Sebelum Tabungan Terkuras, Ini 6 Cara Ampuh Menghentikan Kecanduan Belanja Online

Nindya Putri Hermansyah | Beautynesia
Sabtu, 20 Dec 2025 20:00 WIB
2. Unfollow Akun Toko
Ilustrasi klik unfollow pada akun toko/Freepik: freepik

Di era serba digital seperti sekarang, belanja online sudah menjadi rutinitas yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Notifikasi diskon, tampilan produk yang menarik, hingga kemudahan checkout membuat siapa pun mudah tergoda untuk menekan tombol “beli sekarang”. Tanpa sadar, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi dorongan yang sulit dihentikan, apalagi ketika belanja dijadikan pelarian dari stres atau kebosanan.

Namun, Beauties, di balik kesenangan sesaat itu, kebiasaan belanja impulsif bisa menguras tabungan, mengganggu kesehatan mental, dan mengubah pola hidup menjadi kurang terkendali. Jika kamu mulai merasa kecanduan belanja online atau ingin mencegahnya sejak dini, ada cara-cara yang terbukti ampuh untuk mengatasinya. Yuk, baca!

1. Hapus Aplikasi & Matikan Notifikasi

Ilustrasi diskon besar-besaran/Freepik: freepik

Dilansir dari Psychology Today, stimulus digital seperti notifikasi email, SMS, atau notifikasi dari aplikasi belanja memberi dorongan kuat pada otak untuk segera membeli tanpa berpikir panjang. Saat ponsel terus terpapar notifikasi tersebut, dorongan impulsif akan lebih sering muncul dan semakin sulit dikendalikan.

Untuk mengurangi godaan itu, kamu bisa menghapus aplikasi e-commerce dari ponsel dan mematikan semua notifikasi yang bersifat promosi. Dengan cara ini, pengguna tidak lagi menerima rangsangan berulang yang mendorong perilaku belanja spontan.

Dr. Lane menekankan bahwa tanpa dorongan digital tersebut, proses berpikir menjadi lebih tenang dan rasional, sehingga kamu bisa lebih mudah menilai apakah sebuah pembelian benar-benar diperlukan atau hanya sekadar keinginan sesaat.

2. Unfollow Akun Toko

Ilustrasi klik unfollow pada akun toko/Freepik: freepik

Akun-akun yang menampilkan rekomendasi barang lucu, haul, atau diskon adalah pemicu kuat. Harvard Business Review merilis analisis yang menyatakan bahwa paparan visual yang berulang dapat memicu perilaku konsumsi impulsif, terutama pada perempuan usia 18–35 tahun.

Media sosial memengaruhi perilaku belanja dengan menciptakan “emotional triggers”, terutama saat kamu sedang stres atau bosan. Dengan berhenti mengikuti akun toko online dan kreator konten yang mempromosikan barang, kamu membantu otak lepas dari lingkaran sugesti konsumtif.

3. Persulit Proses Pembayaran untuk Menghambat Impuls

Ilustrasi pembayaran belanja online/Freepik: jcomp

Belanja online semakin tidak terasa karena aplikasi menyimpan kartu kredit dan debit secara otomatis. Menurut CNBC, penghapusan kartu dari aplikasi membuat seseorang lebih berhati-hati saat checkout karena harus memasukkan data secara manual. Hambatan kecil ini cukup untuk memicu evaluasi ulang.

The Wall Street Journal juga menambahkan bahwa pembayaran digital cenderung “tidak terasa” sehingga otak kurang merasakan kehilangan uang. Sebaliknya, metode seperti cash, virtual debit prabayar, atau transfer manual membantu mengembalikan rasa kontrol terhadap uang yang keluar.

4. Terapkan Aturan Tunda: The 3-Day Rule

Ilustrasi berpikir untuk tidak belanja/Freepik: stockking

Aturan tunda atau 3-Day Rule menjadi salah satu teknik yang paling efektif untuk menahan dorongan belanja impulsif. Dalam wawancaranya dengan NPR, Dr. Regan Gurung menjelaskan bahwa menunda pembelian selama 72 jam memberi waktu bagi otak untuk keluar dari mode impuls dan masuk ke mode pengambilan keputusan yang lebih rasional.

Tanpa tekanan untuk “beli sekarang”, seseorang bisa menilai kembali apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat akibat emosi seperti stres atau bosan. Periode jeda ini juga membantu menurunkan dorongan dopamin cepat yang biasanya muncul saat melihat promo atau diskon.

Setelah beberapa hari, banyak orang menyadari bahwa mereka tidak lagi tertarik pada barang tersebut, sehingga pembelian yang tidak perlu dapat terhindarkan. Teknik sederhana ini terbukti ampuh, termasuk dalam analisis yang dibahas oleh tim riset Stanford Graduate School of Business tentang pentingnya delay dalam pengambilan keputusan konsumtif.

5. Buat Daftar Keinginan vs. Kebutuhan untuk Mengatur Prioritas

Ilustrasi belanja berlebihan/freepik: freepik

Pakar perencanaan keuangan, Tori Dunlap, menyampaikan dalam Business Insider bahwa jurnal belanja dengan kategori “kebutuhan” dan “keinginan” membantu seseorang menyadari pola pembelian tidak penting. Cara ini membuat batas yang jelas antara kebutuhan primer dan keinginan impulsif.

Perilaku konsumsi dapat dikendalikan ketika seseorang memiliki “kerangka keputusan” yang memandu prioritas. Membuat daftar belanja yang harus ditaati adalah salah satu kerangka paling efektif. Dengan daftar ini, kamu bisa bertanya pada diri sendiri setiap mau checkout: Apakah ini kebutuhan, atau hanya keinginan sesaat?

6. Temukan Pengganti Sehat untuk Mengisi Waktu Luang

Ilustrasi melakukan kegiatan selain belanja/Freepik: jcomp

Kebiasaan belanja impulsif sering kali dipicu bukan karena kebutuhan, tetapi karena emosi tertentu seperti stres, kesepian, atau kebosanan. Dalam penjelasannya untuk Cleveland Clinic, banyak orang menggunakan belanja sebagai pelarian cepat karena aktivitas tersebut memberikan sensasi lega sesaat. Namun, rasa lega itu tidak bertahan lama dan justru bisa berkembang menjadi pola konsumsi kompulsif jika dilakukan berulang tanpa kontrol.

Untuk memutus lingkaran ini, Verywell Mind merekomendasikan kegiatan seperti olahraga, membaca, memasak, atau berkebun untuk mengalihkan fokus dari keinginan belanja. Aktivitas-aktivitas tersebut membantu tubuh menghasilkan hormon bahagia secara alami sekaligus mengurangi waktu berselancar di e-commerce. Dengan rutinitas sehat ini, dorongan belanja impulsif perlahan melemah dan kebiasaan konsumtif pun makin terkendali.

7. Kelola Uang dengan Lebih Terencana: Anggaran & Catatan Pengeluaran

Ilustrasi mengelola keuangan/Freepik: freepik

Kecanduan belanja sering muncul karena tidak ada batas yang jelas pada pengeluaran. Pakar finansial personal, Suze Orman, menegaskan bahwa membuat budget khusus belanja online adalah langkah penting agar seseorang tahu kapan harus berhenti.

Selain itu, mencatat seluruh pengeluaran mulai dari harga barang, tanggal pembelian, hingga alasan membeli, memberi kesadaran penuh terhadap perilaku konsumsi. Dalam riset yang dipublikasikan oleh Journal of Consumer Affairs, pencatatan pengeluaran terbukti meningkatkan kontrol diri dan mengurangi kebiasaan impulsif.

Belanja online tidak selalu salah, tapi kendali ada di tanganmu, Beauties. Mulai pelan-pelan, buat batasan, dan pilih aktivitas yang lebih bermakna!

____

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)

RELATED ARTICLE