Dalam kehidupan, manusia pasti memiliki titik terendah seperti merasakan depresi dan kecemasan. Hal ini sebenarnya wajar dialami oleh tiap orang, tapi tidak boleh berlarut-larut dan terlalu lama terpuruk. Jika tidak maka akan berdampak pada kesehatan mental maupun fisik.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh, mulai dari mengatasi rasa tidak aman, mengubah perspektif, memaafkan diri sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, hingga menumbuhkan self love. Dari sinilah, banyak orang bisa mengambil pembelajaran dari depresi dan kecemasan tentang self love sebagai berikut.
Memulai hari dengan meditasi dan latihan pernapasan
![]() Meditasi dan latihan pernapasan/freepik.com |
Kecemasan membuat orang ketakutan setiap kali bangun tidur dan pernapasan jadi tidak teratur. Sehingga memengaruhi suasana hati dan sulit menjalani hari yang produktif. Untuk mengatasi hal ini, mulailah hari dengan meditasi dan latihan pernapasan secara konsisten. Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan, antara lain membuat perubahan ke arah yang lebih positif, pikiran menjadi teralihkan, hingga saraf jadi rileks.
Exercise dan makan dengan baik
![]() Exercise dan makan dengan baik/freepik.com |
Nutrisi buruk berkontribusi pada kondisi mental yang berkurang. Bahkan depresi dan kecemasan terbukti dapat memicu timbulnya penyakit seperti kanker. Mulailah memberikan perhatian dan kasih sayang untuk diri sendiri dengan mengubah pola pikir dan pola makan. Seperti mengonsumsi makanan kaya magnesium, yaitu bayam, brokoli, kacang hitam, biji-bijian, dan dada ayam.
Exercise juga mengurangi ketegangan, stress, dan meningkatkan kognisi. Jadi ubah fokus agar berolahraga untuk meningkatkan kesejahteraan sambil membangun kekuatan. Lakukan yoga, pilates, menari, dan bersepeda tiga hingga lima kali seminggu. Rasa malas memang kadang menjadi halangan, tapi cobalah untuk melawan dan tetap konsisten.
Menyalurkan kreativitas dan ekspresi
![]() Menyalurkan kreativitas dan ekspresi/freepik.com |
Ekspresi kreatif, seni, dan gerakan menghasilkan manfaat kesehatan yang luar biasa. Selain itu, membantu proses traumatis dan memberikan makna pada pengalaman. Hal ini memang membutuhkan waktu untuk membuat koneksi bahwa keterampilan menjadi aset bagi kesehatan mental. Namun, nantinya akan melepaskan hambatan yang berasal dari rasa tidak nyaman untuk mengeskpersikan diri sepenuhnya.