Perempuan Obesitas Dianggap Paling Cantik di Negara Ini, Ternyata Setiap Hari Dipaksa Makan Sampai Gemuk!

Nisrina Salsabila | Beautynesia
Jumat, 27 Jan 2023 08:00 WIB
Gadis Muda di Mauritania Diberi Makan Paksa dan Menikah Dini
Perempuan Mauritania dan budaya leblouh/Foto: Alphorom/iStock

Obesitas, atau kegemukan berlebih di dalam badan, merupakan akar penyebab banyak masalah kesehatan. Banyak orang yang mengalami obesitas pun berupaya lewat berbagai cara demi mendapatkan berat badan ideal yang lebih sehat.

Namun, hal berbeda berlaku di negara Mauritania di Afrika Selatan. Di pedesaan Mauritania, perempuan obesitas dianggap cantik, seksi, dan merupakan simbol kekayaan. Ini mungkin bertentangan dengan standar kecantikan Barat yang mengagungkan perempuan bertubuh ramping.

Meski begitu, sebetulnya terdapat cerita kelam yang melatarbelakangi tradisi perempuan obesitas di Mauritania. Apakah itu?

Standar Kecantikan Perempuan Mauritania

Perempuan di Mauritania Afrika Selatan sengaja menaikkan berat badan agar terlihat cantik/pinterest.com/Diary of Black HistoryPerempuan di Mauritania Afrika Selatan/Foto: pinterest.com/Diary of Black History

Budaya Mauritania memandang perempuan yang bertubuh besar dan memiliki stretch mark sebagai standar kecantikan dan daya tarik bagi kaum laki-laki.

Bagi orang Moor kuno, yang dikutip via Marie Claire, memiliki seorang istri yang gemuk adalah tanda kekayaan, prestise, dan kemakmuran bagi seorang laki-laki. Pasalnya, di negeri yang menghadapi masalah kekurangan pangan setiap tahun akibat kekeringan ini, hal tersebut membuktikan bahwa sang suami memiliki cukup kekayaan untuk memberi makan istrinya secara loyal.

Sebaliknya, perempuan kurus dianggap miskin dan tidak dapat diterima secara sosial.

Gadis Muda di Mauritania Diberi Makan Paksa dan Menikah Dini

Perempuan Mauritania dan budaya leblouh/Foto: Alphorom/iStock

Gadis-gadis Muda Diberi Makan Paksa dan Menikah Dini

Supaya gampang menemukan jodoh, standar kecantikan ini pun mendorong perilaku ekstrem.

Anak-anak perempuan di Mauritania dicekoki makanan hingga 16.000 kalori setiap hari, sampai mereka mengalami obesitas. Praktik pemaksaan makan ini disebut leblouh atau gavage, istilah Prancis yang mengacu pada proses menggemukkan angsa untuk menghasilkan foie gras. Mirisnya, pemberian makan secara paksa dilakukan di bawah pengawasan ibu mereka. Sebagian dari mereka juga ada yang dikirim ke kamp khusus untuk menambah berat badan.

Mengutip Inuth, supaya cepat gemuk, perempuan di sana dipaksa makan dalam jumlah besar, seperti daging kambing, susu unta, dan remah roti yang direndam dalam minyak zaitun dan kurma. Banyak dari mereka juga menyalahgunakan obat-obatan penambah berat badan.

Apabila menolak atau tidak menghabiskan makanannya, mereka bakal dihukum makan lebih banyak, dijewer, dicubit, dipukul, atau jari kaki mereka akan dijepit dengan tongkat sampai mereka menyerah.

Praktik leblouh kerap membuat perut gadis Mauritania sakit lantaran kebanyakan makan. Selain itu, dampak obesitas juga menghantui mereka, termasuk hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes tipe 2, masalah pernapasan, osteoarthritis, penurunan mobilitas, hingga kesehatan mental yang buruk.

Obesitas bukanlah satu-satunya ancaman bagi gadis muda Mauritania. Dikutip via Harvard International Review, gadis gemuk cenderung terlihat jauh lebih tua dari usianya, sehingga orang-orang menganggap mereka sudah pantas untuk menikah.

Kenyataannya, pengantin yang lebih muda berusia 12-14 tahun adalah hal biasa bagi sebagian penduduk pedesaan Mauritania. Padahal, perkawinan anak dan kelahiran anak lebih awal sangat membahayakan kesehatan fisik dan mental perempuan.

Kemajuan di Masa Kini

anak perempuan di MauritaniaPerempuan di Mauritania/ Foto: Istimewa

Standar kecantikan Mauritania, yang diwujudkan dengan mencekok paksa gadis-gadis muda, pernikahan anak, dan penyalahgunaan obat penambah berat badan, sudah berusia berabad-abad.

Namun untungnya, berkat semua program penyadaran dan campur tangan pemerintah, kini masyarakat Mauritania perlahan mulai memahami apa yang baik untuk mereka. Tidak hanya para perempuan, laki-laki Mauritania juga lambat laun telah melupakan tradisi kuno ini, yang merusak tubuh mereka atas nama kecantikan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE