Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral
Sudah hampir 3 bulan aksi protes bergejolak di Iran. Unjuk rasa pecah usai kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas usai ditangkap polisi moral setempat karena diduga melanggar aturan hijab pada September 2022 lalu. Namun baru-baru ini, Iran membubarkan unit polisi moral setelah berbulan-bulan diprotes.
Dikutip dari The New York Times, seorang pejabat senior Iran mengatakan bahwa pemerintah telah membubarkan polisi moral pada akhir pekan kemarin. Jaksa Agung Mohammad Javad Montazeri mengatakan bahwa polisi moral tersebut dihapus oleh otoritas yang mendirikannya.Â
Menurut Montazeri, polisi moral dibubarkan karena tidak berhubungan dengan peradilan.
"Polisi moralitas tidak ada hubungannya dengan peradilan dan telah dihapuskan," ungkapnya, dikutip dari AFP, Minggu (4/12).
Masih belum jelas apakah pernyataan itu merupakan keputusan akhir oleh pemerintah. Namun, perubahan itu mungkin tidak serta merta mampu menenangkan para pengunjuk rasa yang masih bentrok dengan pasukan keamanan lainnya. Polisi moral sendiri diawasi oleh polisi Iran, bukan jaksa agung.
Di sisi lain, media pemerintah juga berkata lain. ISNA membantah pemerintah Iran telah membubarkan polisi moral.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: AFP via Getty Images/BRYAN R. SMITH |
Menteri luar negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, ketika ditanya tentang pembubaran polisi moral pada konferensi pers di Beograd, Serbia, di mana dia melakukan kunjungan resmi, tidak menyangkalnya. Ia mengatakan, "Di Iran, semuanya bergerak maju. baik dalam kerangka demokrasi dan kebebasan."
Montazeri juga mengatakan bahwa peradilan masih akan memberlakukan pembatasan pada "perilaku sosial". Beberapa hari sebelumnya, dia mengatakan bahwa pihak berwenang sedang meninjau undang-undang yang mewajibkan perempuan untuk menutupi tubuh mereka dengan pakaian panjang dan longgar serta rambut mereka dengan kerudung atau hijab. Keputusan itu disebut akan dikeluarkan dalam waktu 15 hari. Namun, masih belum jelas apakah pihak berwenang berencana untuk melonggarkan undang-undang tersebut.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup |
Sejak kematian Mahsa Amini, komentar Montazeri menunjukkan bahwa pemerintah Iran membuat konsesi besar terhadap gerakan protes yang kian bergejolak. Kerusuhan yang terjadi belakangan ini telah menjadi salah satu tantangan terbesar dalam beberapa dekade terhadap sistem pemerintahan ulama otoriter Iran.
Ada banyak laporan dari penduduk Iran bahwa polisi moralitas jarang terlihat di jalanan sejak protes meletus hampir tiga bulan lalu, dan semakin banyak perempuan yang tampil di depan umum dengan rambut tidak tertutup. Tetapi pasukan keamanan lainnya, termasuk anggota milisi Basij yang terkenal kejam, telah memukuli dan menangkap perempuan yang keluar dengan rambut yang tidak ditutupi.
Apa Itu Polisi Moral di Iran?
Picu Protes Akibat Kematian Mahsa Amini, Iran Dikabarkan Bubarkan Polisi Moral/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Apa Itu Polisi Moral di Iran?
Dikenal sebagai "Gasht-e Ershad", polisi moral di Iran didirikan lebih dari 15 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, seperti dilansir dari Al Jazeera. Anggota polisi moral Iran terdiri dari beberapa pria dan perempuan. Mereka mengendarai mobil polisi berwarna putih dengan garis hijau tua untuk berpatroli di jalan atau parkir di tempat-tempat pejalan kaki yang sering berkumpul atau tempat anak muda berkumpul.
Para petugas polisi moral akan menegakkan peraturan terkait berpakaian, di mana perempuan diharuskan menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian longgar. Jika ada yang melanggar, mereka akan mengeluarkan peringatan lisan atau menahan perempuan dan membawa mereka ke pusat 'pendidikan ulang'.
Jaksa Agung mengatakan bahwa polisi moral telah dibubarkan, dan memang belum terlihat di depan umum akhir-akhir ini. Namun belum ada konfirmasi serupa dari pejabat kepolisian. Sementara itu, di tengah protes yang masih berlangsung, banyak perempuan berjalan di jalan-jalan kota di seluruh Iran, terutama di Teheran, tanpa penutup kepala.
Protes Kematian Mahsa Amini
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian |
Memasuki bulan ketiga protes kematian Mahsa Amini, kondisi di Iran kian bergejolak. Beberapa waktu lalu, para demonstran Iran membakar rumah lama mantan pemimpin tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini yang juga pendiri negara tersebut.
Tak hanya itu, pengadilan Iran telah menjatuhkan hukuman mati untuk pertama kalinya terhadap salah satu terdakwa yang diadili terkait unjuk rasa besar-besaran memprotes kematian Mahsa Amini. Terdakwa yang diduga membakar gedung pemerintah tersebut dianggap 'musuh Tuhan' dan 'menyebarkan kerusakan di Bumi', dilansir dari CNN.
Kematian Mahsa Amini telah memicu gerakan protes anti-pemerintah terbesar di Iran dalam lebih dari satu dekade. Pihak berwenang Iran diketahui melakukan tindakan keras dan brutal terhadap pengunjuk rasa, dilaporkan setidaknya ada 1.000 orang di provinsi Teheran menjadi terdakwa atas dugaan keterlibatan mereka dalam protes tersebut.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup |
Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 326 orang sejak protes dimulai dua bulan lalu, menurut LSM Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah mendesak pihak berwenang Iran untuk berhenti mendakwa warganya dengan tuduhan yang dapat dihukum mati karena diduga atau berpartisipasi dalam demonstrasi damai. PBB juga menegaskan untuk berhenti menggunakan hukuman mati sebagai alat untuk meredam protes.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: AFP via Getty Images/BRYAN R. SMITH
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup