Gaslighting adalah salah satu tipe kekerasan psikologi yang bertujuan untuk membuat korban terlihat atau merasa “kurang sehat secara mental”. Menjadi korban gaslighting membuat seseorang merasa menjadi pihak yang membuat lingkungan imajinasi “tidak nyata”.
Menurut, Paige L. Sweet dari Universitas Harvard dalam “The Sociology of Gaslighting”, gaslighting harus dianggap sebagai akar dari ketidaksetaraan sosial, meliputi gender, dan eksekusi dalam sebuah hubungan yang sarat dengan kekuasaan.
Gaslighting sendiri bukanlah sesuatu yang jarang ditemui dalam sebuah hubungan. Namun dilansir dari Parade, inilah kalimat gaslighting yang kerap diucapkan dalam hubungan dan bisa dipatahkan dengan respons yang sesuai.
“Aku Melakukannya untuk Membantumu”
Ini adalah manipulasi yang dilakukan oleh pasangan untuk membuatmu merasa bersalah karena telah marah. Pasangan yang menekankan tujuan palsu ini akan membuatmu mulai meragukan diri sendiri dan mempertanyakan pemahamannya sendiri.
Biasanya, kamu mungkin akan cenderung mengalah dan meminta maaf. Namun Sherry Gaba, LCSW, seorang ahli psikoterapi, penulis, dan life coach menyarankan agar kamu memulai respons balasanmu dengan kalimat “Aku memahami perspektifmu”, kemudian lanjutkan dengan hal-hal yang ingin kamu katakan.
“Bukan Itu yang Sebenarnya Terjadi”
Pasangan yang terbiasa melakukan gaslighting akan mencoba mengubah versi cerita sesuka yang mereka inginkan. Kemudian, mereka akan memengaruhimu supaya kamu berpikir bahwa kamu atau ingatanmu yang salah.
Jika kamu menyadari bahwa dirimulah yang benar, percayalah pada dirimu sendiri dan jangan mau disalahkan. Tantanglah keyakinan mereka dengan mencoba mengingat kembali situasinya dengan akurat.