Psikolog Ungkap 5 Cara Orang Tua Mengelola Rasa Bersalah pada Anak

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 08 Oct 2025 11:00 WIB
4. Jangan biarkan rasa bersalah menghambat emosi
Rasa bersalah dapat menutupi emosi lainnya. Makanya, orang tua perlu mengindetifikasi perasaan./ Foto: freepik.com/freepik

Sebagai orang tua, perasaan bersalah karena kurang sempurna dalam mengasuh anak sering kali dirasakan. Walaupun sudah melakukan berbagai usaha, mungkin tetap timbul perasaan cemas belum mengasuh anak dengan baik.

Perasaan ini muncul karena adanya ekspektasi, baik dari diri sendiri maupun orang lain, dalam pengasuhan anak. Jika didiamkan, orang tua akan semakin larut dalam perasaan bersalah sehingga akan mengganggu kesehatan mental.

Perasaan bersalah (guilt) menurut Psychology Today merupakan bagian dari kategori emosi self-evaluative, yakni emosi yang berkaitan terhadap penilaian sikap diri sendiri telah berbuat salah. Emosi ini juga akan muncul ketika perbuatan tidak mencapai ekspektasi yang dimiliki.

Bukan berarti tidak bisa diatasi sama sekali. Ada beberapa cara yang orang tua dapat lakukan untuk mengelola rasa bersalah terhadap anak ini.

1. Mengenali Rasa Bersalah

Pertama orang tua perlu mengenali rasa bersalah. Sadari dan mengidentifikasi pemicu rasa bersalah.

Pertama orang tua perlu mengenali rasa bersalah. Sadari dan mengidentifikasi pemicu rasa bersalah./ Foto: freepik.com/freepik

Merasakan perasaan bersalah memang tidak nyaman, tapi bukan berarti harus dihindari. Ketika mengalami perasaan tersebut, orang tua mungkin langsung mati-matian memperbaiki diri hingga sampai titik mengorbankan segalanya untuk anak, termasuk waktu untuk beristirahat. 

Namun lama-kelamaan, langkah ini justru akan membuat orang tua kesulitan mengenali diri sendiri dan menimbulkan dampak buruk jangka panjang. Oleh karena itu, saat mengalami perasaan ini, orang tua perlu menyadari dan mengidentifikasi pemicu rasa bersalah yang dipercaya bisa membantu meredam emosi negatif dan menimbulkan perasaan tenang.

2. Menghindari rasa bersalah yang toxic

Orang tua perlu hindari rasa bersalah yang toxic. Menyalahkan diri sendiri tapi tidak berbuat salah.

Orang tua perlu hindari rasa bersalah yang toxic. Menyalahkan diri sendiri tapi tidak berbuat salah./ Foto: freepik.com/freepik

Rasa bersalah juga ada batasan wajarnya, Beauties. Ketika rasa bersalah terlalu berlebihan hingga toxic, yakni merasa bersalah padahal tidak melakukan kesalahan, maka ini perlu diwaspadai. Kondisi ini mungkin dipicu dari ekspektasi sosial atau pengalaman masa kecil. Misalnya, merasa tidak memenuhi standar sebagai “ibu yang baik”, seperti yang dijelaskan dalam jurnal Qualitative Sociology. Pengalaman pengasuhan yang diterima orang tua juga dapat jadi penyebab rasa bersalah ini, seperti pola asuh yang membentuk keyakinan bahwa memprioritaskan diri sendiri adalah hal yang salah.

3. Menghadapi rasa bersalah

Menghadapi perasaan bersalah. Atur pernapasan untuk menenangkan diri /Foto: Freepik/Benzoix

Menghadapi perasaan bersalah. Atur pernapasan untuk menenangkan diri/ Foto: Freepik.com/benzoix

Pengelolaan emosi yang sehat berarti mengizinkan diri sendiri merasakan emosi apa pun, termasuk rasa bersalah, tapi diiringi kontrol diri. Menurut Psikolog Juli Fraga, co-author dari Parents Have Feelings, Too, “Hadapi gejolak emosi yang ada dalam kondisi rileks. Misalnya, cobalah tenangkan tubuh dengan napas dalam dari perut terlebih dahulu.” Ia merekomendasikan teknik pernapasan untuk menenangkan diri, yaitu tarik napas selama empat hitungan dan keluarkan selama empat hitungan. 

 

4. Jangan biarkan rasa bersalah menghambat emosi

Rasa bersalah dapat menutupi emosi lainnya. Makanya, orang tua perlu mengindetifikasi perasaan.

Rasa bersalah dapat menutupi emosi lainnya. Makanya, orang tua perlu mengindetifikasi perasaan./ Foto: freepik.com/freepik

Rasa bersalah dijelaskan dalam CNBC Make It sebagai salah satu emosi penghambat di mana mengalaminya dapat menutupi ‘emosi inti’ seperti marah, sedih, atau takut. Contohnya, rasa bersalah mungkin akan menutupi kesedihan ketika orang tua melewatkan waktu quality time bersama anak. Untuk mengatasinya, orang tua dianjurkan tidak menghindari semua perasaan yang diterima, melainkan menamai, mengakui, dan memproses emosi yang dirasakan.

5. Lakukan refleksi diri

Ketika merasa bersalah muncul, coba lakukan refleksi diri. Refleksi diri membantu melihat diri sendiri secara lebih objektif.

Ketika merasa bersalah muncul, coba lakukan refleksi diri. Refleksi diri membantu melihat diri sendiri secara lebih objektif./ Foto: freepik.com/freepik

Terakhir adalah refleksi diri. Perasaan bersalah bisa saja muncul karena pikiran-pikiran negatif, Beauties. Pikiran tersebut dapat berujung pada kesimpulan rasa tidak kapabel sebagai orang tua, padahal belum tentu. Lakukan refleksi diri untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif. Sebagai panduan, orang tua dapat mencoba jawab pertanyaan, “Jika anak saya atau sahabat terbaik saya berada dalam situasi yang sama atau merasakan hal yang sama, apa yang akan saya katakan kepada mereka?”

Ketika orang tua berhasil mengelola emosi mereka dengan baik, termasuk rasa bersalah itu sendiri, mereka tidak hanya melindungi kesehatan mental diri, tapi juga mencontohkan kecerdasan emosional pada anak.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE