BILLBOARD
970x250

7 Fakta tentang Coco Chanel, Sempat Tinggal di Panti Asuhan Hingga Menjadi Desainer Legendaris

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 06 Oct 2021 12:00 WIB
7 Fakta tentang Coco Chanel, Sempat Tinggal di Panti Asuhan Hingga Menjadi Desainer Legendaris

Beauties, sekarang ini siapa yang tidak pernah mendengar rumah mode Chanel? Rumah mode legendaris tersebut didirikan oleh Gabrielle ‘Coco’ Chanel, seorang perempuan cantik asal Perancis yang namanya legendaris hingga saat ini. Sejumlah karyanya yang timeless masih menjadi favorit di era abad 21. Sebut saja parfum Chanel No.5, little black dress, setelan berbahan tweed dan masih banyak lagi. Kreasi yang tak lekang waktu tersebut membuat label Chanel menjadi salah satu luxury brand paling difavoritkan oleh para pencinta fashion.

Kontribusi Gabrielle di industri fashion begitu besar dan wajib disimak. Kisah hidupnya yang dipenuhi perjuangan tidak kalah menarik dengan caranya untuk merintis bisnis besarnya tersebut. Inilah fakta menarik dari Coco Chanel yang melalui perjalanan tidak biasa dalam hidupnya.

7 Fakta Coco Chanel

Lahir dengan nama Gabrielle Bonheur Chanel pada 19 Agustus 1883 di Saumur, Perancis, Gabrielle ‘Coco’ Chanel adalah seorang yatim piatu yang gigih merealisasikan pandangannya terhadap fashion perempuan. Ia berani membuat langkah revolusioner dan memberontak dalam lingkungan konservatif. Berikut adalah fakta-fakta menarik dari kisah sang legenda fashion itu, Beauties!



1. Tinggal di Panti Asuhan Sejak Usia 12 tahun

Gabrielle Chanel saat anak-anak/
Gabrielle Chanel/ Foto: pinterest.com/Stew Ross Discovers

Setelah ibunya meninggal saat Gabrielle berusia 12 tahun, ayahnya, Henri-Albert Chanel menitipkannya di sebuah panti asuhan di Aubazine, Prancis. . Dalam panti asuhan ini pula ia belajar untuk menjahit. Tumbuh besar di panti asuhan hingga usia 18 tahun, ia pun memulai kisah hidupnya dengan bekerja di toko Maison Grampayre dan menambah penghasilannya dengan menyanyi di cafe.

2. Diberi Julukan Coco Setelah Ia Menyanyi di Sebuah Cafe

Gabrielle yang mendapat panggilan Coco/
Gabrielle mendapat panggilan Coco/ Foto: pinterest.com/Vintage Everyday

Nama ‘Coco’ yang menjadi julukan Gabrielle didapatkan saat ia bekerja sebagai penyanyi cafe. Beberapa orang berasumsi panggilan itu diambil karena lagu yang dinyanyikannya, ‘Qui qu'a vu Coco?’. Namun, Gabrielle menyatakan kalau itu adalah singkatan dari bahasa Perancis ‘cocotte’. 

Dari pekerjaannya di cafe itu pula ia mengenal pengusaha-pengusaha sukses, termasuk pewaris perusahaan tekstil asal Perancis, Étienne de Balsan yang kemudian menjadi kekasihnya. Ia pun diajak untuk tinggal di kastil di daerah Royallieu. Gabrielle yang tidak bisa menggambar sketsa dan tidak suka menjahit berusaha mengembangkan kemampuannya dengan belajar pada masa itu.

3. Membangun Bisnis Pertama Dibiayai Sang Kekasih dengan Menjual Topi 

Coco Chanel membuka butik pertama/
Coco Chanel membuka butik pertama/ Foto: harpersbazaar.com/

Sering terlibat dengan laki-laki kaya dan sukses, ia pun dipertemukan dengan Boy Capel pada tahun 1909. Melihat bakat yang dimiliki kekasihnya, Capel menunjukkan dukungan dengan membantunya secara finansial untuk mendirikan dan mengembangkan toko topi. Desain milik Gabrielle yang berbeda dari biasanya mencuri banyak perhatian dan mendorongnya untuk pindah ke Paris untuk membuka toko pertamanya tahun 1908 dan Deauville tahun 1914. Berkat kesuksesannya itu, ia pun membuat produk pakaian yang selaras dengan visi yang dimilikinya.

4. Terinspirasi dari Elegansi Pakaian Laki-Laki yang Kasual

Terinspirasi dari pakaian laki-laki/
Terinspirasi dari pakaian laki-laki/ Foto: harpersbazaar.com

Keahliannya dalam membaca karakter dan waktu berbuah manis dalam bisnis fashion yang dirintisnya. Melihat pakaian laki-laki yang sarat akan kesederhanaan dan kenyamanan, Gabrielle mendobrak dunia fashion bagi perempuan yang saat itu kerap mengenakan korset dan petticoats. Ia pun berambisi untuk membuat pakaian modern yang nyaman untuk kaum hawa. Mempunyai visi besar bagi industri fashion, Gabrielle semakin berhati-hati dalam observasinya untuk membaca karakteristik pakaian yang dikenakan orang-orang di Paris.

5. Label Chanel Meraih Kesuksesan Tahun 1920an

Chanel Suit/
Chanel Suit/ Foto: harpersbazaar.com

Sentuhan maskulin dalam pakaian perempuan yang muncul dalam pandangan Gabrielle menjadi sebuah ide brilian. Mencatat inspirasi dari dress hitam berkerah putih dengan cuffs yang sering dijumpai, Gabrielle melahirkan kreasi pakaian revolusioner bersiluet ramping, sporty dengan desain simple. Karya-karya klasik seperti ‘The Little Black Dress’ dan ‘Chanel Suit’ sukses melejitkan popularitas Chanel di dunia dan menjadi momen penting bagi bisnisnya. 

Gairahnya untuk menghasilkan inovasi tidak berhenti di situ, Beauties. Bertepatan dengan kesuksesan besarnya sekitar pertengahan tahun 1920an, Gabrielle memasuki dunia parfum dan melahirkan salah satu parfum legendaris: Chanel No.5. Setelahnya, ia pun merilis koleksi parfum lain, seperti No.22, Gardenia, dan No. 19.

6. Mundur dari Bisnis Saat Perang Dunia Kedua

Menutup bisnisnya saat perang dunia ke-2/
Menutup bisnisnya saat perang dunia ke-2/ Foto: pinterest.com/History 101

Pada masa perang dunia kedua, Gabrielle terpaksa menutup bisnis fashion nya tahun 1939. Hubungannya dengan seorang diplomat Jerman menyebabkan rumor bahwa ia memiliki afiliasi dengan Nazi, bahkan beredar asumsi ia seorang mata-mata. Reputasinya yang tercoret disertai dengan depresi ekonomi global yang terjadi, ia pun terpaksa mundur dari bisnis untuk sementara. Walaupun menuai banyak kritikan, ia kembali melanjutkan bisnisnya tahun 1954 dan berhasil unggul berkat desain-desain segar dalam koleksinya, seperti suit rajutan yang berhasil menarik perhatian.

7. Meninggal di Apartemennya di Hotel Ritz

Gabrielle pada tahun 1970/
Gabrielle pada tahun 1970/ Foto: harpersbazaar.com

Gabrielle meninggal pada usia 87 tahun di apartemennya setelah bekerja. Walaupun tidak pernah menikah dan tidak mempunyai keluarga, ia telah menghidupi kehidupannya dengan luar biasa. Warisannya untuk dunia fashion begitu berharga hingga saat ini. Setelah wafatnya sang legenda, asisten desainer Gaston Berthelot dan Ramon Esparza melanjutkan bisnis sebelum Karl Lagerfeld mengambil alih label Chanel di tahun 1983 sebagai creative director.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(raf/raf)

RELATED ARTICLE