Gawat, 5 Bahan Makanan Ini Terancam Langka Akibat Dampak Krisis Iklim, Ada Beras hingga Cabai!

Nisrina Salsabila | Beautynesia
Rabu, 29 Nov 2023 10:30 WIB
Gawat, 5 Bahan Makanan Ini Terancam Langka Akibat Dampak Krisis Iklim, Ada Beras hingga Cabai!
Deretan bahan makanan yang terancam langka akibat krisis iklim/Foto: Getty Images/iStockphoto

Masyarakat global saat ini tengah bergelut dengan tantangan perubahan iklim, atau yang dipertegas dengan istilah krisis iklim. Krisis iklim mengacu pada kondisi perubahan ekstrem suhu dan pola cuaca yang terjadi dalam jangka panjang. Salah satu dampak signifikan dari krisis iklim telah memicu munculnya permasalahan baru, yakni kerawanan pangan.

Ketersediaan pangan di seluruh dunia semakin minim akibat krisis iklim. Cuaca yang panas, kekeringan, banjir, kebakaran hutan, salju ekstrim, dan kelembapan udara berlebih, sangat membatasi pertumbuhan tanaman.

Akibatnya, tak hanya stok makanan yang menjadi terbatas, namun kualitas bahan pangan terkait kandungan gizi yang kita makan juga berkurang jauh. Stok yang terbatas pun membuat harga makanan menjadi lebih tinggi. Bukan tidak mungkin jika di kemudian hari kita tidak bisa lagi memilih apa yang ingin kita makan karena bahan pangan yang kita nikmati saat ini telah langka akibat krisis iklim.

Deretan bahan makanan di bawah ini terancam langka terkena imbas dari krisis iklim.

1. Beras

Beras/Foto: Freepik.com/jcomp

Tanaman padi terancam mengalami penurunan produktivitas sebesar 20-40 persen. Berdasarkan laporan oleh Fitch Solutions Country Risk & Industry Research, sebanyak 3,5 miliar penduduk global akan terdampak defisit produksi beras global sebanyak 8,7 juta ton pada 2023 ini.

Kondisi ini merupakan defisit beras terburuk di dunia dalam dua dekade terakhir. Akibatnya, harga beras diperkirakan akan tetap berada di sekitar level tertinggi saat ini hingga tahun 2024.

Penyebab kekurangan pasokan beras global pun beragam, mulai dari penurunan produksi yang signifikan akibat cuaca buruk di negara penghasil beras terbesar seperti Cina dan Pakistan, serta perang di Ukraina. Dikutip via CNBC Indonesia, analis senior di bank pangan dan pertanian global Rabobank, Oscar Tjakra, memperingatkan dampak kondisi ini akan meningkatkan biaya impor beras bagi negara importir beras besar seperti Indonesia.

2. Ikan

Ikan/Foto: Freepik.com/user7520741

Laut Indonesia saat ini mengalami kenaikan suhu lebih dari 0,5 derajat Celcius dan akan terus menghangat dalam puluhan tahun ke depan. Krisis iklim telah memengaruhi populasi, persebaran, dan perilaku migrasi biota laut.

Apalagi, pihak paling dirugikan akibat kondisi ini tidak lain adalah nelayan skala kecil. Menurut laman Mongabay, hasil tangkapan ikan diprediksi akan menurun sebanyak 20-30 persen di seluruh daerah pada tahun 2050. Tangkapan ikan yang paling terdampak adalah sarden, selar tetengek, makarel, dan cakalang.

3. Kedelai

Kedelai bahan baku tempe/Foto: Freepik.com/Edgunn

Argentina, sebagai salah satu produsen kacang kedelai terbesar di dunia, mengalami penurunan produksi sebanyak 4,5 juta ton pada periode 2022–2023. Belum lagi, produksi kedelai di Ukraina sepanjang 2022–2023 ikut merosot sampai berkisar 400 ribu ton akibat perang.

Suhu panas dan kekeringan memengaruhi produksi kedelai dunia, hingga berdampak ke Indonesia. Jadi, jangan kaget jika nantinya ada kemungkinan tempe dan tahu tak lagi dicap sebagai makanan murah meriah.

4. Cokelat dan Kopi

Cokelat/Foto: Freepik.com/gustavomellossa

Dalam sejarahnya, komoditas kopi dan cokelat dahulu kala termasuk barang mewah. Namun, cokelat dan kopi bisa menjadi makanan langka dan mewah lagi karena kenaikan suhu, kemarau yang lebih panjang, curah hujan yang lebih sedikit, serta hama dan penyakit baru.

Perubahan lingkungan serta teknik pertanian yang tidak berkelanjutan menyebabkan krisis produksi kakao dan kopi, bahkan juga menurunkan kualitasnya. Merujuk BBC, perubahan iklim dapat menghapus setengah dari lahan yang digunakan untuk menanam kopi di seluruh dunia pada tahun 2050, menurut sebuah studi tahun 2015.

5. Cabai

Cabai/Foto: Freepik.com/jcomp

Gagal panen telah menyebabkan produksi cabai pada periode tahun 2023 anjlok lebih dari 50 persen. Krisis iklim membuat cabai rentan terserang penyakit sehingga produktivitasnya menurun.

Kondisi ini dapat berujung pada kenaikan harga cabai yang melonjak tinggi lantaran tingginya permintaan. Terpantau, harga rata-rata cabai rawit merah di DKI Jakarta per Selasa (28/11/2023), tembus Rp102.463/kg.

****
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE