Protes Kematian Mahsa Amini: Pasukan Iran Tembak Area Wajah hingga Alat Kelamin Pendemo Perempuan
Pasca kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang ditangkap-tewas karena diduga melanggar aturan hijab setempat pada September 2022 lalu, unjuk rasa pecah di Iran. Hingga saat ini, protes kian bergejolak, bahkan menelan korban jiwa.
Setelah Iran mengeksekusi mati seorang demonstran yang terlibat aksi protes kematian Mahsa Amini, baru-baru ini pasukan Iran dilaporkan menembak wajah, payudara, hingga alat kelamin para pendemo perempuan.
Dilaporkan The Guardian, para dokter dan perawat yang merawat para demonstran secara diam-diam demi menghindari penangkapan, mengatakan bahwa mereka melihat para pendemo perempuan memiliki luka yang berbeda dengan pengunjuk rasa pria. Para pendemo pria lebih sering terkena tembakan di area kaki, bokong, dan punggung.
Kepada Guardian, sejumlah petugas medis menunjukkan gambar para pendemo yang mengalami luka tembak akibat peluru pelor kecil. Para petugas keamanan Iran diduga menembak korban dari jarak dekat. Mereka juga memperingatkan tentang keseriusan cedera yang dapat membuat ratusan pemuda Iran mengalami kerusakan permanen. Tembakan ke area mata perempuan, pria, dan anak-anak sangat umum.
Protes Kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup |
Seorang dokter dari provinsi Isfahan mengatakan dia yakin pihak berwenang menargetkan pria dan perempuan dengan cara yang berbeda. Sebab, mereka ingin "menghancurkan kecantikan perempuan tersebut".
"Saya merawat seorang perempuan berusia awal 20-an, yang tertembak di alat kelaminnya dengan dua pelet. Sepuluh pelet lainnya bersarang di paha bagian dalamnya. 10 pelet ini dengan mudah dikeluarkan, tetapi dua pelet itu merupakan tantangan, karena terjepit di antara uretra dan lubang vaginanya, " kata dokter tersebut.
Protes Kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Chris McGrath |
"Ada risiko infeksi vagina yang serius, jadi saya memintanya untuk pergi ke dokter kandungan tepercaya. Dia mengatakan dia memprotes ketika sekelompok sekitar 10 agen keamanan berputar-putar dan menembaknya di alat kelamin dan pahanya," lanjutnya.
Seorang dokter dari Karaj, sebuah kota dekat Teheran, mengatakan, "pasukan keamanan menembak wajah dan bagian tubuh pribadi perempuan karena mereka memiliki rasa rendah diri. Dan mereka ingin menghilangkan kompleks seksual mereka dengan menyakiti anak-anak muda ini."
Banyak Pendemo yang Kehilangan Penglihatan Usai Ditembak Pasukan Iran
Protes Kematian Mahsa Amini: Pasukan Iran Tembak Area Wajah hingga Alat Kelamin Pendemo Perempuan/Foto: dia images via Getty Images/dia images
Para dokter yang merawat para pendemo yang terluka mendapat ancaman. Menghadapi kondisi berbahaya tersebut, seorang dokter dari Mazandaran mengatakan dia mengeluarkan pelet, yang terkadang terbuat dari logam dan terkadang plastik, dengan lampu mati untuk menghindari deteksi dari pasukan Iran.
“Para perempuan sangat malu pergi ke rumah sakit sehingga banyak yang dirawat di rumah dan itu sangat berbahaya,” kata dokter tersebut.
Pada 26 Oktober, ratusan petugas medis memprotes di luar dewan medis Iran, dan ditembak dengan senjata pelet oleh pasukan keamanan. Seorang ahli bedah dari Teheran merawat rekan-rekannya yang ditembak di punggung dan kaki mereka saat melarikan diri.
Dokter bedah mengatakan dia merawat luka serius dari setidaknya lima pengunjuk rasa yang ditembak dari jarak dekat dengan senjata pelet. “Salah satu orang yang terluka yang saya rawat bahkan tidak memprotes. Dia hanya mengamati dan mengira dia tidak akan ditembak. Mereka menembak membabi buta pada semua orang yang bukan salah satu dari mereka [pendemo]," tuturnya.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto |
Banyak pengunjuk rasa yang kehilangan penglihatannya setelah ditembak dari jarak dekat. Salah satu kasus yang menjadi sorotan nasional adalah penyerangan terhadap seorang pelajar dari kota pelabuhan Bandar Abbas, yang tertembak di mata kanannya. Ghazal Ranjkesh membagikan kisahnya melalui media sosial Instagram, mengatakan bahwa ia ditembak dalam perjalanan pulang kerja.
“Hal terakhir yang dilihat mata kanan saya adalah senyuman orang yang menembaki saya,” tulisnya dalam sebuah postingan yang kini telah dihapus setelah dibagikan secara luas di kelompok protes dan media sosial.
Lebih dari 400 dokter mata dari Iran telah menandatangani surat yang memperingatkan Mahmoud Jabbarvand, sekretaris jenderal Perhimpunan Oftalmologi Iran, tentang apa yang tampaknya merupakan pembungkaman yang disengaja terhadap para pengunjuk rasa.
Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Saverio Marfia |
Salah satu dokter mata yang menandatangani surat tersebut mengatakan bahwa mereka telah merawat empat pasien yang kehilangan sebagian atau seluruh penglihatannya, termasuk seorang pria berusia 20 tahun yang hasil rontgennya menunjukkan 18 pelet di kepala dan wajahnya.
"Saya merasa ngeri, saya merasa sangat marah dan saya meneteskan air mata melihat rasa sakit mereka. Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan sangat menyakitkan memikirkan orang-orang yang terluka ini yang semuanya masih muda dan harus hidup dengan kecacatan dan penglihatan yang buruk selama sisa hidup mereka,” katanya.
Kematian Mahsa Amini telah memicu gerakan protes anti-pemerintah terbesar di Iran dalam lebih dari satu dekade. Pihak berwenang Iran diketahui melakukan tindakan keras dan brutal terhadap pengunjuk rasa, dilaporkan setidaknya ada 1.000 orang di provinsi Teheran menjadi terdakwa atas dugaan keterlibatan mereka dalam protes tersebut. Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 326 orang sejak protes dimulai dua bulan lalu, menurut LSM Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |
Protes Kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup
Protes Kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Chris McGrath
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Saverio Marfia