Mirip Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Songket dan Tenun yang Wajib Kamu Tahu
Kain tradisional Indonesia atau wastra menyimpan cerita panjang tentang budaya, status sosial, dan juga identitas daerah. Dua di antaranya yang paling menonjol adalah tenun dan songket. Kedua kain ini sering dianggap sama namun ternyata berbeda.
Menurut buku Tenun: Handwoven Textiles of Indonesia, tenun adalah istilah umum untuk kain yang dibuat dengan cara menyilangkan benang lungsin (vertikal) dan benang pakan (horizontal) menggunakan alat tenun tradisional. Teknik ini menghasilkan kain dengan pola dan warna yang beragam dan tergantung pada bahan serta gaya tiap daerah.
Sementara itu, dalam buku Kain Songket Indonesia karya Suwati Kartiwa dijelaskan bahwa songket dibuat dengan menyisipkan benang emas atau perak di antara tenunan dasar menggunakan teknik yang disebut menyongket. Kata “songket” sendiri berasal dari kata sungkit yang artinya mengaitkan benang.
Proses Tradisional yang Sarat Ketelatenan
Tenun dibuat dengan alat sederhana dan teknik manual, sedangkan songket memerlukan ketelitian tinggi untuk menyisipkan benang emas. Simak perbedaan proses dan lamanya pengerjaan dua kain istimewa ini./Foto: Instagram/andien
Tenun biasanya dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) atau gedogan. Sebuah alat kayu sederhana yang dioperasikan dengan tangan. Prosesnya bisa memakan waktu dari dua minggu hingga beberapa bulan dan tergantung bagaimana kompleksitas motif.
Berbeda dengan itu, songket menuntut ketelitian ekstra. Penenun harus “menyungkit” benang satu per satu, lalu menyelipkan benang emas atau perak di antaranya. Proses ini bisa memakan waktu hingga tiga sampai enam bulan hanya untuk satu kain. Terutama untuk motif besar seperti Lepus dari Palembang atau Bungo Cino.
Bahan Tenun dan Songket
Tenun tampil lembut dengan serat alami dan pewarna dari alam, sementara songket memukau lewat benang emas dan sutra halus. Ketahui apa yang membuat keduanya punya karakter dan tekstur berbeda./Foto: Instagram/myramyurna
Tenun umumnya dibuat dari serat alami seperti kapas, sutra, atau ulap doyo (serat khas Kalimantan Timur). Pewarnaannya juga memakai bahan alami untuk menciptakan warna yang lembut dan organik. Daun indigo digunakan untuk biru dan akar mengkudu untuk merah.
Sebaliknya, songket tampil mewah dengan benang emas, perak, atau sutra metalik. Bahan dasarnya biasanya sutra halus atau katun berkualitas tinggi agar kuat menahan benang logam. Teksturnya pun lebih tebal dan berat.
Makna Motif Songket dan Tenun
Setiap motif tenun dan songket menyimpan makna mendalam dari keseimbangan hidup hingga simbol kemuliaan. Temukan kisah di balik pola-pola yang menjadikan kain tradisional ini begitu istimewa.Foto: Instagram/kiranalarasati
Motif tenun sering menggambarkan keseharian masyarakat seperti bunga, binatang, hingga bentuk geometris yang melambangkan harmoni hidup. Dalam Indonesian Textiles: Motifs & Meaning, disebutkan bahwa setiap pola punya filosofi tersendiri. Motif kuda pada tenun Sumba yang berarti kekuatan, atau belah ketupat di tenun Bali yang melambangkan keseimbangan alam dan manusia.
Sementara itu, motif songket lebih berlapis makna dan sarat simbol kehormatan. Suwati Kartiwa menulis bahwa Bungo Cino, Bunga Melati, atau Lepus dulu hanya boleh dikenakan bangsawan atau pengantin. Setiap benang emas yang disisipkan adalah simbol kemuliaan dan spiritualitas dalam budaya Melayu dan Sumatera.
Fungsi Sosial Songket dan Tenun
Tenun hadir dalam kehidupan sehari-hari, sementara songket tampil di momen sakral seperti pernikahan dan penyambutan tamu kehormatan. Inilah perbedaan fungsi budaya dua warisan tekstil Nusantara./Foto: Instagram/therealdisastr
Dalam Weaving Lives: Textiles and Weaving Traditions of Indonesia, dijelaskan bahwa tenun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dari mulai busana, mas kawin, hingga perlengkapan upacara adat. Setiap kain menyimpan identitas dan doa yang seolah setiap simpulnya merekam kehidupan pembuatnya.
Sebaliknya, songket muncul di momen sakral. Di Palembang dan Minangkabau, songket dikenakan dalam upacara pernikahan, pelantikan penghulu, hingga penyambutan tamu agung. Ia bukan sekadar kain, tapi simbol kehormatan dan kemakmuran.
Estetika Songket dan Tenun
Tenun memancarkan pesona alami dan lembut, sedangkan songket menggoda lewat kilau mewahnya. Dua-duanya menampilkan sisi seni dan keindahan tekstil Indonesia yang tak lekang waktu./Foto: Instagram/therealdisastr
Tenun memancarkan keindahan alami yang lembut, hangat, dan membumi. Warna-warnanya "tidak berteriak", tapi berbicara lewat harmoni.
Sementara songket adalah perwujudan kemewahan dan prestise. Dalam Textiles of Indonesia: The Thomas Murray Collection, disebutkan bahwa kilau benang logam pada songket menjadikannya puncak estetika tekstil Asia Tenggara. Teksturnya timbul, warnanya tegas, dan kilaunya seperti permata. Kalau tenun adalah kain keseharian, maka songket adalah "red carpet gown"-nya kain tradisional.
Asal dan Persebaran Songket dan Tenun di Indonesia
Dari Nusa Tenggara hingga Sumatera, tiap daerah punya tenun dan songket dengan ciri khas unik. Pelajari bagaimana sejarah perdagangan dan budaya Melayu membentuk persebaran dua kain ikonik ini./Foto: Instagram/enzystoria
Tenun tersebar luas di seluruh Indonesia. Tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur, ulos dari Sumatera Utara, hingga lurik dari Jawa Tengah. Tiap daerah punya ciri dan filosofi khas yang membuatnya unik.
Sedangkan songket banyak ditemukan di Sumatera dan Kalimantan yang merupakan wilayah dengan akar budaya Melayu yang kuat. Songket Palembang terkenal paling mewah, sementara Pandai Sikek (Sumatera Barat) dan Sambas (Kalimantan Barat) punya motif khas masing-masing. Menurut Kemendikbud, penyebaran songket juga dipengaruhi oleh perdagangan India dan Arab yang memperkenalkan benang emas ke Nusantara.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!