Perempuan Lebih Rentan Terhadap Autoimun? Simak Fakta-Faktanya Yuk!

Luthfiya Naifa Putri | Beautynesia
Selasa, 17 Oct 2023 06:30 WIB
Perempuan Lebih Rentan Terhadap Autoimun? Simak Fakta-Faktanya Yuk!
Foto: Freepik.com/rawpixel.com

Beauties, apakah kamu mengetahui tentang penyakit autoimun?

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan virus, bakteri, dan infeksi secara keliru menyerang tubuh kamu. Gejala penyakit autoimun bervariasi, mulai dari sering kelelahan, pusing, kesulitan berkonsentrasi, nyeri sendi, muncul kemerahan di wajah, demam ringan, rambut rontok, serta mati rasa.

Menurut hasil studi dari beberapa sumber, perempuan lebih mempunyai banyak kemungkinan mengidap autoimun jika dibandingkan dengan pria. Contohnya saja pada penyakit autoimun Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) dan penyakit Sjögren, perempuan memiliki risiko terkena relatif lebih dari empat kali lipat.

Yuk simak pengertiannya di artikel ini!

 

Mengapa Perempuan Mempunyai Kemungkinan Lebih Besar Terkena Penyakit Autoimun Dibandingkan Pria?

Baik wanita maupun pria lahir dengan jumlah kromosom yang sama, dengan 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom seks yang membedakan antara kedua gender tersebut. Perempuan memiliki kromosom seks XX, sementara pria mempunyai kromosom sex XY, di mana ukuran kromosom ini bervariasi dengan kromosom X mempunyai bentuk lebih besar dibandingkan dengan kromosom Y.

Kromosom X juga berperan sebagai gen yang mengatur kekebalan, merangsang respons imunologis tubuh, dan menghasilkan gen dengan kemungkinan mutasi yang lebih besar. Hal ini menempatkan perempuan mempunyai risiko tinggi mengidap penyakit autoimun karena kehadirannya dua kromosom X, yang menciptakan "dosis ganda" dan kecenderungan khusus mengidap penyakit autoimun.

Selain itu, beberapa profesional medis lainnya percaya bahwa selain kromosom X, penyakit autoimun terjadi akibat adanya kombinasi hormon — terutama estrogen — dan respons sistem imun. Menurut Rheumatologist dr. Maggie Cadet, estrogen dapat meningkatkan peradangan yang berperan dalam menyebabkan banyak penyakit kronis, sementara testosteron (hormon pria) dianggap mengurangi penanda peradangan.

 

Apa Saja yang Menjadi Pemicu Autoimun?

Makanan Olahan/ foto: unsplash.com/Hamza Nouasria
Makanan Olahan/ foto: unsplash.com/Hamza Nouasria

Ada beberapa teori tentang apa yang akhirnya memicu penyakit autoimun pada perempuan, termasuk infeksi, respon imun yang terlalu kuat, stres, genetika, dan diet. Penelitian telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pria, perempuan lebih cenderung mengalami reaksi autoimun di mana respons imun yang salah arah dan membuat tubuh menyerang dirinya sendiri. Dalam merespons imun mereka saat menghadapi infeksi, trauma, atau vaksinasi, wanita akan menghasilkan lebih banyak antibodi.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya antibodi otomatis atau auto-antibodi yang menyerang imun mereka sendiri, di mana imun tubuh kebingungan dan tidak dapat membedakan antara protein milik diri sendiri dengan protein yang bukan seharusnya bukan miliknya. Auto-antibodi dapat menyebabkan peradangan dan merusak jaringan dan organ yang sehat, yang menyebabkan penyakit autoimun.

Pemicu lain yang dapat menyebabkan penyakit autoimun adalah genetika di mana jika seseorang dalam keluargamu memiliki autoimun, maka ada kemungkinan kamu akan terkena autoimun), serta gaya hidup tidak sehat yang meliputi tinggi lemak dan kolesterol, tinggi protein, tinggi gula, dan kelebihan garam serta asupan makanan olahan.

 

Jenis-Jenis Autoimun yang Umum Terjadi dan Cara Menanganinya

Seseorang dengan Penyakit Lupus, Ditandai adanya Butterfly Rashes di Wajahnya/ Foto: herminahospitals.com
Seseorang dengan Penyakit Lupus, Ditandai adanya Butterfly Rashes di Wajahnya/ Foto: herminahospitals.com

Perempuan cenderung didiagnosis terkena penyakit autoimun selama masa subur antara usia 12 dan 51 tahun. Beberapa penyakit autoimun yang paling umum dialami perempuan adalah:

  • Sindrom Sjögren.
  • Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
  • Penyakit tiroid.
  • Sirosis biliari primer.
  • Rheumatoid arthritis.
  • Multiple sclerosis.

Penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, namun dapat dijaga supaya kondisi pasiennya tidak kambuh atau flare up. Selain melalui terapi medis dengan kortikosteroid, immunosupresan, NSAID (obat anti inflamasi bukan steroid), IVG (Intravenous Immunoglobulin), dan pengganti hormon, pasien autoimun juga dapat menjaga kesehatannya dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Mengurangi stress.
  • Melakukan diet bebas gluten.
  • Mengurangi alkohol serta rokok.
  • Menjaga pola tidur.
  • Mencari aktivitas yang menaikkan level kebahagiaan.

 ***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE