Tipe Introvert yang Manakah Kamu? Simak Ciri-Cirinya!

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Minggu, 21 Dec 2025 17:00 WIB
Introvert yang Pemikir
Ciri introvert pemikir meliputi kemampuan introspeksi yang tinggi dan kecenderungan larut dalam pikiran sendiri/Foto: Unsplash/Annie Spratt

Jika kamu merasa senang menghabiskan waktu sendiri atau dalam kelompok kecil dengan orang-orang terdekat, kemungkinan besar kamu termasuk orang introvert. Orang introvert mendapatkan energi dan merasa “terisi ulang” ketika berada dalam kesendirian atau lingkaran sosial kecil yang dekat dengannya.

Menariknya, ada 4 tipe introvert yang bisa kita temui di lingkungan sekitar kita. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai apa saja tipe-tipe kepribadian introvert yang ada di sekitar sekaligus perbedaan ciri introvert dari masing-masing tipe, kamu bisa simak penjelasan yang dilansir dari Huffpost berikut ini!

Introvert Sosial

Para terapis menjelaskan bahwa introvert sosial biasanya lebih nyaman dalam pertemuan kecil atau percakapan pribadi dibandingkan berada di keramaian. Mereka menikmati waktu sendirian tanpa merasa kesepian, tetapi justru kehabisan energi setelah terlalu lama bersosialisasi sehingga membutuhkan untuk menenangkan diri. Komunikasi lewat teks atau daring juga sering menjadi pilihan yang lebih disukai oleh tipe introvert yang satu ini.

Menurut Monica Cwynar—pekerja sosial klinis berlisensi di Thriveworks Pittsburgh yang berfokus pada hubungan, trauma, dan keterampilan menghadapi stres—penting bagi introvert sosial untuk menerima sifat mereka apa adanya. Ia menyarankan agar mereka memilih kegiatan sosial berskala kecil dan menjadwalkan waktu istirahat setelahnya agar tidak kelelahan.

Sementara itu, Amelia Kelley—terapis yang berfokus pada trauma, penulis, podcaster, dan peneliti—menekankan pentingnya membicarakan kebutuhan pribadi dengan orang terdekat agar mereka memahami batasan yang dimiliki para introvert sosial. Dengan cara ini, para introvert sosial dapat menghindari rasa jenuh atau frustasi terhadap hubungan sosialnya. Meski percakapan semacam itu mungkin terasa canggung, Caitlin Slavens—psikolog sekaligus direktur klinis Couples to Cradles—mengingatkan bahwa menikmati kesendirian bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan.

Sejalan dengan pendapat Slavens, Kristin Anderson—pendiri Madison Square Psychotherapy dan psikoterapis berlisensi yang mendampingi klien introvert—menegaskan bahwa mengenali batas diri merupakan hal penting bagi keseimbangan emosional. Tidak apa-apa menolak acara yang terasa melelahkan, selama seorang introvert sosial tetap menjaga hubungan yang bisa memberi ketenangan dan energi positif baginya.

Introvert yang Pemikir

Ciri introvert pemikir meliputi kemampuan introspeksi yang tinggi dan kecenderungan larut dalam pikiran sendiri/Foto: Unsplash/Annie Spratt

Menurut para terapis, introvert tipe pemikir biasanya menunjukkan beberapa ciri khas, seperti sering berkhayal, gemar melakukan refleksi mendalam, memiliki kesadaran diri tinggi, serta menikmati kegiatan soliter yang kreatif dan menstimulasi pikiran, misalnya menulis, melukis, atau memecahkan teka-teki. Mereka juga cenderung mudah larut dalam pikirannya sendiri saat sedang berbicara dengan orang lain dan bisa merasa kewalahan dalam percakapan yang berlangsung cepat.

Cwynar menyarankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan sosial dan waktu menyendiri. Ia menyarankan agar introvert tipe pemikir tetap bersosialisasi tanpa harus mengorbankan ruang pribadi, misalnya dengan berlibur bersama beberapa teman sambil tetap memiliki waktu untuk diri sendiri. Kelley menambahkan, penting untuk menjadwalkan kegiatan kreatif dan reflektif, berlatih mindfulness, serta membagikan pemikiran kepada orang lain.

