PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan

Nadya Quamila | Beautynesia
Rabu, 21 May 2025 14:30 WIB
PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan
PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan/Foto: Dok. UNICEF/Eyad El baba

Genosida Israel di Gaza Palestina sudah memakan banyak korban, terutama anak-anak. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan dunia bahwa sekitar 14 ribu bayi di Gaza berisiko meninggal dunia dalam 48 jam ke depan karena kelaparan dan kurangnya perawatan medis.

Ribuan bayi malang tersebut kekurangan nutrisi dan tidak mendapatkan perawatan yang layak. Salah satu penyebabnya adalah karena blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sejak 2 Maret 2025. Baru-baru ini, Israel akhirnya mengizinkan truk bantuan kemanusiaan memasuki area tersebut. 

Israel mengatakan kepada PBB bahwa mereka akan mengizinkan masuknya 100 truk yang membawa bantuan kemanusiaan. Pernyataan ini dibuat sehari setelah Israel mengatakan hanya mengizinkan sembilan truk bantuan ke daerah kantong itu untuk pertama kalinya sejak 80 hari berlalu.

Namun, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan belum ada bantuan kemanusiaan yang didistribusikan, meskipun lebih banyak pasokan telah diturunkan di sisi Palestina dari penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom), dilansir dari Al Jazeera.

PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan

PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan

PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan/Foto: Dok. UNICEF

Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher memperingatkan bahwa 14 ribu bayi di Gaza dapat meninggal dalam waktu 48 jam jika mereka tidak menerima nutrisi dan perawatan yang mendesak. Sebanyak lima truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza pada Senin (19/5), menurut Fletcher. Ia menggambarkan situasi tersebut sebagai "bencana" dan aliran bantuan saat ini sebagai "setetes air di lautan."

"Kami menanggung risiko penjarahan, terkena serangan Israel. Kami akan terhambat, kami akan menanggung risiko besar, tetapi saya tidak melihat ide yang lebih baik daripada menyediakan makanan bayi itu, bagi para ibu, yang saat ini tidak dapat memberi makan anak-anak mereka sendiri," ungkap Fletcher dalam wawancara dengan BBC, dikutip dari TIME.

Lebih lanjut, Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan organisasi-organisasi bantuan telah kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kengerian yang terjadi di Gaza di tangan Israel.

"Namun yang terburuk dari semua ini adalah bahwa kita dihadapkan pada sebuah situasi: Jika ada kemauan politik, serangan ini dapat dihentikan. Pengepungan yang diberlakukan di Gaza dapat dicabut," kata Lazzarini, dilansir dari Al Jazeera.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan bahwa hanya sejumlah "minimal" bantuan yang akan diizinkan masuk ke Gaza. Alasannya diplomatik dan politik karena tekanan dan kecaman internasional ditujukan kepadanya dan pemerintahannya.

930 Ribu Anak di Gaza Berisiko Alami Kelaparan

Ilustrasi pro-Palestina

930 Ribu Anak di Gaza Berisiko Alami Kelaparan/Foto: Pexels.com/Mohammed Abubakr

Sejak awal Maret 2025, setidaknya 57 anak di Gaza dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi. Penilaian Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB menyebutkan lebih dari 93 persen anak-anak di Gaza, atau sekitar 930 ribu, berisiko mengalami kelaparan.

“Risiko kelaparan tidak datang tiba-tiba. Risiko itu terjadi di tempat-tempat yang akses terhadap makanannya terblokir, tempat sistem kesehatannya hancur, dan tempat anak-anak tidak memiliki cukup makanan untuk bertahan hidup. Kelaparan dan kekurangan gizi akut adalah kenyataan sehari-hari bagi anak-anak di seluruh Jalur Gaza,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, dikutip dari laman resmi UNICEF.

Di Deir al Balah, warga Palestina bernama Oday Basheer mengelola satu dari tiga dapur umum yang masih beroperasi di daerah tersebut.

"Membuat orang kelaparan adalah senjata paling kejam yang mereka gunakan terhadap kita," kata Basheer kepada TIME. "Kita tidak dapat berfungsi jika kita terus-menerus merasa lapar. Semua orang berebut makanan."

"Anda tidak bisa yakin bahwa rumah Anda tidak akan hancur. Saya terus melihat ke langit, ke pesawat nirawak yang memantau kita. Cukup dengan menekan satu tombol dan Anda bisa terbunuh dalam sedetik. Ingatan Anda akan lenyap dan Anda hanya akan menjadi angka," tuturnya.

Basheer bercerita bahwa dapurnya yang dulunya bisa memproduksi enam panci makanan dalam sehari, kini memproduksi 15 panci, setiap panci menyajikan makanan untuk sekitar 250 orang.

Namun, harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi semakin menghambat usaha mereka. Sejak 18 Maret, harga tepung telah naik 5.000 persen, sementara minyak goreng naik 1.200 persen.

"100 truk tidak akan cukup untuk menutupi apa pun," katanya. "Saya rasa dapur kami tidak akan mendapatkan apa pun dari truk-truk ini."

Serangan Tanpa Henti Israel di Palestina

GAZA, PALESTINE - 2023/10/07: Smoke and flames rise after Israeli forces launched an airstrike on Gaza City. Palestinian militants have begun a

Serangan Tanpa Henti Israel di Palestina/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Selain krisis makanan yang mengkhawatirkan, Israel tak henti-hentinya menyerang Palestina. Pada Selasa (20/5) pagi, sedikitnya 38 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel dalam rentang waktu 30 menit, kata Kementerian Kesehatan Gaza.

Sebelumnya, Israel menyerang dan mengepung Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Palestina secara intensif, Minggu (18/5). Israel kini dilaporkan tengah melancarkan serangan tanpa henti di Gaza, termasuk rumah sakit yang masih beroperasi di wilayah tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, militer Israel memulai serangan darat skala besar di Jalur Gaza. Serangan ini menewaskan sedikitnya 151 warga Palestina pada Minggu (18/5). Sementara itu, di Gaza utara, direktur Rumah Sakit Indonesia, Dr Marwan al-Sultan, mengatakan pasukan Israel "secara langsung menargetkan" dan mengepung fasilitas tersebut, menjebak sekitar 55 orang di dalamnya. Akibat serangan dan pengepungan ini, Rumah Sakit Indonesia di Gaza terpaksa ditutup, menurut pejabat kesehatan setempat, dilansir dari Al Jazeera.

Sementara itu, pada hari yang sama ketika bantuan sebagian diizinkan memasuki Gaza, Inggris, Prancis, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam pembatasan Israel terhadap akses kemanusiaan sebagai "sangat tidak memadai." Pernyataan tersebut menyerukan diakhirinya kampanye militer dan memperingatkan "tindakan konkret lebih lanjut" jika Israel tidak mematuhinya.

Serangan yang dilancarkan Israel sejak Oktober 2023 telah memakan banyak korban jiwa.  Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 warga Palestina, dan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE