Protes Kian Bergejolak, Otoritas Iran Tegaskan Mahsa Amini Meninggal karena Sakit, Bukan Dipukuli
Beauties, masih ingatkah kamu dengan nama Mahsa Amini? Perempuan berusia 22 tahun asal Iran tersebut ditangkap oleh polisi moral setempat karena diduga melanggar aturan hijab pada bulan September lalu. Usai ditangkap, saksi mata menyatakan bahwa Amini dipukuli saat dibawa polisi ke pusat penahanan, hingga membuatnya mengalami cedera serius. Amini meninggal di rumah sakit setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma.
Protes dan unjuk rasa pun pecah di Iran. Banyak yang berdemo dan turun ke jalan demi memperjuangkan keadilan atas kematian Mahsa Amini. Masyarakat yakin bahwa Mahsa Amini meninggal karena menjadi korban kekerasan polisi moral Iran. Namun baru-baru ini, otoritas Iran menegaskan bahwa Mahsa Amini meninggal karena sakit, bukan dipukuli.
Dalam laporan terbaru, Jumat (7/10), Organisasi Forensik Iran mengatakan bahwa kematian Mahsa Amini tidak disebabkan oleh pukulan di kepala dan organ vital dan anggota tubuh. Berdasarkan laporan medis tersebut, mereka menyebut bahwa Mahsa Amini meninggal karena kegagalan beberapa organ yang disebabkan oleh hipoksia serebral, atau kekurangan oksigen ke otak.
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian |
"Karena resusitasi jantung-pernapasan yang tidak efektif pada menit-menit kritis pertama, dia menderita hipoksia parah dan sebagai akibatnya kerusakan otak meskipun telah pulih dari fungsi jantungnya," kata laporan tersebut, dilansir dari Al Jazeera.
Pengacara keluarga Amini, Saleh Nikbakht, sebelumnya mengatakan bahwa dokter percaya bahwa Amini dipukuli dalam tahanan. Ayah Amini juga mengatakan bahwa putrinya menderita memar di kaki dan meminta polisi bertanggung jawab atas kematian Amini.
Sebelumnya, pasukan keamanan Iran telah mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa Amini meninggal karena serangan jantung di pusat penahanan. Padahal, keluarganya telah membantah klaim ini, mengatakan bahwa putri mereka dalam keadaan sehat ketika dia ditahan.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup |
Polisi Iran menyebut kematian Mahsa Amini sebagai "insiden yang tidak menguntungkan" dan membantah bahwa Amini dilukai secara fisik dalam tahanan.
Buntut kematian Mahsa Amini, protes yang bergejolak di Iran menelan puluhan korban jiwa, beberapa di antaranya yang menjadi sorotan dunia adalah tewasnya Nika Shakarami dan Sarina Esmailzadeh.
Nika Shakarami, perempuan berusia 16 tahun, menghilang saat protes kematian Mahsa Amini di Teheran pada 20 September 2022 lalu. Sepuluh hari kemudian ia ditemukan tewas dan meninggal dalam keadaan mencurigakan, diduga mendapat aksi kekerasan dari aparat di Iran.
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa Nika telah dilempar dari sebuah gedung, kemungkinan oleh pekerja yang berada di lokasi, dilansir dari BBC. Namun, ibu dari Nika, Nasrin Shakarami, menuduh pihak berwenang Iran telah membunuh putrinya. Dalam sebuah video yang dikirim ke Radio Farda yang didanai AS, Nasrin Shakarami mengatakan dia telah melihat luka di tubuh putrinya.
Protes kematian Nika Shakarami/ Foto: LightRocket via Getty Images/Marco Cantile |
Sementara itu, Sarina Esmailzadeh, seorang YouTuber perempuan berusia 16 tahun, diduga tewas ketika pasukan keamanan setempat memukulinya dengan tongkat pada protes di Gohardasht di provinsi Alborz pada 23 September 2022 lalu, menurut Amnesty International.
Kantor berita Iran Isna melaporkan bahwa ketua pengadilan provinsi Alborz mengatakan penyelidikan awal menunjukkan kematian remaja itu disebabkan oleh bunuh diri setelah dia melompat dari atap gedung berlantai lima. Disebutkan pula bahwa Sarina memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Namun, sebuah pernyataan oleh Amnesty International juga mengklaim bahwa keluarga Sarina telah mengalami pelecehan intens untuk memaksa mereka bungkam.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup
Protes kematian Nika Shakarami/ Foto: LightRocket via Getty Images/Marco Cantile