Menurut Neuropsikolog Harvard, Hindari 3 Ungkapan Ini Jika Ingin Anak Punya Kecerdasan Emosional Tinggi

Dwi Lindah Permatasari | Beautynesia
Selasa, 10 Oct 2023 20:00 WIB
“Kamu Sangat Tidak Sopan!”
Ilustrasi/Foto: Freepik/user18526052

Untuk membesarkan anak-anak dengan kecerdasan emosional tinggi, orangtua perlu berbicara kepada anak dengan cara yang cerdas secara emosional. Gaya komunikasi harus mampu mendorong koneksi dan kemandirian anak. Kedua hal ini sangat penting apabila kamu ingin memiliki hubungan yang kuat, sehat, dan penuh empati.

Pasalnya, mendidik anak terkadang menjadi kesulitan tersendiri bagi sebagian orangtua lantaran tidak memahami cara berkomunikasi yang tepat. Anak-anak pun tidak bisa secara leluasa mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Oleh sebab itu, perlu adanya kerjasama dan cara komunikasi yang tepat antara anak dan orang tua.

Melansir dari CNBC, berikut 3 ungkapan yang tidak pernah diucapkan oleh orangtua yang ingin anak punya kecerdasan emosional tinggi. Yuk, simak!

“Mengapa Kamu Tidak Bisa Lebih Termotivasi?”

Foto: Freepik

Otak diatur untuk unggul kapan pun dan di mana pun dia mampu. Ketika anak-anak mengalami kesulitan, itu bukan karena mereka tidak ingin melakukannya dengan baik, namun karena mereka tidak mampu melakukannya.

Dengan kata lain, yang menjadi masalah bukanlah mereka yang tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu. Tetapi, masalahnya adalah adanya keterputusan antara harapan kamu sebagai orangtua dan kemampuan anak.

Alih-alih memaksa, respon yang cerdas secara emosional adalah rasa ingin tahu tentang di mana motivasi dan kemampuan anak bersinggungan. Misalnya ketika anak menghabiskan terlalu banyak waktu bermain game dan terlalu sedikit membaca.

Hindari untuk bertanya, “Mengapa kamu tidak lebih termotivasi untuk membaca buku?”

Sebaliknya, cobalah untuk bertanya, “Saya melihat kamu sangat menyukai game. Saya ingin mendengarkan apa yang sangat kamu sukai dari game. Maukah kamu berbagi denganku?”

“Mengapa Kamu Tidak Mendengarkanku?”

Ilustrasi/Foto: Freepik/DCStudio

Apakah kamu bermasalah dengan anak-anak yang sering mengabaikan atau tidak mau mendengarkan nasihatmu? Jangan langsung memarahi tindakan tersebut. Bisa jadi anak-anak tidak nyaman dengan sesuatu hal. Cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka dengannya. Orangtua harus mampu mendengarkan kebutuhan anak.

Otak anak-anak terikat pada otonomi dan kebutuhan untuk menjelajahi dunia berdasarkan identitasnya sendiri, bukan keyakinan kamu tentang siapa mereka seharusnya.

Jika kamu terjebak dalam perselisihan dengan anak yang tampaknya keras kepala, alih-alih bertanya mengapa mereka tidak mendengarkan, pertimbangkan untuk bertanya, “Apakah saya sudah mendengarkan kamu?”

Orangtua yang cerdas secara emosional tidak berusaha mendapatkan kepatuhan dari anak-anaknya. Tetapi berusaha mendapatkan koneksi yang sehat. Anak-anak perlu tahu bahwa kamu bersedia mendengarkan kebenaran dari apa yang mereka inginkan.

“Kamu Sangat Tidak Sopan!”

Ilustrasi/Foto: Freepik/user18526052

Banyak orangtua yang mengambil kesimpulan yang luas dan sangat buruk tentang perilaku anak berdasarkan rasa tidak amannya sendiri. Misalnya, seorang anak remaja tidak menghormati orangtuanya sehingga tidak mendengarkan ketika diminta menyelesaikan pekerjaan rumah.

Namun, ketika orangtua menyampaikan kekhawatiran ini dalam percakapan yang aman, anak remaja bisa menjawab jika ia menghormati orangtuanya dan mengatakan pekerjaan itu adalah hal yang sulit.

Nah, pendekatan yang paling cerdas secara emosional terhadap ketakutan bahwa anak-anak tidak menghormati kamu adalah dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik dan tidak menghakimi.

Lalu, tegaskan kesediaan kamu untuk mendengarkannya. Kamu bisa mengatakan, “Saya perhatikan kamu mendapatkan nilai 64 pada ujian sains yang terakhir. Apakah kamu bersedia membicarakannya? Saya hanya ingin mendengar tentang apa yang kamu rasakan.”

Perasaan anak-anak biasanya menular pada orangtua. Ketika anak terguncang, orangtua pun terguncang. Maka, ketika emosi besar muncul, wajar jika ingin mengendalikan perasaan anak dengan menyuruhnya diam, tenang, atau mendengarkan lebih dekat.

Namun, sebagai orang tua, tugas kamu bukanlah mengendalikan emosi anak, melainkan mengendalikan emosimu sendiri.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE