Unik, Festival Kematian di Jepang Tawarkan Rasanya Masuk Peti Mati! Tertarik Mencoba?

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Senin, 01 Jul 2024 12:00 WIB
Unik, Festival Kematian di Jepang Tawarkan Rasanya Masuk Peti Mati! Tertarik Mencoba?
Festival Kematian di Jepang Tawarkan Rasanya Masuk Peti Mati, Tertarik Mencoba /Foto: Pexels/AXP Photography

Beauties, pernah membayangkan bagaimana rasanya berbaring di sebuah peti mati? Di Jepang, kamu bisa merasakan menjadi "orang mati" selama beberapa menit. 

Negeri Sakura memang nggak habis-habisnya menawarkan festival unik yang bikin penasaran banyak orang. Kali ini, ada festival kematian yang digelar selama enam hari sejak tanggal 13 April lalu di Tokyo, dikutip dari South China Morning Post. 

Bagaimana keseruan festival unik itu? Yuk, simak berikut ini. 

Masuk Ke Peti yang Tertutup

Salah satu pengunjung yang masuk ke dalam peti /Foto: Weibo via South China Morning Post

Festival unik ini digelar oleh sekelompok lembaga swadaya masyarakat, perusahaan media, dan ahli pemakaman. Nggak main-main, mereka menyelenggarakannya di salah satu distrik teramai di Tokyo, yakni Shibuya. 

Banyak pilihan "atraksi" dan pameran yang ditawarkan. Yang paling utama adalah sensasi masuk peti mati selama tiga menit dengan membayar 1.100 Yen atau kurang lebih Rp113 ribu per sekali masuk. 

Masuk ke peti dan ditutup layaknya mayat, pengunjung dapat merefleksikan hidupnya selama ini. Setelah tiga menit lamanya, peti akan dibuka dan pengunjung akan disambut oleh penyelenggara yang berkata, "Selamat datang kembali di dunia."

Selain itu, pengunjung dapat melihat 'representasi akhirat' melalui teknologi virtual reality dan makan makanan yang terinspirasi dari kematian. Ada juga kelas mengenai pemakaman tradisional ala orang Jepang. 

Tujuan Festival

Tempat penyembahan di kuil Jepang /Foto: Pexels/Markus Winkler

Festival kematian diselenggarakan bukan sekadar untuk asyik-asyikan saja. Mengutip South China Morning Post, tujuannya adalah untuk mengubah sikap masyarakat agar lebih siap dalam menghadapi kematian dan juga berinteraksi dengan yang hidup.

Mengingat di tahun 2023 lalu, penduduk Negeri Sakura yang meninggal tercatat sebanyak 1,6 juta orang. Tahun itu pun disebut sebagai "era kematian yang tinggi", di saat negara mengalami angka kelahiran yang rendah. 

Buklet dalam festival unik itu pun memiliki kalimat yang indah. Kalimat itu berbunyi, "Pada intinya, tema kematian adalah menjelaskan mengenai aspek hidup, seperti cinta, rasa syukur, dan koneksi."

Tanggal penyelenggaraannya pun ada maksud tertentu. Angka empat dalam bahasa Jepang memiliki cara pengucapan yang mirip dengan kata "kematian". Maka dari itu, tanggal 14 April dikhususkan sebagai "Hari Kematian" menurut panitia festival. 

Melihat Festival Kematian di Negara Lain

Lentera di China /Foto: Pexels/Nikita Belokhonov

Jepang juga memiliki festival yang serupa bernama Festival Obon. Bedanya, Festival Obon dilakukan di pertengahan bulan Agustus dan melibatkan tarian serta beberapa ritual untuk pemujaan leluhur. 

China juga memiliki festival tentang kematian. Di Shanghai dan Shenyang, instansi terkait menawarkan pengalaman kematian di mana penduduk dapat melakukan simulasi proses pemakaman dan kremasi. 

Di beberapa negara Asia, ada sebuah festival bernama Festival Zhongyuan (untuk paham Taoisme) atau Festival Yulanpen (untuk penganut Buddha) yang memiliki arti sebagai Festival Hantu Lapar. Warga China, Malaysia, dan Singapura yang menganut kedua paham tersebut melakukan ritual untuk menenangkan roh leluhur.

Apakah ada festival serupa di daerahmu, Beauties? 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE