Ternyata Begini Kebiasaan FOMO Pengaruhi Keuangan Kita, Baru Gajian Bisa Langsung Boncos

Budi Rahmah Panjaitan | Beautynesia
Jumat, 30 May 2025 12:30 WIB
Ternyata Begini Kebiasaan FOMO Pengaruhi Keuangan Kita, Baru Gajian Bisa Langsung Boncos
Foto: Freepik.com/freepik

Istilah “FOMO” atau Fear of Missing Out memang cukup populer belakangan ini. Secara sederhana, FOMO dimaknai sebagai rasa takut tertinggal apabila tidak terlibat, tidak mengikuti suatu aktivitas atau tren.

Nah, bisa dibayangkan bagaimana jika perasaan-perasaan seperti ini terjadi pada konteks yang mengarah pada keuangan kita. Semisal ada tren fashion terbaru, tempat makan terbaru dan lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa FOMO bisa mempengaruhi keuangan kita, simak selengkapnya di bawah ini.

Memahami FOMO dan Akar Emosinya

Fomo/ Foto: Freepik.com/jcomp
Fomo/ Foto: Freepik.com/jcomp

Mengutip Thedollarstretcher,  FOMO muncul ketika kita merasa seakan-akan teman atau orang lain meraih pengalaman yang lebih seru, bergengsi, atau memuaskan daripada yang kita punya. Di era media sosial, kemunculan foto-foto liburan mewah, gadget terbaru, atau pakaian bermerek yang dipamerkan teman membuat kita membandingkan hidup kita dengan mereka.

Padahal di balik layar, setiap orang punya kekurangan dan anggaran masing-masing. Gairah untuk “ikut tren” inilah yang memicu dorongan membeli sesuatu semata bukan karena benar-benar membutuhkan, melainkan untuk menutup rasa takut ketinggalan.

2. Ledakan Belanja Impulsif Akibat Dorongan Sosial

Belanja impulsif/ Foto: Freepik.com/freepik

Saat FOMO memuncak, kita mudah terjebak pada belanja impulsif. Tiba-tiba, muncul iklan flash sale untuk gadget populer atau diskon terbatas untuk koleksi pakaian musim terkini, dan kita merasa wajib segera checkout sebelum kehabisan.

Padahal, keputusan pembelian seperti ini sering kali tidak direncanakan dan di luar anggaran. Akibatnya, tabungan menipis lebih cepat dari yang diantisipasi, dan kartu kredit pun menumpuk tagihan.

3. Mengorbankan Tujuan Keuangan Jangka Panjang

Keuangan/ Foto: Freepik.com/freepik

Rasa ingin selalu “up to date” dengan teman atau influencer kerap membuat dana yang semestinya dialokasikan untuk tujuan jangka panjang seperti dana darurat, tabungan pensiun, atau pelunasan utang tergoda untuk diambil.

Misalnya, alih-alih menabung untuk investasi, sebagian uang masuk ke dalam pos jalan-jalan ke kafe kekinian atau membeli sepatu limited edition. Seiring waktu, kamu bisa merasa stagnan dalam mencapai tujuan finansial karena sebagian besar anggaran tersedot untuk pemuas kebutuhan sesaat.

4. Terjerat Lingkaran Gaya Hidup yang Terus Melonjak

Lifestyle/ Foto: Freepik.com/tirachardz

FOMO juga bisa memancing lifestyle inflation, yaitu kecenderungan menaikkan standar hidup begitu pendapatan sedikit naik. Sebelumnya, kopi sachet di rumah sudah cukup, tapi setelah melihat teman posting latte art di kafe mahal, kamu tiba-tiba berlangganan kopi harian di luar.

Pengeluaran rutin kian membengkak, namun kepuasan itu cepat hilang begitu muncul tren baru lagi. Akhirnya kamu terus-menerus mengejar “sesuatu yang lebih”, tanpa pernah merasakan kebahagiaan jangka panjang.

5. Belanja Emosional sebagai Pelarian Rasa Cemas

Belanja emosional/ Foto: Freepik.com/drobotdean

Tak jarang FOMO menimbulkan rasa cemas atau rendah diri, yang kemudian coba diobati lewat retail therapy. Ketika hati tertekan melihat teman liburan atau update barang mewah, kita cenderung meredam emosi itu dengan berbelanja barang atau pengalaman serupa. Sayangnya, belanja emosional justru memperparah kecemasan ketika tagihan datang. Alih-alih lega, perasaan bersalah dan stres finansial yang baru malah muncul akibat pemborosan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE