Peringati 40 Hari Kematian Mahsa Amini: Solidaritas Ratusan Orang Padati Pemakaman
Ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan kota Iran pada Rabu (26/10) untuk menandai 40 hari sejak kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang ditangkap oleh polisi moral Iran karena diduga melanggar aturan hijab negara tersebut. Kematian Mahsa Amini telah memicu gerakan protes anti-pemerintah terbesar di Iran dalam lebih dari satu dekade.
Seperti dilansir dari New York Post, kericuhan pecah di pinggiran kota kelahiran Amini di Saghez yang terletak di provinsi barat Kurdistan, di mana pada hari sebelumnya ribuan pelayat berkumpul di pemakaman tempat jenazah Amini dikebumikan. Mereka yang berkumpul meneriakkan, "Perempuan, hidup, kebebasan," dan "Matilah diktator!". Slogan ini sendiri telah menjadi ciri khas gerakan anti-pemerintah yang dipicu oleh kematian Amini.
![]() Aksi unjuk rasa di pemakaman Mahsa Amini/Foto: Instagram.com/eatnoushe |
Meski para pelayat terpaksa berjalan ke pemakaman setelah pasukan keamanan memblokir akses jalan ke kota, proses peringatan 40 hari kematian Amini sebagian besar berlangsung damai. "Pada hari ke-40 kematian Mahsa Amini, jalan-jalan pusat Teheran dipenuhi dengan suasana yang bergejolak," kata Kantor Berita Mahasiswa Iran di Twitter.
Melansir CBS News, video aktivitas para pelayat yang menggelar unjuk rasa di kompleks pemakaman itu beredar luas secara online. Para perempuan menunjukkan aksi protes dan video lain menunjukkan prosesi besar-besaran berjalan di sepanjang jalan raya dan melalui lapangan menuju makam Amini.
"Mereka mencoba menghentikan kami memasuki pemakaman, tapi saya berhasil masuk," kata seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita Reuters.
Gubernur provinsi Kurdistan, Esmail Zarei Koosha, bersikeras bahwa lalu lintas mengalir seperti biasa dan media yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa sekolah dan universitas di wilayah barat Iran akan ditutup, konon untuk mengekang penyebaran influenza. Di pusat kota Teheran, bagian utama dari grand bazaar tradisional ditutup untuk mendukung solidaritas.
Polisi anti huru-hara pun dikerahkan untuk mengatasi para pengunjuk rasa. Sekelompok besar pria dan perempuan berbaris di jalan-jalan, membakar tong sampah, dan berteriak, "Matilah diktator!". Polisi melepaskan peluru anti huru-hara ke pengunjuk rasa dan menyemprotkan gas air mata ke arah wartawan yang merekam dari jendela dan atap rumah.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto |
Nyanyian anti pemerintah juga bergema dari Universitas Teheran. Aksi unjuk rasa ini dilakukan oleh mahasiswa, serikat pekerja, tahanan, dan etnis minoritas seperti Kurdi di sepanjang perbatasan Iran dengan Irak. Sejak aksi unjuk rasa pecah, pasukan keamanan telah menembakkan peluru dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi dan menewaskan lebih dari 230 orang.
Dengan slogan #WomanLifeFreedom, demonstrasi pertama kali berfokus pada hak-hak perempuan dan hijab yang diamanatkan negara untuk perempuan. Tapi, mereka dengan cepat berkembang menjadi seruan untuk menggulingkan ulama Syiah yang telah memerintah Iran sejak Revolusi Islam 1979.
Masyarakat yakin bahwa Mahsa Amini meninggal karena menjadi korban kekerasan polisi moral Iran. Namun otoritas Iran menegaskan bahwa Mahsa Amini meninggal karena sakit, bukan dipukuli.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |

Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto