Kebanyakan dari kita suka berlibur, atau minimal bisa staycation di tempat 'cantik' seperti hotel berbintang, vila, dan sebagainya.

Tren anak sekarang menyebutnya sebagai kebutuhan untuk healing, sampai bisa atasi depresi. Mengingat banyak sumber stres, seperti tuntutan pekerjaan atau kuliah, juga masalah keluarga.

Tetapi Beauties, apakah cara ini efektif? Seorang psikolog yang berbasis di Manhattan, Dr. Joseph Cilona dikutip dari Healtline mengungkap traveling dengan tujuan healing adalah bentuk pelarian yang umumnya dilakukan secara impulsif. Karenanya, bisa jadi gejala yang lebih serius justru akan muncul kembali hingga bahkan lebih serius dari sebelumnya.

"Traveling bisa memperburuk atau memperbaiki keadaan bagi mereka yang berjuang melawan depresi. Anda harus sangat sadar ketika membuat perencanaan untuk bepergian," kata Dr. Cilona.

Sumber Penderitaan Ada dari Dalam Diri

Traveling/Foto: Freepik.com/Freepik

Profesor di University of Toronto, Mary V. Seeman mengungkap bahwa orang yang punya kecenderungan mengaitkan sumber penderitaan dengan sesuatu di luar dirinya, maka ketika traveling untuk menjauh dari hal-hal yang dianggap sebagai sumber derita, apakah itu keluarga, pekerjaan, dan sebagainya, justru mereka nggak mendapat apa-apa. Pasalnya sumber penderitaan sebenarnya ada dari dalam diri sendiri.

Karenanya, bila kamu merasa ada yang tidak beres alias atau merasa tidak baik-baik saja, kamu memang butuh solusi, tapi bisa jadi bukan melulu traveling jawabannya. Bila memang kamu didiagnosis depresi oleh ahli, maka ikutilah petunjuk darinya untuk kesembuhan dan kebaikan dirimu, Beauties.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!