Semua Hal Penting yang Perlu Kamu Ketahui Seputar Konklaf untuk Gantikan Paus Fransiskus
Usai Paus Fransiskus dikabarkan wafat pada 21 April 2025 yang lalu dan umat Katolik seluruh dunia melewati masa berkabung, maka proses konklaf dalam rangka pemilihan paus yang baru akan dilangsungkan. Ada beberapa informasi penting seputar peristiwa bersejarah ini yang perlu kamu ketahui, Beauties.
Diketahui bahwa konklaf resmi digelar pada hari Rabu, 7 Mei 2025, seperti yang dikutip dari situs dan media sosial Vatican News dan situs resmi dari media sosial Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Simak informasinya selengkapnya berikut ini.
1. Konklaf Dihadiri Para Kardinal Terpilih
![]() Para Kardinal Terpilih akan Hadiri Konklaf/Foto: Instagram.com/Konferensi Wali Gereja Indonesia |
Dijelaskan oleh Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, selaku Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia, bahwa kardinal yang memenuhi syarat akan diundang untuk memilih dan dan dapat dipilih sebagai paus. “Biasanya diadakan 15 sampai 20 hari setelah wafat paus. Jadi nanti seluruh kardinal yang berhak akan diundang. Ada sekitar 200 kardinal, tapi hanya kurang lebih 120-an yang berhak dipilih dan memilih, yang berusia 80 tahun ke bawah,” ujar Mgr. Antonius di gedung KWI.
Menurutnya, Kardinal Ignatius Suharyo, sebagai Uskup Agung Jakarta memenuhi syarat sebagai kriteria kardinal yang menghadiri konklaf. Dari segi kriteria usia, beliau berhak memilih dan dipilih untuk jadi pengganti paus. Mengutip dari BBC, sebanyak 133 kardinal Katolik yang ikut serta dalam konklaf hari ini, Beauties.
Nantinya, para kandidat, yaitu kardinal yang mendapatkan setidaknya dua per tiga suara dari keseluruhan suara, akan terpilih untuk menjadi pemimpin untuk sekitar 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
2. Proses Konklaf
Proses Konklaf/Foto:Instagram/Konferensi Wali Gereja Indonesia
Proses konklaf tak sama dengan proses pemilihan presiden atau pemimpin pemerintah pada umumnya, yang melibatkan masyarakat umum secara langsung dalam memilih. Tapi para kardinal dan suara dari mereka yang akan menjadi penentu. Tentunya hal ini juga bersifat sangat rahasia.
Seperti yang diinformasikan oleh Ketua KWI, bahwa Kardinal Ignatius Suharyo, dari Indonesia turut mengikuti proses konklaf di Vatikan. Menurutnya para kardinal sudah berkumpul di Vatikan, lalu setiap hari berbicara beragam hal, seperti sinode, ada gagasan-gagasan dan tantangan gereja ke depan.
Setelah tanggal konklaf resmi ditentukan, para kardinal yang terpilih akan menuju ke tempat konklaf, yaitu Kapel Sistina di Vatikan. Seorang kandidat membutuhkan dua pertiga suara yang masuk untuk terpilih. Jelang konklaf, para kardinal yang terlibat, menuju Wisma Santa Marta di dalam Vatikan.
Mereka dilarang untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Para kardinal juga akan ikut misa di Basilika Santo Petrus di pagi hari saat pelaksanaan konklaf, hingga puncak pemilihan suara dilangsungkan di Kapel Sistina.
Asap putih dari cerobong kapel Sistina adalah penanda telah terpilihnya paus baru. Berhubung usia yang sudah lebih dari 80 tahun, Dekan Kolegium Kardinal yang sebelumnya ditugaskan kepada Giovanni Battista Re dari italia, digantikan oleh Kardinal Dominique Mamberti. Diketahui bahwa kardinal Mamberti juga dilarang membawa handphone selama proses konklaf berlangsung demi menjaga kerahasiaan.
Nantinya, usai paus terpilih, Kardinal Mamberti akan menginformasikan dan mengenalkan paus baru kepada para umat di lapangan Santo Petrus dengan mengucapkan istilah, ‘Habemus Papam’ yang berarti, ‘Kita memiliki seorang paus’
Siapa Kandidat Terkuat untuk Jadi Paus Berikutnya?
Kardinal Luis Tagle
Kardinal Luis Tagle/Foto: Instagram/cardinal.tagle
Sebenarnya setiap kardinal yang diundang berpotensi sama-sama memilih dan terpilih menjadi paus, Beauties. Dalam beberapa informasi, diperoleh nama-nama kandidat yang cukup populer, bisa jadi karena sebelumnya sudah menjabat sebagai jabatan-jabatan fungsional tugas penting gereja. Meskipun seperti yang telah diketahui para kardinal yang terlibat, berhak memilih dan dipilih. Salah satunya, Luis Antonio Tagle dari Filipina.
Kardinal Tagle yang dikenal dekat dengan anak-anak muda dan cukup progresif karena mengikuti berbagai perkembangan anak muda dan dinilai mudah beradaptasi dan memahami isu-isu seputar anak muda, karena anak muda tentu menjadi masa depan untuk gereja Katolik sendiri.
Pria berusia 67 tahun juga dianggap sebagai kardinal dari Asia yang dekat dengan sosok Paus Fransiskus dan memiliki sejumlah kemiripan dalam berbagai pendekatan yang dilakukan, khususnya dalam pendekatan inklusif pada pelayanan Gereja.
Kardinal Pietro Parolin
Kardinal Pietro Parolin/Foto: Instagram/parolin_pietro_
Nama Kardinal Pietro Parolin dari Italia sudah tak terdengar asing lagi bagi para umat Katolik atau pun gereja. Kardinal yang menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013 ini dinilai cukup memiliki dampak atau pengaruh positif yang kuat dalam hal yang berhubungan dengan kepentingan diplomatis.
Tak hanya cerdas karena memiliki wawasan teologis yang moderat, tapi Kardinal Parolin juga dianggap berpotensi sukses jadi penengah atau mediator antara sisi yang progresif dan konservatif.
Sebagai Kardinal berusia 70 tahun, ia juga piawai dalam strategi yang berhubungan dengan skill diplomatik yang tentunya ini juga turut dibutuhkan sebagai seorang pemimpin.
Kardinal Turkson
Kardinal Turkson/Foto: Instagram/cardinalpeterturkson
Dikenal sebagai kardinal berkulit hitam dari Ghana, Peter Turkson dinilai dengan sifat dan kepribadiannya yang khas untuk berani terhadap pembahasan isu-isu kemanusiaan. Mulai dari kasus yang berhubungan dengan perubahan iklim, kesejahteraan, kemiskinan hingga keadilan sosial.
Saat ini Kardinal Turkson berusia 76 tahun dan ia diketahui sebagai sosok kardinal yang turut berpengalaman dalam mengepalai lembaga yang mengelola masalah pengembangan manusia di Vatikan. Pengalamannya ini tentu membuat kebanyakan orang juga menilai bahwa ia dianggap kuat sebagai salah satu kandidat kardinal yang berpotensi jadi pengganti paus.
Kardinal Peter Erdo
Kardinal Peter Erdo/Foto: bne intellinews
Kardinal Peter Erdo dari Hongaria dinilai sebagai tokoh yang cukup konservatif. Namun, arti konservatif yang dimaksud di sini adalah bahwa ia memegang teguh dan taat pada prinsip-prinsip dan nilai dari ajaran tradisional gereja.
Beberapa sumber turut memprediksi bahwa dengan gaya yang melekat pada Kardinal Erdo, bisa jadi ia akan kembali membawa gaya kepemimpinan ala Paus Benediktus XVI. Kardinal yang berusia 72 tahun ini juga diketahui merupakan pakar hukum kanonik dan pernah memimpin Dewan Konferensi Uskup Eropa.
Kardinal Angelo Scola
Kardinal Angelo Scola/Foto: Dok. The college of Cardinals Report
Angelo Scola, dari Italia. Kardinal Scola dikenal cerdas dan memiliki pemahaman teologis yang kuat dan namanya cukup populer karena merupakan mantan Uskup Agung Milan. Ia dikenal memiliki pandangan yang lebih konservatif dan tradisional dibandingkan dengan Paus Fransiskus.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Mgr. Antonius dan Kardinal Suharyo, bahwa berbagai kemungkinan bisa terjadi saat proses konklaf yang berlangsung. Namun pastinya proses akan sangat rahasia dengan melibatkan Kardinal yang sudah memenuhi kriteria.
Kardinal yang berhak dipilih dan memilih, tentu akan menghasilkan berbagai kemungkinan. Beberapa kandidat yang disebutkan di atas adalah hasil pengamatan dari berbagai pandangan yang melihat para kardinal sebagai tokoh-tokoh yang sebelumnya sudah cukup berpengalaman dalam menjalani tugas tugas penting di gereja. Hasil pastinya seperti apa tentu hanya akan diketahui usai konklaf berlangsung secara resmi sesuai aturan yang berlaku.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
