Pakar dari Harvard Ungkap 5 Mitos Kesehatan Mental yang Berbahaya untuk Dipercaya

Tria Oktyana | Beautynesia
Senin, 09 Oct 2023 18:30 WIB
Pakar dari Harvard Ungkap 5 Mitos Kesehatan Mental yang Berbahaya untuk Dipercaya
Foto: Pexels/Mental Health America

Meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental membuat hal ini menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Twitter, Instagram, TikTok maupun Youtube banyak orang berbagi perjuangan, pengalaman, dukungan ataupun nasihat dari para ahli.

Tentunya ini adalah hal yang bagus, namun tidak dapat dipungkiri juga banyak orang yang bukan ahli memberikan informasi yang salah. Akibat dari hal ini banyak orang yang melakukan self diagnosis tanpa melibat profesional.

Untuk membantu memilih informasi yang benar, rangkuman wawancara Dr. Anisha Patel-Dunn, Dr. Neha Chaudhary dan Amira Johnson, LMSW bersama dengan Seventeen tentang beberapa mitos mental health yang berbahaya untuk dipercaya.

Kesehatan Mental Bukan Hal yang Umum

Mitos kesehatan mental yang berbahaya untuk dipercaya/Foto: Freepik/Freepik

Dr. Neha Chaudhary yang merupakan kepala petugas medis BeMe Health dan psikiater anak dan remaja di Harvard Medical School mengungkapkan bahwa permasalahan kesehatan mental sangat umum terjadi. Apalagi pada masa anak-anak dan remaja dimana sangat rentan peningkatan kecemasan an depresi.

Hasil temuaan dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS bahwa terjadi peningkatan 40% setiap tahunnya laporan anak-anak, remaja dan dewasa awal yang memiliki gejala permasalahan kesehatan mental. Hal ini juga dibenarkan oleh Dr. Chaudhary dan Anisha Patel-Dunn dari LifeStance Health  yang mengaku memiliki peningkatan jumlah pasien setiap tahunnya.

Orang Lain Tidak Perlu Tahu Apa yang Kita Rasakan

Mitos kesehatan mental yang berbahaya untuk dipercaya/Foto: Freepik/Freepik

Beberapa orang memiliki kemampuan untuk menutupi emosi. Dr. Chaudhary mengungkapkan banyak remaja yang menyembunyikan gejala depresi dengan wajah bahagia. Amira Johnson seorang ahli mental & behavioral clinical juga mengatakan adanya tekanan untuk bersikap baik-baik saja meskipun dalam masa sulit.

Sayangnya hal ini tidak membuat kondisi menjadi baik-baik saja, malahan sebaliknya permasalahan semakin menumpuk sehingga membuat permasalahan baru yang lebih berbahaya. Johnson menjelaskan banyaknya orang yang tidak ingin mengungkap perasaannya dan memilih berjuang sendiri dikarenakan tidak ingin membuat teman dan keluarga khawatir ataupun ketakutan dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain.

Depresi Bisa Menular

Mitos kesehatan mental yang berbahaya untuk dipercaya/Foto: Freepik/Freepik

Baik Dr. Chaudhary maupun Johnson setuju bahwa depresi ataupun permasalahan mental tidak dapat ditularkan. Namun menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengalami depresi dapat memungkinkan timbulnya perasaan sedih. Keduanya menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk memberikan respon empati terhadap permasalahan orang lain.

Untuk itu, apabila memiliki teman yang mengalami kondisi tersebut ataupun kamu sendiri segeralah untuk meminta bantuan psikolog ataupun psikiater.

Depresi dan Kecemasan Dapat Diatasi dengan Mudah

Mitos kesehatan mental yang berbahaya untuk dipercaya/Foto: Freepik/Freepik

Permasalahan kesehatan mental tidak memiliki tombol on-off. Dr. Chaudhary menjelaskan hal ini adalah kondisi yang memerlukan dukungan nyata dan pengobatan nyata, dalam bentuk konseling atau aktivitas perawatan diri.

Dr. Patel-Dunn menambahkan bahwa orang yang berjuang dengan kesehatan mentalnya tidak memiliki kendali atas penyakitnya. Mengikuti terapi, berada di dekat orang-orang yang menyayangi atau menonton film favorit memang dapat membantu meringankan beberapa gejala. Namun, hal ini tidak menyelesaikan permasalahan seperti depresi dan kecemasan.

Masalah Teratasi dengan Sekali Terapi

Mitos kesehatan mental yang berbahaya untuk dipercaya/Foto: Freepik/Freepik

Para ahli di atas sepakat bahwa terapi dapat membantu mengembangkan keterampilan mengatasi masalah. Terapi juga dapat membantu meringankan kondisi kesehatan mental dan mengatasi pemicu stres, namun bukan berarti terapi akan “menyembuhkan”. Kondisi tertentu, seperti gangguan makan, gangguan bipolar, atau skizofrenia, memerlukan penanganan atau terapi yang konsisten sepanjang hidup seseorang. Kondisi lain seperti depresi dan kecemasan mungkin memerlukan pengobatan terus-menerus atau pengobatan bervariasi.

Beauties, kita sendirilah yang paling tahu tentang kondisi tubuh kita. Untuk itu, apabila kamu merasa ada yang salah dalam diri kamu cobalah menghubungi ahli kesehatan mental dan jangan lakukan self diagnosis.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

 

 

 

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE