Wawancara Eksklusif: Pengakuan Korban Dugaan Kekerasan Cherry Lai di Brandoville Studios, Alami Manipulasi hingga Trauma

Nadya Quamila | Beautynesia
Jumat, 13 Sep 2024 17:25 WIB
Wawancara Eksklusif: Pengakuan Korban Dugaan Kekerasan Cherry Lai di Brandoville Studios, Alami Manipulasi hingga Trauma
Wawancara Eksklusif: Pengakuan Korban Dugaan Kekerasan Cherry Lai di Brandoville Studios, Alami Manipulasi hingga Trauma/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Geger di media sosial soal dugaan kasus kekerasan yang menimpa karyawan Brandoville Studios. Dari bukti-bukti yang diunggah dan tersebar di media sosial, sejumlah karyawan mengaku mengalami kekerasan fisik, emosional, verbal, diskriminasi, pemerasan, rasisme, seksisme, hingga eksploitasi.

Kekerasan diduga dilakukan oleh co-owner Brandoville Studios, yaitu Cherry Lai. Adapun pendiri dan CEO dari Brandoville Studios adalah suami dari Cherry Lai, yaitu Ken Lai.

Kasus ini pertama kali mencuat di media sosial oleh akun @Bisher_d790 di X (sebelumnya Twitter). Dalam cuitannya, ia melampirkan bukti-bukti yang diunggah ke platform Canva. Bukti-bukti dugaan kekerasan tersebut milik seorang mantan karyawan berinisial C.

Di salah satu bukti yang diunggah, seorang karyawan berinisial C diminta untuk menampar dirinya hingga 100 kali oleh Cherry Lai sebagai bentuk hukuman. Tak hanya itu, usai resign dari Brandoville Studios, hidup C diduga masih diusik oleh Cherry Lai. C mengaku bahwa Cherry Lai telah mengirimkan dirinya dan keluarganya ancaman pembunuhan.

Terkait dugaan kasus kekerasan di Brandoville Studios, Beautynesia berkesempatan mewawancarai salah satu korban sekaligus mantan karyawan Brandoville Studios berinisial A.

Berikut wawancara eksklusif Beautynesia dengan salah satu korban.

Pengakuan Korban A: Dimanipulasi hingga Tak Percaya Kemampuan Diri

Tindakan penindasan dan pelecehan di tempat kerja/ Foto: unsplash.com/ AndreyPopov

Ilustrasi/Foto: unsplash.com/ AndreyPopov

Salah satu korban dan mantan karyawan Brandoville Studios berinisial A menceritakan pengalamannya saat bekerja di studio game itu. A bergabung di perusahaan tersebut sejak awal 2021 sebagai Project Coordinator dan memutuskan resign pada 2023.

A membenarkan narasi yang beredar di media sosial terkait dugaan kekerasan yang dialami karyawan Brandoville Studios. Ia juga mengalami hal serupa. A mengaku Cherry Lai sangat manipulatif hingga di titik membuatnya mempertanyakan kemampuan dirinya dalam bekerja.

“Cherry Lai, istri dari CEO Brandoville Studios, sering ngomong kalau misalnya karyawan-karyawan itu not good enough. Dia bilang bahwa kehadiran dia itu untuk membantu karyawan, kami harus dan cuma boleh percaya sama dia,” ujar A saat dihubungi Beautynesia via WhatsApp, Jumat (13/9).

“Omongan itu bikin aku sempat mikir kayak, “Oh, mungkin aku nggak bisa apa-apa dan aku cuma bisa rely on her”, walaupun at some point, lumayan konflik batin juga sama apa yang terjadi,” ujar A.

A juga menuturkan bahwa Cherry Lai sering mengadu domba para karyawan. A mengaku pernah diadu domba dengan manajer dan rekan kerjanya.

“Dia memanipulasi kami. Misalnya dia bilang, “Si A ngomongin ini tahu, tapi gue nggak percaya, sih” gitu, dan itu dia lakukan ke semua orang,” ungkap A.

Dipaksa Kerja saat Sakit dan Meeting Berdiri

Dampak Sering Lembur/Foto: freepik.com

Ilustrasi/Foto: Freepik

Pengakuan korban lainnya terkait bentuk kekerasan yang dilakukan Cherry Lai adalah soal tetap harus masuk kerja meskipun sedang sakit. A juga mengaku pernah mengalami hal tersebut.

“Dia pernah maksa aku buat masuk kantor pas aku izin sakit, padahal aku udah submit surat dari dokter. Dia nyuruh aku tetap ke kantor, dia telepon aku jam 10 malam, dan itu aku hanya mendengarkan dia cerita dan aku harus menjawab,” kenang A.

Tak hanya itu, Cherry Lai juga pernah meminta karyawan untuk melakukan rapat sembari berdiri. A bercerita bahwa ia pernah rapat dari jam tiga hingga lima sore sembari berdiri. Isi rapat pun bukan membahas pekerjaan, melainkan hanya mendengarkan Cherry Lai bercerita.

It’s for nothing, aku cuma dengerin dia cerita which means menyita waktu kerja aku dan rekan kerjaku. Semisal kami izin mau ketemu sama client, dia bakal bilang, “Oh, jadi kamu lebih mentingin client daripada aku?” dan itu sering, sering terjadi di Brandoville Studios,” ujar A.

A juga mengaku bahwa ia sering melakukan pekerjaan di luar tanggungjawabnya. Suatu hari, A pernah diminta untuk bekerja di hari Sabtu, di mana ia diminta untuk menjadi personal assistant dari Cherry Lai.

Pernyataan A sejalan dengan pengakuan salah satu korban lain yang mengunggah bukti-bukti dugaan kekerasan yang terjadi di Brandoville Studios. Bukti ini disampaikan oleh korban kepada ilustrator dan komedian Indonesia Ryan Adriandhy melalui pesan di Instagram.

“Hari-H meeting, kami sudah di production room lantai 2, berdiri karena mengira di situ hanya akan brief singkat dari Mrs. Cherry ternyata tidak. Pembahasan melebar entah ke mana tidak sesuai topik dan sampai jam 7 masih berdiri di production room,” ujar salah satu korban lainnya.

“Ketika tim berdiri kami harus diam berdiri, tidak boleh bergerak atau pindah tumpuan karena akan menjadi topik baru bagi Mrs. Cherry yaitu bagaimana cara tahan meeting berdiri yang lama dan tidak manja, dia membandingkan dengan dirinya yang kuat berdiri lama. For the record, ketika dia berdiri dia bisa sambil berjalan dan bergerak jadi tidak terlalu pegal, berbeda dengan kami yang harus berdiri diam layaknya paskibraka,” lanjutnya.

Trauma yang Dialami Korban

Ilustrasi sedih

Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media

A menuturkan bentuk kekerasan lain yang diduga dilakukan Cherry Lai. Menurutnya, ketika seorang karyawan melakukan kesalahan, Cherry Lai akan menciptakan ‘domino effect’.

“Misal aku ngelakuin kesalahan, dia akan nyalahin semua tim aku, dan setelah itu dia akan nyalahin departemen lain,” ujar A.

Hal ini meninggalkan trauma mendalam bagi A. Ia jadi takut membuat kesalahan, takut apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan ekspektasi Cherry Lai.

“Sampai sekarang aku tuh bener-bener takut banget, trauma banget, kalau misalnya ada bos chat aku malam-malam, atau bos minta aku meeting. Aku takut salah, karena dulu di Brandoville Studios, apa pun yang aku lakukan, mereka sama sekali nggak ada toleransi untuk kesalahan,” ujar A.

Crunch Culture di Brandoville Studios

Profil Brandoville Studios, Perusahaan yang Lagi Viral karena Dugaan Kasus Kekerasan terhadap KaryawanBrandoville Studios, Perusahaan yang Lagi Viral karena Dugaan Kasus Kekerasan terhadap Karyawan/ Foto: Dok. Brandoville Studios

Rupanya, ini bukan pertama kali Brandoville Studios diduga memperlakukan karyawan dengan tidak manusiawi. Sebelumnya, pada 2021, Brandoville Studios mendapat tuduhan crunch culture atau budaya crunch. Apa itu?

Dilansir dari laman Make Use Of, budaya crunch dalam industri gim video adalah tempat pengembang gim video bekerja dalam jam yang sangat panjang, terkadang 80-100 jam seminggu, dengan lembur yang tidak dibayar.

Tuduhan crunch culture mencuat ke publik setelah jurnalis game, Chris Bratt, mengunggah hasil wawancaranya dengan mantan pekerja Lemon Sky dan Brandoville di kanal YouTube People Make Games

Jika dilihat pada Glassdoor, situs review lokasi kerja, banyak mantan karyawan Brandoville Studios memberikan testimoni bahwa mereka terus menerus bekerja lembur tanpa dibayar. Selain itu, tak sedikit mantan karyawan yang menyoroti sikap manipulatif dari Cherry Lai.

A membenarkan crunch culture di Brandoville Studios. Menurutnya, tak sedikit karyawan yang mengalami masalah kesehatan karena harus lembur terus menerus dan bekerja layaknya tak mengenal waktu.

“Nggak sedikit karyawan yang mengalami masalah kesehatan karena crunch culture di Brandoville Studios, dari lembur terus. Bahkan, ada yang meninggal, tapi aku nggak tahu apakah itu karena bekerja di Brandoville Studios atau karena overtime, overwork, dan segala macam, hingga ada yang meninggal,” ujar A.

“Bahkan aku pernah menemani salah seorang karyawan di rumah sakit, dia tiba-tiba pingsan di kosan [karena overwork],” ujar A.

Kisah pilu lainnya, ada seorang korban yang sampai mengalami pendarahan saat hamil. Ketika berduka, ia diduga tetap dipaksa bekerja oleh Cherry Lai.

“Tahun lalu saya hamil saya sering terpaksa pulang pagi sampe saya pendarahan dan lahiran prematur. Lalu empat bulan kemudian anak saya meninggal, dia malah marah-marah ke teman saya. Intinya saya nggak boleh tinggalin kerjaan walaupun anak saya meninggal," bunyi pesan dari mantan karyawan kepada Ryan.

Kesaksian A soal Dugaan Kekerasan yang Dialami Korban C

Profil Brandoville Studios, Perusahaan yang Lagi Viral karena Dugaan Kasus Kekerasan terhadap Karyawan

Brandoville Studios/Foto: Dok. Brandoville Studios

Di media sosial kini ramai soal pengakuan dari mantan karyawan berinisial C soal dugaan kekerasan yang diterimanya dari Cherry Lai selama bekerja di Brandoville Studios.

C mengunggah bukti-bukti kekerasan yang dialaminya selama bekerja di Brandoville Studios melalui platform Canva. Ia diduga mengalami kekerasan fisik, verbal, emosional, dimanipulasi, diskriminasi agama, eksploitasi, hingga pemerasan.

“Suatu hari dia menelepon saya tengah malam untuk mengambilkannya soda dari kulkasnya di dapur kantor lantai 3 dan mengantarkannya ke luar ruangannya, dan saya diharapkan mengantarkannya dalam waktu kurang dari 10 menit, padahal jarak antara tempat sewa saya dan kantornya 10-15 menit berjalan kaki," tulis C.

“Cherry Lai diduga juga meminta C untuk memfoto pakaian yang ia kenakan setiap harinya ke kantor. C mengaku dirinya disebut 'gemuk' dan 'jelek' oleh Cherry Lai.

"Dia meminta saya untuk mengambil foto pakaian saya setiap hari ke kantor dan akan menyebut saya gemuk dan jelek. Dia mengancam akan memecat saya jika dia menganggap saya gemuk, jelek, dan tidak modis menurut standarnya," ungkap C.

Bukti Dugaan Kekerasan terhadap Karyawan Brandoville StudiosBukti Dugaan Kekerasan terhadap Karyawan Brandoville Studios/ Foto: Tangkapan Layar

A menjadi saksi mata dugaan penyiksaan yang dilakukan Cherry Lai terhadap C. A mengatakan bahwa ia pernah melihat C berlutut dan meminta maaf kepada Cherry Lai.

“Aku pernah liat C berlutut di depan aku karena ada meeting, dan dia dimarahin sama Cherry Lai by phone. Cherry di ruangannya, kami dan C di ruangan lain. C disuruh berlutut dan meminta maaf,” ujar A.

Sementara itu, salah satu bentuk kekerasan verbal yang dilakukan Cherry Lai terhadap C adalah bahwa Cherry menganggap C sebagai ‘hewan peliharaannya’.

“Cherry Lai pernah bilang kalau C “is just her pet”. Ini sampai ditahap C percaya perkataan Cherry, dia bilang “I am Mrs. Cherry’s pet”, dan itu sedih banget dan sangat mengkhawatirkan,” ungkap A.

Sementara itu, kini C dilaporkan menderita cedera serius di bagian kepala, dengan kemungkinan gegar otak, serta cedera pada lutut yang mengganggu mobilitasnya.

Perilaku Ken Lai di Brandoville Studios

Ken Lai

Ken Lai/Foto: Dok. Brandoville Studios

Lantas, bagaimana reaksi Ken Lai terkait perbuatan sang istri? Menurut A, Ken Lai mengetahui perbuatan istrinya namun ia hanya diam. Sebab, Cherry Lai melarang karyawan untuk berkomunikasi langsung dengan Ken Lai.

“Ken Lai hanya diam doang, karena Cherry Lai ngelarang Ken ngobrol sama kami semua. Tapi, Ken Lai pernah bilang kalau nggak ada karyawan yang se-available C, karena misalnya C ditelepon jam 3 pagi, dia akan standby di kantor. Di mata Ken, C itu valuable banget. Aku pernah dengar Ken bilang kayak “We need someone as stupid as C di kantor ini” karena mereka nggak bisa bully siapa-siapa kalau nggak ada orang kayak C,” ungkap A.

Brandoville Tutup pada Agustus 2024 karena Bangkrut

Sebelum kasus dugaan kekerasan mencuat dan kini viral, Brandoville Studios telah mengumumkan menutup perusahaannya pada Agustus 2024.

Menurut A, Brandoville Studios tutup karena sudah bangkrut. Induk perusahaan Brandoville Studios pada akhirnya mengetahui bahwa terdapat dugaan kekerasan di perusahaan tersebut.

Parent group dari Brandoville Studios ini menemukan kalau misalnya ada abusive case, dan itu juga mereka tahu karena dikasih informasi sama salah satu staf. Akhirnya dilakukan investigasi, mereka tanya ke karyawan, mantan karyawan soal apa aja yang terjadi sama mereka selama kerja di Brandoville Studios,” ujar A.

Sebagai informasi, Brandoville Studios adalah sebuah perusahaan yang membuat artwork atau karya seni untuk game. Menurut keterangan situs resmi perusahaan, Brandoville Studios adalah studio premium pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam game dan animasi AAA.

Di laman resmi Brandoville disebutkan studio itu merupakan bagian dari Lemon Sky. Pemegang saham perusahaan membangun Brandoville Lemon Sky dengan mitra bisnis lokal di Indonesia tahun 2018, dilansir dari CNBC Indonesia.

Karyawan Ketakutan untuk Melapor

Ciri atasan toxic

Ilustrasi/Foto: freepik.com/yanalya

A mengaku ia dan rekan kerjanya merasa ketakutan untuk melaporkan kekerasan yang mereka alami selama bekerja di Brandoville Studios.

“Saat itu kami takut banget untuk lapor, karena kami berpikir ini adalah tempat kami untuk mencari uang. Kalau kita ngelapor, kami mikir apakah nanti akan berdampak pada aktivitas bisnis perusahaan ini, apakah akan ditutup, kami takut berdampak sama karyawan yang berusaha cari uang di kantor ini. Jadi kami berusaha tahan-tahan,” ujar A.

Mereka juga takut suatu hari mereka menjadi korban seperti C, dan mereka merasa tidak berdaya untuk melawan perusahaan.

“Kami dulu mikirnya Brandoville Studios itu sangat powerful karena backingan dibelakangnya. Tapi bahkan parent group dari Brandoville itu nggak tahu kalau Cherry Lai seperti itu, mereka hanya tahu yang baik-baiknya saja,” tutur A.

Namun, sejak korban C mengungkapkan kasus kekerasan yang dialaminya, A mengaku akhirnya dirinya dan korban-korban lain berani untuk speak up.

“Dulu, C juga nggak mau speak up. Dia sangat membela Cherry Lai, ini dampak dari karena dia dimanipulasi. Sampai akhirnya kantor itu bubar, kami dapat video CCTV di kantor, video itu memperlihatkan C nampai dirinya sendiri. Kata tim legal, itu yang harus lapor adalah korbannya langsung,” ujar A.

Update Terbaru Kasus Dugaan Kekerasan di Brandoville Studios

Cherry Lai dan Ken Lai /Foto: X.com/@CherryLai2020

Cherry Lai dan Ken Lai /Foto: X.com/@CherryLai2020

Kabar terbaru, kasus dugaan kekerasan terhadap karyawan Brandoville Studios sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. namun belum mendapat tanggapan, menurut keterangan dari Ryan Adriandhy di akun X nya, @Andriandhy. 

"Pagi, update kasus kekerasan terhadap Christa Sydney oleh Cherry Lai dan Brandoville Studios sudah dilaporkan ke kepolisian, namun masih belum ada respon. Kabar terakhir dari para ex-karyawan, Cherry Lai sudah berada di LN, saat ini banyak komunitas yang sedang mencoba lewat LBH," ujar Ryan.

Kini, A sudah mendapatkan pekerjaan di tempat yang lingkungannya jauh lebih baik dan atasan yang suportif. Setelah kasus dugaan kekerasan ini terungkap, A berharap para korban bisa mendapat keadilan dan pelaku bisa diproses di jalur hukum.

“Setelah C berani speak up, aku ngerasa aku juga perlu menceritakan kisahku. Karena C nggak sendiri, we’ve been through all that together. Aku harap tindakan Cherry Lai dan Ken Lai bisa diproses ke jalur hukum, jadi mereka nggak bisa running bisnis di sini atau di negara lain, jadi nggak akan ada lagi korban akibat perbuatan mereka,” tutup A.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE