Perempuan Afghanistan Ini Lakukan Vandalisme untuk Memprotes Larangan Masuk Universitas
Beauties, masih ingatkah kamu tentang larangan Taliban perihal perempuan di Afghanistan dilarang berkuliah? Sejak larangan tersebut dibuat, banyak perempuan Afghanistan melakukan aksi protes untuk menuntut hak-hak mereka sebagai perempuan, termasuk pendidikan. Salah satu aksi protes tersebut adalah vandalisme yang dilakukan seorang perempuan bernama Zahra.
Dalam salah satu video yang diposting seorang perempuan Afghanistan di media sosial, perempuan bernama Zahra tersebut mencoretkan “Pendidikan, pekerjaan, kebebasan” di dinding saat seorang temannya berteriak kepadanya untuk bergerak cepat. Zahra, yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama depannya untuk melindungi keselamatannya, telah menyemprotkan pesan-pesan ini ke seluruh kota setidaknya pada dua kesempatan.
“Tembok melambangkan perlawanan perempuan melawan Taliban,” kata Zahra kepada HuffPost. “Ini adalah podium saya ketika Taliban membungkam suara kami di jalanan.”
Ketika Taliban mengambil alih Afghanistan pada tahun 2021, kelompok tersebut melarang perempuan mengikuti pendidikan menengah. Perempuan diizinkan untuk kuliah, tetapi mereka harus mematuhi aturan ketat seperti menghadiri kelas secara terpisah dari siswa pria, mengenakan penutup seluruh tubuh, dan hanya mengejar mata pelajaran tertentu.
![]() Ilustrasi vandalisme/Foto: Unsplash.com/Pineapple Supply Co. |
Pada Desember 2022, Taliban mengatakan perempuan harus berhenti kuliah sama sekali. Mereka mengklaim larangan tersebut bersifat sementara dan mereka berusaha mencari solusi untuk menciptakan lingkungan bagi siswa perempuan yang menurut mereka sesuai dengan hukum Islam. Namun, pejabat Taliban belum juga menepati janji mereka.
Zahra mengatakan dia pikir Taliban hanya mengeluarkan "janji kosong" seperti yang mereka lakukan ketika mereka berkuasa pada 1990-an. "Saya tidak mempercayai Taliban," katanya. “Mereka secara bertahap mengeluarkan kita dari semua lapisan masyarakat.”
![]() Aksi protes yang dilakukan mahasiswi Afghanistan/Foto: Instagram.com/arabnews |
Pada bulan Desember 2022, Taliban juga melarang perempuan bekerja untuk organisasi non-pemerintah. Terlepas dari keinginan mereka untuk pengakuan global, para pemimpin Taliban telah menentang seruan internasional, termasuk dari lembaga-lembaga Islam terkenal, untuk mencabut larangan pekerjaan dan pendidikan perempuan, mengklaim bahwa dunia tidak boleh ikut campur dalam urusan dalam negeri Afghanistan.
“Afghanistan di bawah Taliban tetap menjadi negara paling represif di dunia terkait hak-hak perempuan,” kata Roza Otunbayeva, pejabat tinggi PBB dan mantan presiden Kyrgyzstan kepada Dewan Keamanan PBB awal Maret lalu. Afganistan adalah satu-satunya negara di dunia di mana siswa perempuan tidak diizinkan untuk mengenyam pendidikan setelah kelas enam.
![]() Aksi protes mahasiswi Afghanistan/Foto: Instagram.com/arabnews |
Larangan Taliban terhadap perempuan menghadiri universitas memicu protes nasional dan kecaman internasional. Siswa perempuan turun ke jalan di kota-kota Afghanistan, meneriakkan slogan-slogan seperti "Semua atau tidak ada" dan "Pendidikan untuk semua". Perempuan telah memainkan peran penting dalam demonstrasi menentang Taliban, yang penegak hukumnya menggunakan kekerasan fisik, seperti pemukulan dan penahanan, untuk membubarkan protes dan mencegah demonstrasi lebih lanjut.
Zahra telah menulis slogan-slogan anti-Taliban di tembok-tembok Kabul. Namun, misi menulis dindingnya yang lebih baru menampilkan slogan yang sekarang diadopsi secara luas di kalangan siswa, yang menyerukan siswa laki-laki untuk bersolidaritas dengan siswa perempuan dan berhenti pergi ke kelas. Zahra mengatakan beberapa siswa pria takut untuk memboikot sekolah karena mereka takut akan reaksi keras dari Taliban. Meski demikian, puluhan siswa telah bergabung dalam upaya ini dan jumlahnya terus bertambah setiap hari.
“Ini adalah awal dari gerakan yang lebih besar,” katanya. “Saya akan berjuang sampai saya mendapatkan kembali hak saya sebagai seorang perempuan.” Pada International Women’s Day lalu, para pemimpin di seluruh dunia menyoroti penderitaan perempuan Afghanistan dan menunjukkan dukungan atas keberanian mereka dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!