Slavens menggarisbawahi bahwa kebiasaan introspektif memiliki manfaat besar. Ia menjelaskan bahwa introspeksi dapat mendorong pertumbuhan pribadi dan kreativitas, serta membantu seseorang menata pikirannya. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar tidak merasa bersalah atau meminta maaf karena membutuhkan ruang mental.

Sejalan dengan itu, Anderson berpendapat bahwa imajinasi adalah sebuah anugerah yang patut dihargai. Ia mendorong agar setiap orang berani berbagi ide karena sering kali orang lain lebih menghargai gagasan tersebut daripada yang kita bayangkan.

Introvert dengan Kecemasan Sosial

Para tipe introvert yang mengalami kecemasan sosial sering merasa gugup saat berinteraksi dan menghindari pertemuan baru/Foto: Freepik

Para terapis menjelaskan bahwa introvert yang mengalami kecemasan sosial umumnya menunjukkan tanda-tanda seperti gugup saat berinteraksi, menghindari pertemuan sosial karena takut dihakimi, hingga terus memikirkan kembali percakapan yang telah berlalu. Mereka biasanya lebih aman di lingkungan yang sudah dikenal dan enggan berinisiatif menyapa orang baru.

Untuk mengatasinya, Cwynar menyarankan agar individu seperti ini perlahan membiasakan diri dengan situasi sosial tanpa memaksakan diri, misalnya menghadiri suatu acara dalam waktu yang singkat, datang bersama teman, atau memilih lingkungan sosial yang lebih kecil. Ia menekankan pentingnya menemukan tempat yang aman dan orang-orang yang mendukung agar seseorang dengan tipe introvert ini dapat berinteraksi sesuai dengan tingkat kenyamanan yang dirasakannya.

Kelley menambahkan bahwa dukungan profesional juga berperan penting. Terapis dapat membantu mengelola pikiran cemas, melatih komunikasi, serta menumbuhkan sikap penuh kasih terhadap diri sendiri guna melawan pikiran negatif.

Slavens dan Anderson menilai bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) sangat efektif untuk membantu proses ini karena mampu mengubah pola pikir menjadi lebih positif dan mendorong perilaku yang sehat. Slavent mengingatkan bahwa otak sebenarnya hanya berusaha melindungi diri meskipun kadang berlebihan, sedangkan Anderson menegaskan bahwa rasa gugup itu wajar dan orang lain tidak akan menilai kita senegatif yang kita bayangkan.

Introvert yang Terkendali

Tipe introvert yang terkendali ditandai dengan kemampuan mengamati sebelum bertindak/Foto: Freepik

Terapis menjelaskan bahwa orang dengan introversi yang terkendali ditandai dengan kecenderungan untuk mengamati sebelum terlibat dalam kelompok, membutuhkan waktu agar merasa nyaman di lingkungan baru, serta tidak menyukai perhatian mendadak.

Individu dengan tipe ini biasanya lebih tenang, berhati-hati dalam berbicara maupun bertindak, dan cenderung berpikir matang sebelum mengambil keputusan. Mereka menghargai rutinitas yang terencana, menikmati kegiatan yang dapat diprediksi, dan merasa lebih tenang setelah interaksi sosial selesai.

Anderson menyarankan agar individu dengan tipe ini menghadapi situasi sesuai ritme mereka sendiri dan menikmati proses hidup yang penuh pertimbangan. Slavens juga menegaskan bahwa setiap orang memiliki kecepatan berpikir yang sama berharganya sehingga penting untuk berada di lingkungan yang menghargai cara berpikir yang hati-hati dan tidak memaksa bertindak cepat.

Sementara itu, Cwynar menganjurkan untuk perlahan melatih diri agar lebih berani berinteraksi dan memulai dengan menyadari nilai dan kontribusi yang diberikan. Kelley menambahkan bahwa sikap hati-hati bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kesadaran yang dapat menjadi kekuatan bila diterapkan dengan tepat. Ia juga mendorong agar setiap individu berani menyampaikan kebutuhannya dan melakukan kegiatan yang mendukung peningkatan rasa percaya diri.

Jika mengungkapkan kebutuhan terasa sulit, Cwynar menyarankan untuk melakukannya di situasi yang menenangkan, misalnya dengan berbicara secara pribadi atau melalui tulisan. Dengan cara itu, komunikasi dapat berlangsung lebih nyaman dan efektif tanpa mengorbankan kenyamanan diri.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE