penelantaran.
Perilaku taktik manipulatif hoovering pada persoalan kekerasan finansial domestik memiliki tahap-tahap tertentu. Tahap-tahapnya sebagai berikut:
1. Taktik Manipulasi Love Bombing
Ilustrasi/Foto: Freepik/Tirachardz |
Ketika korban menyerah dengan hubungan rumah tangga yang penuh kekerasan, korban akan memutuskan pergi dan mengakhiri hubungan.
Namun, pelaku kekerasan yang manipulatif menggunakan taktik hoovering mendadak mengubah perilaku secara spontan, seperti menunjukkan sikap yang baik. Misalnya, berjanji akan berubah, salah satunya dengan memenuhi kebutuhan keluarga lebih baik, berjanji melibatkan pasangan dalam pengambilan keputusan keuangan keluarga, berjanji memberikan dana yang cukup bahkan lebih untuk keluarga jika korban mengurungkan niatnya untuk meninggalkan pelaku.
2. Menyerang Harga Diri (Self-Esteem) Korban
Ilustrasi/Foto: Pexels.com/Timur Weber |
Jika tahap pertama tidak berhasil, maka pelaku kekerasan akan menggunakan cara kedua, yakni melakukan intimidasi dalam bentuk kekerasan verbal yang menyerang harga diri atau self-esteem korban. Pelaku kekerasan akan memengaruhi korban bahwa korban tidak akan mampu bertahan hidup jika memutuskan untuk pergi meninggalkan hubungan tersebut.
Pelaku akan menyoroti dampak dari kekerasan yang sengaja ia lakukan kepada korban. Misalnya korban tidak akan mampu memenuhi kebutuhan finansial secara mandiri, terancam menjadi homeless (tuna wisma), dan terancam jatuh ke jurang kemiskinan.
Bagi pasangan yang telah menikah dan memiliki anak, pelaku kekerasan tidak akan segan membawa isu persoalan anak pada upaya proses hoovering. Contohnya seperti meyakinkan korban bahwa perpisahan merupakan keputusan egois untuk anak-anak, anak-anak akan terlantar dan pelaku meyakinkan bahwa dirinya hanya menginginkan yang terbaik untuk hubungan dan keluarga mereka.
Mengenal Hoovering, Taktik Manipulasi Pelaku KDRT untuk Menjerat Korban Bertahan di Hubungan Toksik
Mengenal Hoovering, Taktik Manipulasi Pelaku KDRT untuk Menjerat Korban Bertahan di Hubungan Toksik/Foto: pexels.com/ Timur Weber
3. Menyerang Kapasitas Diri (Self-Worth) Korban
Jika langkah kedua tetap tidak dapat menghentikan korban kekerasan untuk tidak meninggalkan hubungan penuh kekerasan tersebut, maka pelaku selanjutnya akan menyerang self-worth korban seperti konsep harga diri individu dalam memandang dirinya sebagai individu yang cakap, berharga, dan berhasil.
Pelaku akan menyerang korban tentang status pekerjaan, menyerang korban dengan meragukan kapasitas intelektual, kapasitas sebagai individu dan kapasitas sebagai orang tua bagi anak-anak.
Ilustrasi/Foto: Unsplash.com/javaistan |
Tak jarang pada langkah ketiga ini, pelaku meyakinkan korban bahwa semua orang juga berpikir bahwa korban memiliki masalah pada kapasitas-kapasitas tersebut di atas agar korban meragukan kemampuan dan kapasitas individualitasnya. Akhirnya, korban kehilangan kepercayaan diri atas self-worth dirinya sehingga takut keluar menuju kondisi bebas dari kekerasan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan.
Hoovering dapat terjadi selama bertahun-tahun setelah korban tetap memutuskan pergi meninggalkan pelaku kekerasan. Oleh karena itu, penting memitigasi perilaku hoovering dari pelaku kekerasan yang bertujuan untuk menjerat kembali korban dalam lingkaran kekerasan domestik yang dilakukan pelaku untuk mengontrol dan mempengaruhi kehidupan korban.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

Ilustrasi/Foto: Freepik/Tirachardz
Ilustrasi/Foto: Pexels.com/Timur Weber
Ilustrasi/Foto: Unsplash.com/javaistan