Seperti di Medan Perang, Mahasiwa yang Berdemo Kematian Mahsa Amini Dikumpulkan Lalu Ditembaki oleh Aparat Iran
Sudah dua minggu lebih berlalu sejak protes pecah di Iran. Unjuk rasa tersebut masih berlanjut pasca kematian seorang perempuan bernama Mahsa Amini. Perempuan berusia 22 tahun itu ditangkap oleh polisi moral Iran karena dianggap melanggar aturan hijab. Protes tersebut bahkan sampai menelan korban jiwa, tercatat dari kabar terakhir diperkirakan ada 92 orang yang tewas.
Baru-baru ini yang jadi sorotan adalah mahasiswa pemrotes kematian Mahsa Amini di Iran dikumpulkan di satu tempat, kemudian ditembak oleh aparat layaknya di medan perang, sebagaimana dilansir dari CNN.
Salah seorang remaja Iran bernama Farid, menerima telepon dari temannya yang menangis dan meminta tolong pada Minggu (2/10). Farid pun bergegas ke Universitas Sharif di Teheran.
"Tolong datang selamatkan kami. Kami terjebak di sini. Mereka menembaki kami," kata teman Farid.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto |
Setibanya Farid di lokasi, ia melihat adegan yang memilukan hati. Ratusan mahasiswa terperangkap di tempat parkir oleh Korps Pengawal Revolusi Iran, menurut video yang diverifikasi CNN dari media sosial.
"Mereka punya senjata, mereka punya senjata paintball, mereka punya pentungan," kata Farid, yang namanya diubah demi keselamatannya.
"Mereka menggunakan gas... [yang] dilarang secara internasional... itu adalah zona perang... ada darah di mana-mana."
Dalam satu video yang diunggah ke media sosial dari tempat kejadian, polisi terlihat menahan mahasiswa dan membawa mereka dengan sepeda motor. Di tempat lain, dentuman keras terdengar.
Itu adalah hari pertama sekolah, tetapi banyak mahasiswa yang menolak untuk mengikuti kelas. Mereka memprotes dalam sebuah gerakan nasional yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini. Selama lebih dari dua minggu, protes telah terjadi di lebih dari 45 kota di seluruh Iran, termasuk ibu kota, dengan puluhan orang dilaporkan tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
Farid mengatakan, insiden hari Minggu dimulai setelah sekelompok mahasiswa ditegur oleh keamanan kampus, yang memanggil bala bantuan, karena melakukan protes dan terlibat dalam nyanyian anti-rezim.
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup |
"Awalnya siswa menolak masuk kelas. Dan kemudian (profesor) sains datang untuk berbicara dengan mereka karena mereka meneriakkan hal-hal... para mahasiswa digiring oleh pasukan keamanan universitas, dan mereka kemudian dihentikan oleh Sepah (pasukan IRGC), yang mengenakan pakaian orang biasa," Farid mengatakan kepada CNN.
"Mereka [aparat] mengatakan kepada mereka [mahasiswa] bahwa 'jika Anda pergi ke dekat stasiun kereta bawah tanah, kami akan mulai menembak, kembali ke universitas.' Dan kemudian setelah setengah dari siswa kembali ke universitas, mereka membiarkan yang lain masuk ke tempat parkir. Dan setelah itu, mereka mulai menembak mereka dengan pistol paint ball dan menahan mereka dengan cara yang sangat, sangat biadab," tambahnya.
Surat kabar resmi universitas, Sharif Daily, juga melaporkan bahwa pasukan keamanan menembakkan peluru 'yang tidak terlalu mematikan' ke sekelompok besar mahasiswa di tempat parkir kampus ketika mereka berusaha melarikan diri dari pasukan keamanan pada hari Minggu. Tiga asrama utama Universitas Sharif juga "ditembak" oleh pasukan keamanan, menurut Farid, yang mengklaim bahwa masih ada mahasiswa yang bersembunyi di universitas setelah peristiwa Minggu malam.
"Saat kami berbicara, masih ada mahasiswa yang bersembunyi di universitas di tempat parkir atau di ruang profesor," katanya kepada CNN.
Mengutip sebuah sumber di universitas, kantor berita negara Iran IRNA mengatakan bahwa 30 dari 37 mahasiswa yang ditangkap selama protes telah dibebaskan.
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian |
Seperti diketahui, sebelum ditangkap-tewas, Mahsa Amini dikabarkan sedang bepergian dengan keluarganya dari provinsi Kurdistan ke Teheran, ibu kota Iran, untuk mengunjungi kerabatnya. Namun, Mahsa ditangkap oleh polisi moral Iran karena diduga tidak mematuhi aturan penggunaan jilbab negara tersebut.
Lalu penangkapan pun terjadi. Saksi mata melaporkan bahwa Amini dipukuli di dalam mobil polisi. Saksi mata juga menyatakan bahwa Amini dipukuli saat dibawa polisi ke pusat penahanan, hingga membuatnya mengalami cedera serius. Amini meninggal di rumah sakit setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma.
Pasukan keamanan Iran telah mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa Amini meninggal karena serangan jantung di pusat penahanan. Padahal, keluarganya telah membantah klaim ini, mengatakan bahwa putri mereka dalam keadaan sehat ketika dia ditahan. Selain itu, foto-foto Mahsa terbaring di ranjang rumah sakit dengan luka-luka di wajah juga viral dan beredar luas di media sosial.
Kematian Mahsa Amini tidak hanya memicu protes dari Iran, namun juga beberapa negara lainnya di dunia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Sean Gallup
Mahsa Amini/ Foto: Twitter via The Guardian