Tetap Sabar, 4 Jenis Ujian Ini Muncul di Usia Awal Pernikahan
Di awal pernikahan. seringnya pasangan akan berbunga-bunga bahagia. Namun, tak lama setelah itu, beberapa jenis ujian pernikahan pun muncul. Ujian datang entah dari sisi finansial, hubungan dengan mertua, maupun anak. Memang, diperlukan kesabaran bila ingin lolos dalam ujian ini. Well, apa saja sih jenis-jenis ujian yang dimaksud? Yuk simak 5 daftarnya.
1.Financial
![]() masalah finansial/sumber:pexels.com |
Salah satu penyebab goncanganya hubungan di awal pernikahan tentunya adalah masalah finansial. Banyak pasangan muda yang tidak kuat menghadapinya, berakhir bertikai dan bercerai. Masalah finansial ini nggak selalu muncul karena kekurangan ekonomi. Pasangan yang sudah mapan pun juga bisa sering bertengkar karena masalah ini. Bisa jadi penyebabnya karena pembagian prioritas yang kurang mengenakkan di salah satu pihak. Pasangan muda perlu untuk paham dan mendiskusikan anggaran tabungan, tunjangan,dan investasi setiap bulannya.
2. Seks
![]() masalah seks/sumber:pexels.com |
Selain masalah finansial, seks juga punya pengaruh penting pada kehidupan. Di masa-masa awal pernikahan, hubungan seks mungkin akan sangat lancar dan bergairah. Nyatanya, biasanya ini terjadi di masa-masa 1-2 tahun pertama saja. Saat tanggungan sudah menumpuk dan punya anak, seks menjadi bukan prioritas lagi. Salah satu pasangan mungkin akan merasa ada yang kurang dalam aktivitas seksualnya. Inilah kenapa perlu diskusi yang baik diantara pasangan.
3. Mertua
Beberapa fakta lapangan menunjukkan peran mertua, terutama ibu, sebagai faktor munculnya konflik pada pasangan. Hal ini membuat banyak pasangan bercerai di usia pernikahan dini. Penyebab perceraian ini tentu berbeda-beda. Namun, yang paling pasti adalah ketidakcocokan antara menantu dengan sang mertua.
4. Pembagian peran
![]() pembagian peran/sumber:pexels.com |
Tidak semua pasangan suami istri punya peran yang seimbang di rumah tangga. Ada pasangan yang mengerti akan hal ini, ada pula yang tidak terbiasa karena masalah budaya. Pembagian peran ini seringnya jadi pemicu konflik. Misalkan saja, seorang pria umumnya berperan sebagai kepala keluarga yang bekerja. Sementara itu, sang istri akan mengasuh anak di rumah. Namun, di perkotaan, kebiasaan ini tidak lagi berlaku pasti. Antar pasangan tetap harus mengerti satu sama lain.


