Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral

Nadya Quamila | Beautynesia
Senin, 05 Dec 2022 18:15 WIB
Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral
Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral/Foto: Getty Images/Omer Messinger

Sudah hampir 3 bulan aksi protes bergejolak di Iran. Unjuk rasa pecah usai kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas usai ditangkap polisi moral setempat karena diduga melanggar aturan hijab pada September 2022 lalu. Namun baru-baru ini, Iran membubarkan unit polisi moral setelah berbulan-bulan diprotes.

Dikutip dari The New York Times, seorang pejabat senior Iran mengatakan bahwa pemerintah telah membubarkan polisi moral pada akhir pekan kemarin. Jaksa Agung Mohammad Javad Montazeri mengatakan bahwa polisi moral tersebut dihapus oleh otoritas yang mendirikannya. 

Menurut Montazeri, polisi moral dibubarkan karena tidak berhubungan dengan peradilan.

"Polisi moralitas tidak ada hubungannya dengan peradilan dan telah dihapuskan," ungkapnya, dikutip dari AFP, Minggu (4/12).

Masih belum jelas apakah pernyataan itu merupakan keputusan akhir oleh pemerintah. Namun, perubahan itu mungkin tidak serta merta mampu menenangkan para pengunjuk rasa yang masih bentrok dengan pasukan keamanan lainnya. Polisi moral sendiri diawasi oleh polisi Iran, bukan jaksa agung.

Di sisi lain, media pemerintah juga berkata lain. ISNA membantah pemerintah Iran telah membubarkan polisi moral.

A demonstrator holds up a photo of Mahsa Amini during a rally to defend abortion access and codify Roe v Wade into law, in Foley Square in New York City on October 8, 2022. (Photo by Bryan R. Smith / AFP) (Photo by BRYAN R. SMITH/AFP via Getty Images)Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: AFP via Getty Images/BRYAN R. SMITH

Menteri luar negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, ketika ditanya tentang pembubaran polisi moral pada konferensi pers di Beograd, Serbia, di mana dia melakukan kunjungan resmi, tidak menyangkalnya. Ia mengatakan, "Di Iran, semuanya bergerak maju. baik dalam kerangka demokrasi dan kebebasan."

Montazeri juga mengatakan bahwa peradilan masih akan memberlakukan pembatasan pada "perilaku sosial". Beberapa hari sebelumnya, dia mengatakan bahwa pihak berwenang sedang meninjau undang-undang yang mewajibkan perempuan untuk menutupi tubuh mereka dengan pakaian panjang dan longgar serta rambut mereka dengan kerudung atau hijab. Keputusan itu disebut akan dikeluarkan dalam waktu 15 hari. Namun, masih belum jelas apakah pihak berwenang berencana untuk melonggarkan undang-undang tersebut.

BERLIN, GERMANY - SEPTEMBER 28: Supporters of the National Council of Resistance of Iran, an Iranian opposition group based abroad, protest over the death of Mahsa Amini in Iran on September 28, 2022 in Berlin, Germany. Amini, 22, was arrested by Iranian authorities in Tehran on September 13 for not wearing her headscarf properly and died three days afterwards, apparently due to a severe head injury. Her death has sparked demonstrations in Iran nationwide that have spiralled into violence between protesters and police and left dozens of protesters dead. (Photo by Sean Gallup/Getty Images)Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup

Sejak kematian Mahsa Amini, komentar Montazeri menunjukkan bahwa pemerintah Iran membuat konsesi besar terhadap gerakan protes yang kian bergejolak. Kerusuhan yang terjadi belakangan ini telah menjadi salah satu tantangan terbesar dalam beberapa dekade terhadap sistem pemerintahan ulama otoriter Iran.

Ada banyak laporan dari penduduk Iran bahwa polisi moralitas jarang terlihat di jalanan sejak protes meletus hampir tiga bulan lalu, dan semakin banyak perempuan yang tampil di depan umum dengan rambut tidak tertutup. Tetapi pasukan keamanan lainnya, termasuk anggota milisi Basij yang terkenal kejam, telah memukuli dan menangkap perempuan yang keluar dengan rambut yang tidak ditutupi.

Apa Itu Polisi Moral di Iran?

Signs of  picture of Mahsa Amini  are seen  in front of Dom Cathedral in Cologne, Germany on September 21, 2022 to protest against woman's death in the custody which sparked outrage against government in Iran (Photo by Ying Tang/NurPhoto via Getty Images)

Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Apa Itu Polisi Moral di Iran?

Dikenal sebagai "Gasht-e Ershad", polisi moral di Iran didirikan lebih dari 15 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, seperti dilansir dari Al Jazeera. Anggota polisi moral Iran terdiri dari beberapa pria dan perempuan. Mereka mengendarai mobil polisi berwarna putih dengan garis hijau tua untuk berpatroli di jalan atau parkir di tempat-tempat pejalan kaki yang sering berkumpul atau tempat anak muda berkumpul.

Para petugas polisi moral akan menegakkan peraturan terkait berpakaian, di mana perempuan diharuskan menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian longgar. Jika ada yang melanggar, mereka akan mengeluarkan peringatan lisan atau menahan perempuan dan membawa mereka ke pusat 'pendidikan ulang'.

Jaksa Agung mengatakan bahwa polisi moral telah dibubarkan, dan memang belum terlihat di depan umum akhir-akhir ini. Namun belum ada konfirmasi serupa dari pejabat kepolisian. Sementara itu, di tengah protes yang masih berlangsung, banyak perempuan berjalan di jalan-jalan kota di seluruh Iran, terutama di Teheran, tanpa penutup kepala.

Protes Kematian Mahsa Amini

Mahsa Amini sempat menjadi sorotan dunia. Ia meninggal dunia setelah koma di rumah sakit selama tiga hari. Lantas, siapa sebenarnya sosok Mahsa Amini ini?Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian

Memasuki bulan ketiga protes kematian Mahsa Amini, kondisi di Iran kian bergejolak. Beberapa waktu lalu, para demonstran Iran membakar rumah lama mantan pemimpin tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini yang juga pendiri negara tersebut.

Tak hanya itu, pengadilan Iran telah menjatuhkan hukuman mati untuk pertama kalinya terhadap salah satu terdakwa yang diadili terkait unjuk rasa besar-besaran memprotes kematian Mahsa Amini. Terdakwa yang diduga membakar gedung pemerintah tersebut dianggap 'musuh Tuhan' dan 'menyebarkan kerusakan di Bumi', dilansir dari CNN.

Kematian Mahsa Amini telah memicu gerakan protes anti-pemerintah terbesar di Iran dalam lebih dari satu dekade. Pihak berwenang Iran diketahui melakukan tindakan keras dan brutal terhadap pengunjuk rasa, dilaporkan setidaknya ada 1.000 orang di provinsi Teheran menjadi terdakwa atas dugaan keterlibatan mereka dalam protes tersebut.

BERLIN, GERMANY - SEPTEMBER 28: Supporters of the National Council of Resistance of Iran, an Iranian opposition group based abroad, protest over the death of Mahsa Amini in Iran on September 28, 2022 in Berlin, Germany. Amini, 22, was arrested by Iranian authorities in Tehran on September 13 for not wearing her headscarf properly and died three days afterwards, apparently due to a severe head injury. Her death has sparked demonstrations in Iran nationwide that have spiralled into violence between protesters and police and left dozens of protesters dead. (Photo by Sean Gallup/Getty Images)Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup

Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 326 orang sejak protes dimulai dua bulan lalu, menurut LSM Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah mendesak pihak berwenang Iran untuk berhenti mendakwa warganya dengan tuduhan yang dapat dihukum mati karena diduga atau berpartisipasi dalam demonstrasi damai. PBB juga menegaskan untuk berhenti menggunakan hukuman mati sebagai alat untuk meredam protes.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE