Pilu! Dokter Magang di India Diperkosa dan Dibunuh saat Bertugas di RS, Picu Demo Ribuan Nakes

Nadya Quamila | Beautynesia
Jumat, 16 Aug 2024 12:00 WIB
Tingginya Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di India
Ilustrasi/Foto: Unsplash/Danie Franco

Aksi kekerasan terhadap perempuan semakin mengkhawatirkan. Kasus demi kasus baru setiap harinya membuat kita bertanya-tanya, di mana ruang aman bagi perempuan?

Baru-baru ini kasus pilu terjadi di India. Seorang dokter magang perempuan diperkosa dan dibunuh di sebuah rumah sakit yang dikelola pemerintah di Kolkata, Benggala Barat. Kasus ini memicu protes dan mogok kerja massal oleh para dokter dan tenaga medis di India.

Kronologi

Jenis-Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan/Foto: Unsplash.com/Melanie Wasser

Ilustrasi/Foto: Unsplash.com/Melanie Wasser

Seorang dokter magang perempuan berusia 31 tahun ditemuka tewas dengan sejumlah luka di tubuhnya pada Jumat, (9/8), di RG Kar Medical College di ibu kota Benggala Barat. Setelah dilakukan penyelidikan, dilaporkan dokter magang tersebut diperkosa sebelum dibunuh.

Awalnya, orangtua korban diberitahu oleh pihak rumah sakit bahwa putri mereka telah bunuh diri, menurut pengacara dan aktivis hak-hak perempuan Vrinda Grover kepada Al Jazeera. Namun, hasil otopsi mengonfirmasi bahwa korban diperkosa dan dibunuh.

Media lokal melaporkan bahwa polisi menangkap seorang tersangka bernama Sanjoy Roy, seorang relawan sipil yang sering mengunjungi rumah sakit. Ia memiliki akses tak terbatas ke bangsal dan polisi menemukan bukti kuat yang memberatkannya.

Sementara itu, orangtua korban mengatakan kepada pengadilan bahwa mereka menduga kasus ini adalah pemerkosaan massal.

Picu Protes Ribuan Nakes di India

Woman hand sign for stop abusing violence,  human trafficking, stop violence against women, Human is not a product. Stop women abuse, Human rights violations.

Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Ribuan dokter berunjuk rasa di Kolkata untuk menuntut keadilan atas dokter magang yang menjadi korban pemerkosaaan dan pembunuhan saat bertugas di rumah sakit. Akibat demo besar-besaran tersebut, layanan darurat di hampir semua rumah sakit perguruan tinggi kedokteran yang dikelola pemerintah di Kolkata dihentikan.

Pada Selasa (13/8), Federasi Asosiasi Dokter Residen (FORDA) mengumumkan di akun X-nya bahwa mereka akan menghentikan aksi mogok setelah Menteri Kesehatan Jagat Prakash Nadda menerima tuntutan protes.

Salah satu tuntutan ini adalah memperkuat Undang-Undang Perlindungan Pusat, yang dimaksudkan sebagai undang-undang pusat untuk melindungi profesional medis dari kekerasan, yang diusulkan pada 2022, tetapi belum disahkan.

FORDA mengatakan bahwa kementerian akan mulai mengerjakan Undang-Undang tersebut dalam waktu 15 hari sejak rilis berita, dan bahwa pernyataan tertulis dari kementerian diharapkan akan segera dirilis.

Namun, federasi dokter dan rumah sakit lain menyatakan mereka tidak akan menghentikan aksi mogok tersebut hingga ditemukan solusi konkret, termasuk undang-undang pusat untuk mengekang serangan terhadap dokter.

Para profesional medis di India menginginkan undang-undang pusat yang menjadikan kekerasan terhadap dokter sebagai pelanggaran yang tidak dapat dikenai jaminan dan dapat dihukum, dengan harapan undang-undang tersebut dapat mencegah kejahatan kekerasan terhadap dokter di masa mendatang.

Mereka yang terus berunjuk rasa juga menuntut pemecatan kepala sekolah, yang telah dipindahtugaskan. "Kami menuntut pemecatannya, bukan sekadar pemindahan," kata Dr Abdul Waqim Khan, seorang dokter yang berunjuk rasa kepada kantor berita ANI. "Kami juga menuntut hukuman mati bagi pelaku kejahatan tersebut," tambahnya.

"Menghentikan pemogokan sekarang berarti dokter residen perempuan mungkin tidak akan pernah mendapatkan keadilan," kata Dr Dhruv Chauhan, anggota Jaringan Dokter Muda Dewan Nasional Asosiasi Medis India kepada kantor berita lokal Press Trust of India (PTI).

Tak hanya para dokter, kelompok feminis juga ikut berunjuk rasa di jalan dalam protes bertajuk "Reclaim the Night" di Kolkata pada Rabu (14/8) malam, menjelang hari kemerdekaan India yang jatuh pada 15 Agustus. Tak hanya mengecam dan menuntut keadilan bagi korban, para demonstran juga menuntut keamanan yang lebih baik untuk kaum perempuan.

Tingginya Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di India

Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Unsplash/Danie Franco)

Ilustrasi/Foto: Unsplash/Danie Franco

Kasus kekerasan terhadap perempuan di India memang sangat mengkhawatirkan. Dilansir dari laman AP, kepolisian di India mencatat 31.516 laporan pemerkosaan pada tahun 2022, meningkat 20 persen dari tahun 2021, menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional.

Banyak kasus kejahatan terhadap perempuan tidak dilaporkan di India karena adanya stigma seputar kekerasan seksual, serta kurangnya kepercayaan terhadap polisi. Aktivis hak-hak perempuan mengatakan masalah ini sangat akut di daerah pedesaan, di mana masyarakat terkadang mempermalukan korban kekerasan seksual dan keluarga khawatir tentang status sosial mereka.

Pemerkosaan dan kekerasan seksual telah menjadi sorotan sejak pemerkosaan berkelompok dan pembunuhan seorang mahasiswa berusia 23 tahun di sebuah bus di New Delhi pada 2012. Serangan tersebut memicu protes besar-besaran dan mendorong para pembuat undang-undang untuk memerintahkan hukuman yang lebih berat untuk kejahatan tersebut, dan pembentukan pengadilan jalur cepat yang didedikasikan untuk kasus-kasus pemerkosaan.

Meskipun undang-undangnya ketat, aktivis hak asasi manusia mengatakan pemerintah masih belum berbuat cukup banyak untuk melindungi perempuan dan menghukum para pelaku.

Kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang dialami dokter magang di Kolkata ini menjadi sebuah pukulan keras dan memicu gelombang protes yang besar. Sebab, Kolkata dinilai relatif cukup aman bagi perempuan.

“Kolkata sebenarnya sudah lama membanggakan diri karena sangat rendah dalam kasus kekerasan terhadap perempuan dan relatif aman bagi perempuan," ujar Sandip Roy, kontributor lepas untuk NPR, kepada Al Jazeera. 

Laporan Biro Catatan Kejahatan Nasional (NCRB) mengatakan bahwa Kolkata memiliki jumlah kasus pemerkosaan terendah pada tahun 2021 di antara 19 kota metropolitan, dengan 11 kasus sepanjang tahun. Sebagai perbandingan, New Delhi dilaporkan telah mencatat 1.226 kasus pada tahun itu.

Kasus yang baru-baru ini terjadi, menurut Roy, adalah gabungan dari dua jenis kekerasan, yaitu kekerasan terhadap seorang perempuan, serta kekerasan terhadap "seorang profesional medis yang bekerja terlalu keras".

Ini bukan yang pertama kalinya di India. Dokter di India tidak memiliki keamanan tempat kerja yang memadai, dan serangan terhadap dokter telah memicu protes di India sebelumnya. Menurut survei oleh Asosiasi Medis India pada 2015, lebih dari 75 persen dokter India telah menghadapi beberapa bentuk kekerasan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE