Mengenal Savior Complex, Kecenderungan untuk Selalu Menyelamatkan Orang Lain
Apakah Beauties pernah merasa harus menolong orang lain dan merasa lega jika bisa membantu mereka? Jika ya, kamu mungkin memiliki rasa kepedulian dan kepekaan yang tinggi.
Namun, bagaimana jika orang tersebut tidak memerlukan pertolongan? Apakah Beauties akan menerimanya? Atau mungkin Beauties bersikukuh tetap menolong dengan dalih bahwa Beauties tahu solusi terbaik dalam menangani permasalahan mereka, hingga menghabiskan banyak energi untuk menolong?
Well, hati-hati, Beauties! Ini bisa jadi merupakan tanda dari savior complex, lho! Apa itu? Ini dia penjelasan lengkapnya menurut laman Healthline!
Apa Itu Savior Complex?
Ilustrasi/Foto: Freepik
Menurut Dr. Maury Joseph, seorang psikolog dari Washington D.C, memiliki kecenderungan menjadi penyelamat orang lain bisa melibatkan suatu fantasi bahwa hanya Beauties seorang yang bisa membuat segalanya menjadi lebih baik. Jadi, Beauties benar-benar percaya bahwa menyelamatkan orang lain adalah tujuan hidup, merasa senang dengan diri sendiri saat bisa membantu seseorang, padahal belum tentu orang tersebut senang untuk dibantu.
Berikut tanda-tanda dari savior complex.
1. Sangat Berempati terhadap Kerapuhan Orang Lain
Ilustrasi/Foto: Freepik/kroshka__nastya
Beauties mungkin sering merasa berempati terhadap orang-orang yang mengalami masalah besar dalam hidup. Hal ini dapat terjadi karena Beauties memiliki pengalaman dan rasa sakit yang serupa, sehingga lebih berempati terhadap orang lain dan ingin menghilangkan rasa sakit itu dari mereka.
2. Berusaha Mengubah Orang Lain
Ilustrasi/Foto: Freepik/cookie_studio
Tanda savior complex yang kedua adalah berpikir bahwa Beauties tahu yang terbaik untuk seseorang. Misalnya, Beauties merasa si A akan lebih berkembang jika dia mencoba hobi baru, rutinitas baru, atau merubah kebiasaan tertentu. Hal ini malah terkesan mengatur hidup orang lain, bukan?
Padahal, seseorang harus berubah atas kemauannya sendiri. Jika Beauties fokus mencoba mengubah seseorang, Beauties tidak menghargai diri mereka sebagaimana adanya.
3. Merasa Harus Menemukan Solusi
Ilustrasi/Foto: Freepik/user15285612
Perlu diingat, tidak semua masalah harus segera diselesaikan dengan cepat, seperti halnya trauma, berduka, atau gangguan tertentu. Nah, sang “sindrom penyelamat” biasanya merasa bahwa mereka bisa membenahi semua hal, bahkan lebih peduli untuk menyelesaikan masalah seseorang dibandingkan dengan yang menghadapi masalah tersebut.
Memberi nasihat memang baik, namun, pengambil keputusan atas masalah seseorang harus muncul dari diri mereka sendiri. Berikan mereka ruang untuk merenung, bersedih, atau beristirahat sejenak dari masalah yang dihadapi.
4. Mengorbankan Diri Secara Berlebihan
Ilustrasi/Foto: Freepik/jcomp
Menurut Joseph, orang yang memiliki savior complex akan mengembangkan “masokisme moral”, atau menyabotase diri demi tujuan moral.
Contoh sederhananya adalah Beauties terlalu mengorbankan waktu, uang, dan emosional demi mengurus orang lain yang tidak benar-benar perlu bantuan.
5. Berpikir Hanya Diri Sendiri yang Bisa Menolong
Ilustrasi/Foto: Freepik/rantaimages
Mungkin Beauties tidak merasa menjadi pahlawan dengan kekuatan super, namun memiliki kepercayaan bahwa hanya Beauties yang bisa menyelamatkan hidup orang lain itu tanda dari savior complex.
Hal ini juga mengindikasikan sifat superior, yaitu Beauties secara tidak sadar pernah mendikte atau menggurui orang lain saat memberikan solusi.
6. Menolong dengan Niat yang Salah
Ilustrasi/Foto: Freepik
Bagi si savior complex, mereka tidak menolong saat bisa membantu saja. Tetapi, mereka menganggap bahwa menolong orang lain adalah keharusan hingga mengindahkan keperluan diri sendiri.
Seharusnya, urgensi kita untuk menolong orang lain adalah jika mereka memang tidak bisa mengatasi permasalahannya sendirian, atau memiliki trauma dan permasalahan yang belum selesai dari masa lalu.
Dampak dari Savior Complex
Ilustrasi/Foto: Freepik/pakww
- Burnout: Menurut Jospeh, orang dengan savior complex bisa merasa lelah dan terkuras karena terlalu fokus menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk membantu orang lain
- Terganggunya hubungan: Memandang orang lain sebagai seseorang yang harus dibenahi hidupnya bukanlah suatu pemikiran yang positif. Justru, hal ini akan membuat mereka frustasi dan kesal karena seolah-olah Beauties tidak menghargai mereka apa adanya
- Merasa gagal: Sama seperti menggapai cita-cita, bagi sang “penyelamat”, mereka akan merasa gagal saat tidak bisa menolong orang lain. Hal ini bisa memberikan rasa frustasi, rasa bersalah, dan tidak kompeten
- Gejala Emosi yang Tidak Diinginkan: Perasaan gagal tersebut bisa menggiring Beauties pada gejala emosi yang tidak diinginkan, seperti depresi, kemarahan pada orang yang tidak ingin dibantu, frustasi, hingga hilang kontrol
Cara Mengatasi Savior Complex
Ilustrasi/Foto: Freepik/Frolopiaton Palm
Lantas, bagaimana jika Beauties adalah orang yang memiliki savior complex dan ingin lepas dari hal tersebut? Adakah cara untuk mengatasinya?
Tenang, setiap masalah pasti ada solusinya, termasuk bagi orang yang memiliki masalah untuk merasa harus menyelesaikan masalah orang lain. Berikut tipsnya!
- Dengarkan alih-alih mencoba menyelesaikan: Ketika ada orang lain yang curhat mengenai suatu permasalahan, belajarlah untuk menerapkan kemampuan mendengar aktif, yakni mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi.
- Tawarkan bantuan tanpa tekanan: Cara terbaik sebelum membantu orang lain adalah dengan menawarkan bantuan yang diperlukan. Jika mereka tidak membutuhkannya, hargai keputusan tersebut. Setidaknya, Beauties sudah memberitahu mereka bahwa Beauties ada untuk membantu.
- Kontrol diri sendiri: Setiap orang tentu memiliki permasalahannya sendiri. Namun, sedekat apapun dengan mereka, Beauties tidak bertanggung jawab atas pilihan mereka. Dukunglah mereka dengan menghargai setiap keputusan yang diambil.
- Evaluasi diri: Refleksikan diri terkait alasan yang melatarbelakangi Beauties untuk menolong orang lain. Sebab, sebagian orang mungkin mencoba membantu orang lain karena mereka tidak tahu cara mengatasi rasa sakit mereka sendiri.
- Konsultasi pada ahli: Jika Beauties merasa kebiasaan ini terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi kepada terapis, konselor, psikolog, atau psikiater sesuai kebutuhan dalam membantu menangani kebiasaan tersebut.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!