Sering Curhat Berlebihan? Yuk, Kenalan dengan Trauma Dumping dan Solusinya!

Retno Anggraini | Beautynesia
Kamis, 03 Apr 2025 19:30 WIB
Sering Curhat Berlebihan? Yuk, Kenalan dengan Trauma Dumping dan Solusinya!
Mengenal trauma damping dan cara mengatasinya/Foto: Freepik.com

Curhat itu wajar, bahkan perlu agar kita tidak memendam semua emosi sendirian. Namun, kamu sadar tidak kalau curhat yang berlebihan justru bisa membuat orang lain kewalahan?

Apalagi kalau tanpa sadar kita terus-menerus menuangkan pengalaman traumatis tanpa mempertimbangkan perasaan pendengar. Kebiasaan ini dikenal sebagai trauma dumping.

Meskipun niatnya hanya untuk meluapkan perasaan, trauma dumping bisa membuat suasana jadi tidak nyaman. Bukan hanya untuk pendengar, tapi juga untuk diri sendiri. Jadi, agar curhat kamu tetap sehat tanpa membuat orang lain terbebani, yuk, cari tahu lebih dalam tentang trauma dumping dan cara mengatasinya seperti yang telah dilansir dari Calm!

Pengertian Trauma Dumping

trauma damping
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/DC Studio

Trauma dumping adalah tindakan mencurahkan pengalaman traumatis secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kesiapan atau batasan pendengar. Orang yang melakukan trauma dumping sering kali tidak sadar bahwa cerita mereka bisa menjadi beban emosional bagi orang lain.

Berbeda dengan curhat sehat yang memiliki tujuan untuk mencari solusi atau melepaskan perasaan secara terkontrol, trauma dumping justru cenderung terjadi secara spontan dan tanpa batasan.

Curhat Sehat vs. Trauma Dumping

Mengenal trauma damping dan cara mengatasinya/Foto: Freepik.com/tirachardz

Curhat itu penting untuk menjaga kesehatan mental, tapi tidak semua curhat bisa dikategorikan sebagai curhat sehat. Curhat yang sehat biasanya dilakukan dengan tujuan mencari solusi atau sekadar berbagi perasaan tanpa membuat pendengar kewalahan.

Ada timbal balik dalam percakapan, dan pendengar juga diberikan ruang untuk berbicara atau memberikan respons yang nyaman. Sementara itu, trauma dumping lebih seperti “membuang” semua emosi dan cerita traumatis tanpa memperhatikan kesiapan orang lain.

Biasanya, orang yang melakukan trauma dumping cenderung bercerita secara terus-menerus, tanpa memberi kesempatan pendengar untuk memberikan tanggapan atau menyatakan apakah mereka nyaman dengan topik tersebut. Bukannya melegakan suasana, trauma dumping justru bisa membuat hubungan jadi terasa berat sebelah.

Kenapa Orang Melakukan Trauma Dumping?

trauma damping
Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Ada banyak alasan kenapa seseorang bisa terjebak dalam kebiasaan trauma dumping. Salah satunya adalah kebutuhan untuk mendapatkan validasi. Mereka ingin didengar dan dimengerti, sehingga terus-menerus membicarakan pengalaman traumatis tanpa menyadari bahwa itu bisa membebani pendengar.

Selain itu, kurangnya mekanisme coping yang sehat juga bisa jadi penyebab utama. Ketika seseorang tidak tahu bagaimana cara mengelola emosi dengan baik, mereka cenderung menuangkan semuanya tanpa filter ke orang lain.

Beberapa orang juga melakukannya karena tidak sadar bahwa mereka sudah melewati batas yang wajar dalam berbagi cerita. Ada juga yang terjebak dalam victim mindset, sehingga terus-menerus menceritakan pengalaman buruk tanpa benar-benar berusaha mencari jalan keluar.

Contoh Trauma Dumping dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengenal trauma damping dan cara mengatasinya/Foto: Freepik.com

Trauma dumping ini bisa terjadi di mana saja, termasuk di chat, media sosial, atau langsung dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, seseorang tiba-tiba mengirim chat panjang berisi curhatan super emosional tanpa menanyakan terlebih dahulu apakah lawan bicara memiliki waktu luang atau siap mendengarkan.

Di tempat kerja, ada juga yang sering curhat soal masalah pribadinya setiap hari, bahkan di situasi yang kurang tepat. Dalam pertemanan, mungkin ada seseorang yang setiap kali bertemu selalu membawa topik luka masa lalu. Kalau terus-terusan seperti ini, hubungan bisa terasa berat dan menimbulkan lelah mental.

Cara Mengatasi Trauma Dumping

Trauma Dumping
Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Kalau kamu menyadari sering melakukan trauma dumping, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mulai sadar akan kebiasaan ini. Sebelum curhat, coba tanya dulu ke diri sendiri apakah lawan bicara kamu siap untuk mendengarkan atau tidak. Dengan begitu, pendengar punya kesempatan untuk jujur soal batasannya.

Selain itu, coba cari cara lain untuk meluapkan emosi, seperti journaling, olahraga, meditasi, atau kalau memang perlu, bicara sama profesional seperti psikolog. Kalau kamu ada di posisi pendengar dan merasa kewalahan, tidak ada salahnya untuk menetapkan batasan. Bisa bilang dengan sopan kalau kamu peduli, tapi juga butuh waktu buat diri sendiri.

Yang paling penting, bangun komunikasi yang lebih sehat dan penuh empati. Curhat itu hal yang wajar, tapi penting untuk memahami batasannya agar tidak berubah menjadi trauma dumping. Dengan begitu, hubungan kamu tetap nyaman tanpa ada yang merasa terlalu terbebani.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE