Menyelami Kisah Tragis dan Perjuangan Perempuan dalam Novel Karya Penulis Terkemuka

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Jumat, 11 Apr 2025 15:00 WIB
Menyelami Kisah Tragis dan Perjuangan Perempuan dalam Novel Karya Penulis Terkemuka
Foto: Dok. Miu Miu

Hak-hak perempuan zaman dahulu dan sekarang jauh berbeda. Tanpa perjuangan kaum perempuan, mereka akan terperangkap dalam diskriminasi. Perjuangan untuk mencapai kehidupan lebih baik dan kesejahteraan dilakukan perempuan di seluruh dunia. Hal itu bisa dilihat dari buku-buku yang ditulis para penulis perempuan, Beauties.

Melalui program Literary Club, Miu Miu mengajak para perempuan untuk mendalami perjuangan perempuan melalui buku karya penulis Prancis, Simone de Beauvoir, dan Jepang, Fumiko Enchi. Tema "A Woman's Education" diangkat untuk mengeksplorasi subjek-subjek tentang gadis, cinta, dan pendidikan seks.

Percakapan yang terjalin antara panelis dan peserta selama dua hari acara yang digelar pada 9 & 10 April 2025 di Circolo Filologico Milanese menggugah pemikiran-pemikiran baru, memahami sejarah perjuangan dan perkembangannya, menantang aturan-aturan yang diajarkan kepada perempuan selama berabad-abad dan mempertanyakan kebenarannya.

The Inseparables karya Simone de Beauvoir

Miu Miu Literary Club

Lou Stoppard, Lauren Elkin, Veronica Raimo, Geetanjali Shree di Miu Miu Literary Club Day 1/ Foto: Dok. Miu Miu

Simone de Beauvoir merupakan sastrawan perempuan berdarah Prancis. Sosok yang dikenal sebagai seorang eksistensialis ini menulis mahakarya yang melegenda, di antaranya buku The Second Sex (1949), Memoirs of A Dutiful Daughter (1958), dan The Inseparables (1954) yang jadi objek diskusi Miu Miu Literary Club “A Woman’s Education” hari pertama yang membahas “The Power of Girlhood”.

Novel The Inseparables menggenggam ide-ide visioner dan kontroversial yang dianggap terlalu intim pada masanya. Namun dari pemikiran Beauvoir itulah, muncul minat baru terhadap pemikiran feminis. Novel ini mengisahkan perjalanan seorang gadis hingga menjadi seorang perempuan dewasa dan pentingnya persahabatan perempuan dalam proses pencarian tekad diri.

Bersama deretan panelis yaitu aktris dan model Millie Brady, penulis Lauren Elkin, novelis Geetanjali Shree dan Veronica Raimo, diskusi mendalami bagaimana rentannya kehidupan seorang gadis yang diekspektasi untuk mengikuti banyak aturan, dan mereka yang memilih untuk memberontak. Dari diskusi novel The Inseparables pula, mereka merefleksikan kehidupan pribadinya.

 

The Waiting Years karya Fumiko Enchi

Miu Miu Literary Club

Kai Isaiah Jama, Nicola Dinan, Naoise Dolan, Sarah Manguso di Miu Miu Literary Club Day 2/Foto: Dok. Miu Miu

Hari kedua Miu Miu Literary Club membahas karya sastra tulisan Fumiko Enchi, penulis terkemuka asal Jepang era Shöwa yang memiliki nama pena Fumi Ueda. Terangkum dalam tema diskusi “About Love, Sex, and Desire”, novel bertajuk The Waiting Years (1957) jadi topik pembahasan. Novel tersebut menceritakan kisah Tomo, seorang istri dari politisi berpangkat tinggi, yang ditugaskan untuk mencari selir untuk suaminya, sehingga ia mengorbankan kebutuhannya sendiri demi pejabat. 

Panelis yang terdiri dari model Cindy Bruna, penulis Nicola Dinan, Naoise Dolan, dan Sarah Mangusa, berdiskusi terbuka terkait cinta dan seksualitas serta tantangan mentransformasi ketiga subjek tersebut menjadi sebuah karya seni dan literatur, sebagaimana The Waiting Years jadi salah satu novel pertama di Negeri Sakura yang berani mengeksplorasi seksualitas perempuan secara eksplisit.

Kamu tertarik baca juga nggak nih, Beauties? Kamu bisa beli The Inseparables karya Simone de Beauvoir di sini dan The Waiting Years karya Fumiko Enchi di sini.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE