Film #KitaBerkebaya Bangkitkan Semangat Perempuan Berkebaya di Hari Kebaya Nasional

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Kamis, 24 Jul 2025 12:30 WIB
Parade Kebaya dalam Film #KitaBerkebaya
Press confrence #KitaBerkebaya/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Tanggal 24 Juli diperingati sebagai Hari Kebaya Nasional melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2023, Beauties. Sebagai bentuk perayaan, Bakti Budaya Djarum Foundation merilis karya film pendek bertajuk #KitaBerkebaya yang melibatkan setidaknya 250 perempuan Indonesia.

Melalui film pendek #KitaBerkebaya, perempuan Indonesia diingatkan kembali akan warisan budaya yang patut dilestarikan. Pemakaian kebaya untuk keseharian seperti generasi pendahulu lambat laun bangkit kembali dan diharapkan senantiasa berlanjut di kemudian hari. Seperti yang ditangkap film karya Bramsky tersebut, berawal dari sepinya toko kebaya, disusul seruan aktivis kebaya, hingga para perempuan bersatu mengungkapkan makna personal kebaya di tengah gempuran modernitas mode.

Film melibatkan sejumlah nama besar baik di dunia seni dan hiburan Indonesia yang memberikan "nyawa" pada cerita, Beauties, antara lain Maudy Ayunda, Maudy Koesnaedi, Tara Basro, Eva Celia, Titi Radjo Padmaja, Andien, Lutesha, hingga Dian Sastrowardoyo.

Latar Belakang Pembuatan #KitaBerkebaya

Bakti Budaya Djarum Foundation

Press conference #KitaBerkebaya/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Dalam press conference peluncuran #KitaBerkebaya di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, hari Selasa (22/7/2025), Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Maudy Ayunda, Titi Radjo Padmaja, Andien, dan fashion stylist Hagai Pakan bercerita hal paling berkesan dari proses pembuatan #KitaBerkebaya. Konsep film yang digodok Renitasari bersama Bramsky masih berkesinambungan dengan konsep dari tahun lalu, Beauties. “Bukan cuma sekadar Hari Kebaya yang seremonial, yang hari itu semua orang pakai kebaya, setelah itu sudah lupa,” tutur Renitasari. Namun diharapkan bisa meninggalkan bekas yang abadi.

Maka lahirlah #KitaBerkebaya di mana terangkat kisah gerakan yang berotasi pada busana tradisional tersebut, tak hanya sekadar dilihat sebagai sandang, tapi juga sumber kehidupan perempuan. Sebab, naiknya popularitas kebaya turut menghidupi para pengrajin di baliknya, mulai dari penjahit sampai penjual wastra baik tenun maupun batik yang kerap jadi pendamping kebaya.

Pesan tersampaikan. Andien mengakui terharu saat menyaksikan #KitaBerkebaya pertama kali karena makna dibawa punya nilai yang besar. “Jadi aku berharap dampaknya akan sangat luar biasa ke depannya,” ujar sang penyanyi.

Hal serupa disampaikan Maudy Ayunda yang melihat #KitaBerkebaya disampaikan dalam konteks yang lebih sureal dan hiperbolik “dan itu menjadi simbol ekspresi diri, simbol pentingnya kita memeluk sejarah, simbol dari pentingnya bahwa ini adalah gerakan yang kolektif”.  Ia pun berharap ekspresi diri tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan anak muda sehari-hari, seperti saat ke kafe atau berkumpul dengan teman-teman sambil mengenakan kebaya.

 

Parade Kebaya dalam Film #KitaBerkebaya

Bakti Budaya Djarum Foundation

Press confrence #KitaBerkebaya/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Mendukung premis yang kuat, film #KitaBerkebaya juga menghadirkan kebaya tradisional penuh warna dengan estetika ala fashion editorial, hasil kreativitas stylist Hagai Pakan. Melalui film ini, Hagai menjelaskan keinginannya untuk menampilkan “betapa beragamnya perempuan Indonesia dengan cara berkebaya yang lebih variatif”, dengan fokus di kota besar. Saat mendandani para pemain, dia tetap mengutamakan karakter pemakai sekaligus membuktikan bahwa kebaya tetap punya daya pikat ketika diracik dalam nuansa modern sekalipun. 

Maudy bergaya eklektik memadukan kebaya kartini brokat lawas rona oranye dengan korset tosca dari Toton dan celana. Semburat warna-warni cerah mendandani Andien yang mengenakan kebaya modifikasi dari Mera & Jenar, ditumpuk batik korset dari Wilsen Willim, serta sentuhan styling ala Gen Z dari stoking merah dan celana overlay lace skirt. Sementara Titi Radjo mengenakan kebaya kerancang rona sage koleksi pribadi Edward Hutabarat dari tahun 1943, dikombinasikan tenun dari daerah Timur serta perhiasan vintage Sumba.

Makna Personal Kebaya di Era Modern

Bakti Budaya Djarum Foundation

Press confrence #KitaBerkebaya/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Bagi Titi Radjo, kebaya adalah cerminan keanggunan dan kesopanan perempuan Indonesia. “Ketika aku berkebaya, aku merasa attitude aku berubah di mana itu adalah positif, “ katanya. “Kalau pakai kebaya bukan hanya cantik dan anggun, tapi attitude perempuan Indonesia juga terpancarkan dengan sangat baik”. 

Maudy Ayunda menganggap kebaya adalah bagian dari sentimental dari dirinya, terutama kebaya kutubaru yang menemani di momen-momen penting dalam hidup, seperti hari wisuda dan hari pernikahannya. 

Sementara bagi Renitasari, masyarakat di kota besar paham akan tren kebaya lawas yang buat penampilannya semakin unik, sehingga UMKM pun harus konsisten didukung sehingga terus hidup dan kebaya dapat terlestarikan. Selaras dengan makna personal kebaya bagi Renita, bahwa kebaya adalah “identitas kita yang harus kita banggakan, harus kita lestarikan”. Ia juga berharap nantinya, kebaya bisa sama seperti kimono Jepang yang juga menjadi daya tarik wisata di mana turis mencoba kimono atau hanbok di Korea Selatan. “Saya juga mau, suatu hari orang datang ke Indonesia ingin mencoba pakai kebaya,” pungkasnya.

 

Keren ya, Beauties! Kamu bisa menyaksikan film pendek #KitaBerkebaya di sini.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE