Banyak orang yang mulai peduli dengan isu kesehatan mental, tapi sayangnya beberapa orang justru menjadikan hal tersebut sebagai self diagnose. Self diagnose adalah sebuah tindakan mendiagnosa diri sendiri baik secara fisik maupun mental hanya berdasarkan informasi yang didapat secara mandiri, bisa baca di google atau social media. Tindakan ini bisa berujung pada kesalahan penanganan, lho Beauties. Bahaya banget, kan?
Trus, gimana dong supaya nggak self diagnose? 3 cara ini bisa kamu lakukan untuk menghindari tindakan mendiagnosa diri sendiri.
1. Berhenti Mencari Tahu Gejala Gangguan yang Dirasakan Lewat Internet
![]() Self diagnose/Foto: unsplash.com/Nathana Reboucas |
Baca-baca soal gangguan mental memang nggak masalah sih kalau hanya sekadar menambah pengetahuan saja. Tapi kalau sudah sampai meyakini "oh iya benar nih kayaknya aku beneran kena gangguan mental yang ini" itu tandanya kamu mulai melakukan self diagnose dan ini berbahaya banget. Kalau kamu merasa memang punya gejala gangguan mental, sebaiknya konsultasikan langsung dengan psikolog atau psikiater. Bisa saja apa yang kamu rasakan itu ternyata hanya emosi sesaat yang hanya butuh penanganan ringan.
2. Hindari Tes-tes Online tentang Kesehatan Mental
![]() Social media/Foto: unsplash.com/Icons8 Team |
Tes-tes online tentang kesehatan mental ini memang banyak banget kita temui di social media. Kalau cuma buat iseng-iseng saja, sih nggak masalah. Tapi jangan jadikan hasil tes ini sebagai acuan atau pembenaran terhadap suatu gejala yang lagi kamu rasakan. Selain hasilnya yang nggak jelas dan belum tentu kredibel, tes online ini juga bisa berdampak ke hal yang lain. Lebih baik kamu datang langsung ke profesional supaya mendapat diagnosa medis yang tepat dan aman.
3. Stop Membandingkan Kondisimu dengan Public Figure atau Tokoh Fiktif yang punya Gangguan Mental
![]() Diagnosa medis/Foto: unsplash.com/Serge Kutuzov |
Belakangan ini kepedulian orang terhadap kesehatan mental memang cukup tinggi. Bahkan beberapa public figure terbuka soal gangguan mental yang mereka alami dan aktif menyuarakan soal isu mental health tersebut. Nggak hanya itu, beberapa film juga mulai banyak yang mengangkat isu seputaran mental health, seperti Joker dan Midsommar.
Sayangnya, hal ini dijadikan sebagai acuan seseorang dalam mendiagnosa diri sendiri atau self diagnose tanpa memeriksakannya ke profesional. Misalnya, tokoh A yang menunjukkan gejala depresi, akhirnya penonton yang kebetulan sedang merasakan hal yang sama langsung mendiagnosa diri sendiri terkena gangguan depresi tanpa memeriksakan langsung ke profesional. Padahal belum tentu benar.
So, stop membandingkan kondisi yang lagi kamu alami dengan public figure atau tokoh fiktif yang punya gangguan mental. Daripada menebak-nebak, sebaiknya periksakan diri ke profesional, bisa psikolog atau psikiater supaya mendapat diagnosa medis yang tepat, terpercaya, dan kamu pun bisa merasa lebih lega dengan kondisi yang sedang kamu alami.
(arm2/arm2)