Narapidana Sumbangkan Uang Hasil Kerja Kerasnya di Penjara untuk Bantu Masyarakat Palestina, Ini Kisahnya
Seorang narapidana di California, Amerika Serikat (AS), menyumbangkan uang hasil kerja kerasnya sebagai petugas kebersihan di penjara untuk masyarakat Palestina. Pria bernama Hamza (56) itu menghasilkan 13 sen per jam, dan menyumbangkan gajinya sebesar 17,74 USD (sekitar Rp267 ribu) untuk Palestina.
Aksi Hamza berdonasi itu menjadi viral. Platform penggalangan dana GoFundMe kemudian membantu Hamza dan berhasil mengumpulkan lebih dari 100 ribu USD atau sekitar Rp1,5 miliar, sebagaimana dilansir dari The Guardian.
Donasikan Uang Hasil Kerja Kerasnya untuk Palestina
Donasikan Uang Hasil Kerja Kerasnya untuk Palestina/Foto: Dok. GoFundMe
Pada Februari, seorang pembuat film yang berbasis di Los Angeles, Justin Mashouf, telah berkorespondensi dengan Hamza. Mashouf kemudian membagikan sebuah foto di media sosial yang menunjukkan catatan kerja Hamza beserta upah yang ia terima di Departemen Koreksi dan Rehabilitasi California.
Catatan waktu menunjukkan Hamza bekerja selama 21 hari kerja, dengan total 136,5 jam. Pria itu mendapatkan upah sebesar 17,74 USD (sekitar Rp267 ribu).
"Seorang saudara saya yang berada di penjara yang berkorespondensi dengan saya menyumbangkan 17,74 USD untuk upaya bantuan di Gaza. Sumbangan ini merupakan penjumlahan dari 136 jam kerja kerasnya di lapas sebagai porter/petugas kebersihan. Semoga amal ikhlasnya dilipatgandakan oleh Sang Pencipta," tulis Mashouf di akun X (dulu Twitter).
Unggahan Mashouf tentang donasi Hamza langsung menjadi viral dengan lebih dari 24 ribu likes dan lebih dari 8.200 retweet.
Sudah Dipenjara Selama 40 Tahun
Mashouf dan Hamza/Foto: X/Mashouf
Menurut catatan hukum yang ditinjau oleh Washington Post, Hamza dihukum atas satu tuduhan pembunuhan tingkat dua pada tahun 1986 dan dijatuhi hukuman 15 tahun seumur hidup. Pada saat pengakuan bersalahnya, Hamzah masih remaja.
Dalam halaman kampanye GoFundMe yang dibuat Mashouf untuk Hamzah, Mashouf menulis, “Pada tahun 80-an, Hamzah secara tidak sengaja menembakkan senjata ke orang yang dicintainya, yang membunuh korbannya, yang menyebabkan dia dipenjara selama lebih dari empat dekade.
Dia telah hidup dengan kepedihan karena kehilangan anggota keluarganya karena kesalahannya sendiri setiap hari selama beberapa dekade. Saat di penjara, dia menjadi seorang Muslim yang taat dan telah mengajukan permohonan pembebasan bersyarat selama beberapa dekade.”
Dalam keterangan di laman kampanye, Mashouf menulis Hamzah rencananya akan dibebaskan pada akhir Maret nanti.
Donasi untuk Hamza Tembus Rp1 Miliar
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Motortion
Sejak diluncurkan, kampanye ini telah mengumpulkan 102,187 USD (Rp1,6 miliar) untuk kehidupan Hamza usai bebas dari penjara. Dana tersebut akan digunakan untuk sewa dan utilitas, pakaian, pencarian kerja dan pelatihan, serta layanan telepon seluler, menurut kampanye tersebut.
Dalam pernyataan yang diposting ke X oleh Mashouf pada hari Rabu, Hamza mengumumkan keputusannya menghentikan kampanye untuk dirinya.
“Dari hati saya, saya berterima kasih atas kemurahan hati dan kebaikan Anda dalam menyumbangkan dana ini untuk membantu dan membantu saya setelah saya dibebaskan dari penjara,” tulis Hamza.
Hamza meminta dunia untuk memerhatikan masyarakat Palestina, Yaman, dan Afrika yang tengah hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.
“Namun saya harus meminta Anda masing-masing sekarang untuk tolong… melihat dan mempertimbangkan penderitaan anak-anak, ibu dan ayah di Palestina, Yaman, dan Afrika yang hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi, dibom setiap jam sepanjang hari, tanpa air, tempat berlindung, obat-obatan dan makanan…" ungkapnya.
"Mereka adalah masyarakat biasa dan warga negara seperti Anda semua yang menjalani hidup mereka tanpa ada hubungannya dengan politisi, namun menderita secara manusiawi,” tambahnya.
Sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan hingga kini 29.954 ribu warga Palestina telah terbunuh, dan 79.325 terluka. Genosida yang dilakukan Israel di Gaza telah mendorong 85 persen penduduknya mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, menurut PBB.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!