Undip Bantah Dokter Muda Meninggal karena Jadi Korban Bullying
Viral di media sosial kasus seorang mahasiswi program kedokteran spesialis di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ditemukan tewas di kamar kosnya, diduga bunuh diri. Ramai beredar anggapan bahwa korban diduga mengalami perundungan atau bullying.
Pihak Undip buka suara. Dilansir dari CNN Indonesia, rektor Undip Suharnomo menegaskan dugaan perundungan kepada peserta PPDS berinisial ARL itu tidak benar. Ia menyampaikan duka cita dan mendoakan agar amal ibadah mendiang diterima di sisi Tuhan.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya Almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," demikian kata Suharnomo dalam edaran surat Nomor: 647/UN7.A/TU/VIII/2024 yang diteken pada 15 Agustus 2024.
Undip Buka Suara
Foto: Getty Images/iStockphoto/LPETTET
Menurut Suharnomo, ARL merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun, ARL memiliki problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh.
"Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi Almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," ujarnya.
Suharnomo menyebut selama ini Pengelola Pendidikan Program Studi Anestesi memantau secara aktif perkembangan kondisi almarhumah selama proses pendidikan. Berdasarkan kondisi kesehatan, ARL sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Suharnomo mengaku Undip siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan 'zero bullying' di Fakultas Kedokteran Undip.
Ia mengklaim telah menerapkan gerakan 'zero bullying' yang dipantau secara aktif oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Perundungan dan Kekerasan Seksual pada Fakultas Kedokteran Undip sejak 1 Agustus 2023.
"Kami sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasi yang telah kami lakukan," katanya.
Berkenaan dengan surat Dirjen Yankes Nomor TK.02.02/D/44137/2024, tim Fakultas Kedokteran Undip bersama dengan tim RSUP Dr Kariadi telah melakukan pertemuan dengan Dirjen Yankes dan menyampaikan klarifikasi mengenai hal-hal yang dimaksud.
Undip, menurutnya, selalu siap berkoordinasi dengan pihak-pihat terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusikan dan melakukan penanganan lebih lanjut.
"Kami mengajak semua pihak terutama keluarga besar Undip turut memberikan dukungan moril bagi keluarga yang berduka," ujarnya.
Kronologi
Ilustrasi/Foto: Freepik/Freepik
Dilansir dari detikJateng, Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono mengemukakan penemuan jenazah korban terjadi pada Senin (12/8) pukul 23.00 WIB. Korban diketahui menempati kos di Kelurahan Lempongsari selama sekitar setahun terakhir.
Korban adalah seorang mahasiswa Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi di Undip. Korban diketahui berusia 30 tahun.
Laporan berawal dari kecurigaan karena korban tidak dapat dihubungi oleh sang pacar sejak pagi. Saat itu, kamar kos korban terkunci dari dalam dan rekan korban sempat mengira yang bersangkutan tak ada di kamar.
"Pagi jam 7 atau jam 8 itu pacarnya telepon, ditelepon nggak diangkat-angkat padahal berdering. Nah minta tolong temennya itu, temennya itu kok dicek tutupan mungkin dikos-kosan Tembalang sana, dicek ke Tembalang sana kosong. Akhirnya balik lagi ke sana dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep nggak bisa karena dikunci dari dalam, akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," jelas Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, Rabu (14/8).
Korban Meninggal karena Obat Penenang
Agus menuturkan korban ditemukan dengan kondisi wajah kebiruan serta posisi miring seperti orang tengah tertidur.
Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," ujarnya saat dihubungi, Rabu (14/8).
Polisi juga sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat penenang. Obat penenang itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot. Saya nggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," katanya.
Orang tua korban juga disebut langsung datang ke lokasi usai mendapat kabar tersebut. Agus mengatakan pihak keluarga langsung meminta korban dibawa pulang tanpa diautopsi.
"Ibunya menyadari minta dibawa ke Kariadi (RSUP dr Kariadi Semarang) tidak diautopsi dan langsung dibawa ke Tegal," pungkasnya.
Curhat ke Ibu Beratnya Perkuliahan
Ilustrasi/Foto: Pexels/Roman Odintsov
Dari hasil olah TKP, ditemukan buku harian di dalam kamar kos korban. Dalam buku harian itu, yang bersangkutan menceritakan beratnya menjadi mahasiswa kedokteran dan menyinggung urusan dengan seniornya.
"Dia mungkin kan sudah komunikasi sama ibunya karena lihat buku hariannya itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat," kata Agus.
Ibu korban menyadari bahwa anaknya sudah ingin resign dan mengatakan bahwa diirnya sudah tidak kuat melanjutkan studi.
"Ibunya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat. Sudah curhat sama ibunya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," sambungnya.
Kemenkes Buka Suara
Ilustrasi/Photo by unsplash.com/@impulsq
Kasus mahasiswi program kedokteran spesialis di Undip Semarang ditemukan tewas di kamar kosnya diduga bunuh diri mendapatkan atensi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Dilansir detikHealth, pihak Kemenkes mengirim surat berisi pemberhentian program studi anestesi Fakultas Kedokteran (FK) Undip Semarang.
Perintah pemberhentian program studi anestesi FK Undip dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan dr Azhar Jaya, melalui surat kepada Direktur Utama RSUP Dr Kariadi.
"Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di SUP Dr. Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh diri pada salah satu peserta didik program studi anestesi Universitas Diponegoro," tulis dr Azhar dalam surat tertanggal 14 Agustus 2024 tersebut.
"Maka disampaikan kepada Saudara untuk menghentikan sementara program studi anestesi di RSUP Dr. Kariadi sampai dengan dilakukannya investigasi dan Langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK UNDIP," lanjutnya.
Jika Beauties atau seseorang yang Beauties kenal mengalami tanda peringatan bunuh diri, segera hubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes 021-500-454 atau hotline lain yang bisa diakses selama 24 jam di D'Patens 24 (Dukungan Psikososial Antisipasi melalui Hotline Service 24 jam) pada nomor 0811 979 10000.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!