
Tak Selalu Indah Layaknya Drama, Ini 3 Hal yang Kerap 'Meresahkan' Masyarakat Korea Selatan

Memiliki kehidupan di Korea Selatan tidak selamanya indah layaknya seperti di drama-drama romantis kebanyakan. Hidup di mana pun, memang pasti akan mengalami kesulitan. Tetapi, khususnya di Korea Selatan, terdapat perseoalan yang semakin mengkhawatirkan.
Negara asal kimchi tersebut menghadapi berbagai hal yang bahkan telah membahayakan nyawa dan keselamatan banyak orang. Pemerintah Korea Selatan pun telah melakukan banyak hal untuk mengatasi hal tersebut. Hanya saja, para oknum, dan pelaku masih terus bermunculan dan bisa lolos.
Apa saja persoalan tersebut? Berikut hal-hal yang membuat warga Korea Selatan merasa resah hingga tidak tenang.
Masuk Aliran Sekte Tertentu
![]() In The Name of God: A Holy Betrayal Dokumenter/Foto: Netflix |
Kehidupan warga Korea Selatan, bahkan termasuk para turis, kerap sekali diganggu oleh ajakan untuk masuk aliran sekte tertentu. Beberapa bahkan diklasifikasikan sebagai sekte 'sesat', karena melakukan kejahatan dengan penyalahgunaan kekuasaan sekte tersebut.
Pencucian otak yang dimaksudkan untuk mendapatkan uang, bahkan melakukan kejahatan seksual pada para jemaat. Hal ini tentu memicu kekhawatiran warga Korea Selatan, mengingat selain pencucian otak untuk memeras uang dan kejahatan seksual, bahkan sempat terjadi kerusuhan dikarenakan para jemaat aliran sekte ini.
Para pengurus sekte, biasanya mencari calon anggota lain dengan berkeliling dan menawarkan datang masuk ke dalam aliran sekte. Seperti yang dialami oleh Hyun Jin Stray Kids yang mengaku pernah diajak masuk aliran sekte tertentu, namun segera menyelamatkan diri pergi dari pertemuan dan untungnya berhasil selamat.
Hal ini bisa kamu saksikan secara lebih nyata dalam sebuah dokumenter yang dirilis oleh Netflix. Dokumenter tersebut berjudul “In The Name of God: A Holy Betrayal”. Wawancara para saksi dan korban bahkan bukti nyata kejadian dapat disaksikan dalam dokumenter tersebut.
Penipuan Telepon
![]() Adegan penipuan telepon di film On The Line/Foto: Screenanarchy |
Voice phising atau penipuan telepon sangat menjamur sekali di Korea Selatan. Modusnya sama seperti Mama minta pulsa di Indonesia. Namun, lebih canggih lagi, para pelaku penipuan telepon akan dengan niat menyiapkan naskah tertentu seperti pemanggilan oleh Jaksa, telepon dari kerabat, bahkan telepon dari orang tua dan anak dengan suara yang dibuat semirip mungkin agar korban percaya.
Kejahatan ini dilakukan secara cepat dan massive oleh sekelompok orang yang memiliki sumber daya dan peralatan yang canggih. Seperti komputer dan telepon sekali pakai untuk melaksanakan kejahatannya.
Sudah banyak warga Korea Selatan yang menjadi korban dari penipuan ini, dan pelaku masih sulit untuk dilacak. Fenomena ini sendiri beberapa kali diangkat ke dalam layar lebar maupun layar kecil sinema Korea Selatan.
Misalnya di drama Taxi Driver (2021) yang dibintangi Lee Je Hoon, serta film On The Line (2021) yang dibintangi Byun Yo Han bersama Kim Moo Yeol. Mengisahkan sekelompok pelaku voice phising beserta pemberantasan pelaku.
Pemerasan Pornografi
![]() Pelaku Nth Room/Foto: Newsweek |
Hal selanjutnya yang membuat warga Korea Selatan dihantui ketakutan adalah pemerasan pornografi yang dilakukan pada para perempuan sebagai korban. Pembocoran foto-foto pribadi serta konten pornografi yang dilakukan untuk melakukan pemerasan baik dalam materiil maupun non-materiil.
Biasanya modus pemerasan ini diawali oleh kiriman foto-foto oleh pelaku pada korban, disertai identitas seperti nomor kartu identitas, alamat, dan bahkan tempat kerja. Setelah korban merasa ketakutan, pelaku akan meminta korban untuk membuat konten pornografi.
Selanjutnya, konten tersebut akan dijual oleh pelaku kepada para pengguna atau pembeli di grup yang dibuat oleh pelaku. Konten pornografi tersebut kemudian akan digunakan kembali untuk memeras korban.
Jika korban tidak menurut, alamat rumah serta tempat kerja korban akan disebarkan dan bahkan didatangi oleh pelaku dan para anggota di dalam grup jual beli konten pornografi yang dimiliki oleh pelaku.
Salah satu kasus yang paling besar, adalah kasus Nth Room. Pemilik grup Nth Room memaksa dan mendistribusikan konten pornografi dari korban yang dipaksa.
Total 74 perempuan berhasil diidentifikasi, dengan 16 di antaranya merupakan anak di bawah umur. Kasus ini telah diangkat ke dalam dokumenter dari Netflix berjudul “Cyber Hell”.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |