PBB Ungkap 340 Juta Perempuan dan Anak Perempuan akan Hidup dalam Kemiskinan Ekstrem pada 2030

Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan tujuan Agenda for Sustainable Development untuk mencapai kesetaraan gender pada tahun 2030 masih tertinggal.

Mereka memperingatkan bahwa lebih dari 340 juta perempuan dan anak perempuan di dunia akan hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 dan hampir satu dari empat orang akan mengalami kerawanan pangan tingkat sedang atau berat.

Jika tidak ada lebih banyak investasi yang dicurahkan untuk pemberdayaan perempuan, generasi perempuan berikutnya akan menghabiskan rata-rata 2,3 jam lebih banyak per hari untuk perawatan tidak berbayar dan pekerjaan rumah tangga dibandingkan pria.

Kemajuan yang dicapai saat ini adalah menjaga kesenjangan gender dalam kekuasaan dan posisi kepemimpinan, seperti yang telah dilansir dari Women's Agenda.

Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Publikasi tahunan PBB memberikan analisis komprehensif mengenai kondisi kesetaraan gender saat ini di 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tanpa ada indikator pada tingkat target terpenuhi atau hampir terpenuhi.

Untuk pertama kalinya, laporan tahun ini memasukkan data terpilah berdasarkan gender mengenai titik temu antara gender dan perubahan iklim. Data tersebut memproyeksikan bahwa pada pertengahan abad ini, perubahan iklim akan mendorong 158,3 juta lebih perempuan dan anak perempuan ke dalam kemiskinan jika skenario iklim terburuk tercapai.

“Kita harus bertindak secara kolektif sekarang untuk memperbaiki arah menuju dunia di mana setiap perempuan dan anak perempuan memiliki hak, peluang, dan keterwakilan yang setara,” kata Sarah Hendricks, Wakil Direktur Eksekutif Perempuan PBB.

"Untuk mencapai hal ini, kita memerlukan komitmen yang teguh, solusi inovatif, dan kolaborasi di semua sektor dan pemangku kepentingan," tambahnya.

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/dmytro_sidelnikov

Saat ini, hanya 27 negara yang memiliki sistem komprehensif untuk melacak dan mengalokasikan anggaran untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Tidak ada negara yang mampu menghapuskan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan, meskipun 245 juta perempuan dan anak perempuan berusia 15 tahun ke atas di seluruh dunia telah menjadi korban kekerasan fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh pasangan.

Laporan tahun ini juga memiliki fokus khusus pada perempuan lanjut usia, yang menghadapi tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan pria lanjut usia. Di 28 dari 116 negara yang mempunyai data, kurang dari separuh perempuan lanjut usia mempunyai dana pensiun dan di 12 negara kurang dari 10 persen mempunyai akses terhadap dana pensiun.

Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Secara global, kesenjangan pendapatan berdasarkan gender masih ada. Diperkirakan 110 juta anak perempuan dan perempuan muda di seluruh dunia akan putus sekolah pada tahun 2030. Jumlah perempuan dan anak perempuan yang terkena dampak konflik juga meningkat secara signifikan, dengan jumlah mencapai 614 juta pada tahun 2022.

Berbicara mengenai angka-angka yang mengkhawatirkan dalam laporan tersebut, Asisten Sekretaris Jenderal untuk Koordinasi Kebijakan dan Urusan Antar-Lembaga UN DESA, Maria-Francesca Spatolisano, mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah dasar dari masyarakat yang adil dan sebuah tujuan yang mendasari semua tujuan lainnya.

“Dengan mendobrak hambatan yang menghalangi partisipasi penuh perempuan dan anak perempuan di setiap aspek masyarakat, kami membuka potensi yang belum dimanfaatkan yang dapat mendorong kemajuan dan kesejahteraan bagi semua," ungkapnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!