5 Mitos Tentang Mental Health Ini Ternyata Nggak Benar Sama Sekali, Aduh... Kamu Jangan Lagi Percaya Deh!

Zeyra Haya | Beautynesia
Kamis, 07 Oct 2021 18:30 WIB
5 Mitos Tentang Mental Health Ini Ternyata Nggak Benar Sama Sekali, Aduh... Kamu Jangan Lagi Percaya Deh!
Foto: 5 Mitos Tentang Mental Health/Pexels.com/cottonbro

Kesehatan mental beberapa waktu ini menjadi topik yang marak dibicarakan. Selama masa pandemi, beberapa studi mengatakan bahwa tingkat gangguan kesehatan mental meningkat semenjak adanya kebijakan WFH dan PSBB.

Seiring dengan ramainya topik kesehatan mental diperbincangkan, turut beredar hoax mengenai mental health yang ironisnya kemudian dipercaya banyak orang. Nyatanya, semua info tersebut hanyalah mitos belaka.

Penting bagi kita untuk memperdalam pengetahuan mengenai kesehatan mental. Selain gejala gangguan mental, mitos-mitos kesehatan mental pun perlu kita ketahui.

5 Mitos Tentang Mental Health Ini Nggak Benar Sama Sekali Lho!

Mitos tentang kesehatan mental yang beredar cukup membuat banyak orang resah dan menimbulkan efek buruk. Beauties, kenali mitos-mitos mental health berikut ini agar kamu dapat mengetahui faktanya.

1. Semua Orang dengan Penyakit Mental Melakukan Kekerasan

Orang dengan gangguan kesehatan mental selalu melakukan kekerasan. Mitos atau fakta?/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio
(Orang dengan gangguan kesehatan mental selalu melakukan kekerasan. Mitos atau fakta?/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mitos mental health yang pertama adalah asumsi mengenai semua orang yang memiliki penyakit mental akan melakukan kekerasan. Jelas ini adalah sebuah mitos yang tidak benar sama sekali ya Beauties. Kekerasan merupakan salah satu stereotip dari gangguan mental.

Faktanya, memang benar bahwa beberapa orang dengan penyakit mental tertentu dapat bertindak kasar dan tidak terduga, tetapi mereka terhitung minoritas. Seorang profesor psikiatri komunitas di King’s College London di Inggris, Sir Graham Thornicroft mengatakan, "Orang dengan penyakit mental lebih sering menjadi korban kekerasan daripada pelakunya," katanya.

2. Masalah Kesehatan Mental Bersifat Permanen

Bisa disembuhkan, anggapan gangguan mental permanen hanya mitos belaka/Foto: pexels.com/Anastasia Shuraeva
(Bisa disembuhkan, anggapan gangguan mental permanen hanya mitos belaka/Foto: pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Setiap diagnosis kesehatan mental memiliki rentan waktu yang berbeda. Belum tentu seumur hidup, semua tergantung kondisi sang penderita. Untuk itu, informasi yang mengatakan penyakit mental sifatnya permanen adalah mitos belaka.

Pengalaman setiap individu dengan penyakit mental pastinya berbeda-beda. Ada orang yang bisa dengan cepat pulih dan kembali normal, namun ada pula sebagian orang yang memerlukan waktu untuk pengobatan dan terapi yang dapat mengembalikan keseimbangan hidup mereka.

3. Gangguan Makan Hanya Menyerang Perempuan

Gangguan makan akibat ketidakstabilan mental hanya dialami perempuan ternyata hanya mitos/Foto: pexels.com/Mikhail Nilov
(Gangguan makan akibat ketidakstabilan mental hanya dialami perempuan ternyata hanya mitos/Foto: pexels.com/Mikhail Nilov)

Satu lagi mitos kesehatan mental yang banyak dipercaya oleh masyarakat adalah mengenai gangguan makan yang hanya dapat diderita perempuan. Bahkan, ada stereotip bahwa kelainan makan hanya dialami oleh perempuan muda, kulit putih, dan kaya. Nyatanya gangguan makan seperti GERD bisa menyerang siapa saja dengan pemicu utama stres berlebih.

Fakta dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan gangguan makan yang paling signifikan justru terjadi pada pria, seseorang dari keluarga berpenghasilan rendah, dan orang berusia 45 tahun ke atas. Sangat bertolak belakang bukan?

4. Pengidap Skizofrenia Selalu Memiliki Kepribadian Ganda

Hanya mitos, penderita Skizofrenia tidak selalu berkepribadian ganda/Foto: pexels.com/cottonbro
(Hanya mitos, penderita Skizofrenia tidak selalu berkepribadian ganda/Foto: pexels.com/cottonbro)

Anggapan ini adalah mitos. Banyak orang berasumsi penderita Skizofrenia akan selalu memiliki dualisme atau kepribadian ganda sebab daya halusinasinya yang tinggi. Faktanya, kedua penyakit gangguan mental tersebut berbeda.

Menurut WHO, Skizofrenia ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri, dan perilaku. Distorsi tersebut dapat berupa halusinasi dan delusi. Sementara gangguan identitas disosiatif sendiri adalah kondisi dimana seseorang memiliki dua kepribadian atau lebih yang disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi secara berulang di masa kanak-kanak.

5. Orang dengan Gangguan Kesehatan Mental Tidak Bisa Bekerja

Mitos orang dengan gangguan mental tidak bisa bekerja, begini faktanya/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio
(Mitos orang dengan gangguan mental tidak bisa bekerja, begini faktanya/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pandangan mengenai orang dengan gangguan kesehatan mental tidak bisa bekerja merupakan mitos lama yang terus-menerus berkembang di masyarakat. Tentu saja hal ini merupakan mitos mental health yang nggak bener ya Beauties. Kembali lagi, semua tergantung kondisi sang penderita.

Memang benar beberapa orang dengan kondisi kesehatan mental yang sangat parah mungkin tidak dapat melakukan pekerjaan secara teratur. Namun perlu diketahui, mayoritas orang dengan masalah kesehatan mental bisa sama produktifnya dengan individu tanpa gangguan apapun.

Beauties, itulah beberapa mitos mental health yang nggak bener sama sekali alias hoax belaka. Hindari gangguan kesehatan mental dengan menjaga pola hidup dan kelola stres dengan optimal.

_______________

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE