
Para Desainer yang Punya Masa Jabatan Singkat Sebagai Creative Director! Kejutan Ada Lindsay Lohan

Penunjukan Pharrell Williams sebagai creative director Louis Vuitton menswear mengundang perhatian. Meski ia dikenal sebagai sosok yang selalu tampil stylish dan pernah berkolaborasi dengan brand seperti Chanel dan Louis Vuitton sebelumnya, bahkan juga memiliki brand sendiri, namun publik mempertanyakan kredibilitasnya sebagai seorang creative director. Karena dianggap kurang berpengalaman dan banyak sosok lain yang pekerjaan utamanya memang seorang desainer.
Singkatnya, seorang creative director bertugas merancang dan mensupervisi tim desain atas setiap koleksi, baik itu busana dan aksesori. Serta berbagai proyek khusus semisal kolaborasi, konsep foto iklan, dan custom busana red carpet untuk selebriti.
Seringnya nama seorang desainer lambat laun akan berasosiasi dengan brand mereka yang pimpin. Contoh paling sukses adalah Karl Lagerfeld yang memegang posisi creative director Chanel dan Fendi hingga akhir hayatnya.
Lalu Tom Ford, yang meski sudah mundur dari Gucci sejak tahun 2004 namun publik masih merindukan rancangannya untuk rumah mode Italia tersebut.
Tak semua desainer sukses. Sekalipun mereka sudah memiliki track record dari segi penjualan namun untuk bisa menjadi creative director yang sukses dipengaruhi berbagai faktor. Seperti preferensi konsumen dan sinergi garis desain keduanya.
Faktor lain yang tak bisa dikesampingkan adalah waktu. Butuh waktu baik bagi desainer dan konsumen untuk saling memahami visi kreatif yang ditawarkan. Tak jarang dalam sejumlah kasus hanya dalam satu tahun, seorang desainer langsung digantikan posisinya.
Berikut sederet desainer yang punya masa jabatan singkat selama jadi creative director label fashion kenamaan.
Alessandra Facchinetti
![]() |
Di usia 32 tahun, Alessandra Facchinetti dipercaya menggantikan Tom Ford sebagai creative director Gucci pada tahun 2004. Kala itu ia adalah salah satu anggota tim internal desain. Sebelumnya ia bekerja untuk label Prada.
Pada koleksi perdananya sebagai creative director Gucci, yakni musim semi 2005, Facchinetti tampak memilih melanjutkan garis desain mantan bosnya tersebut. Seksi dan glamor, lewat gaun berpotongan rendah, rok ketat, dan swimsuit berhiaskan embellishment.
Sayangnya aksinya tersebut justru tak membuatnya bertahan lama. Dalam waktu 18 bulan, ia digantikan oleh Frida Giannini, desainer aksesori Gucci.
![]() |
Tahun 2008, Facchinetti kemudian direkrut oleh desainer Valentino sebagai penerusnya pasca ia memutuskan pensiun. Namun lagi-lagi ia tak bertahan lama. Tak sampai setahun usai mempresentasikan koleksi haute couture perdananya untuk Valentino ia diberhentikan.
"Sungguh terasa berat. Namun sudah menjadi impian saya untuk merancang couture," ujarnya seperti dikutip dari W Magazine mengenai pengalamannya di Valentino.
Paulo Melim Andersson - Chloé
![]() |
Berganti creative director, berganti pula garis desain sebuah brand. Namun tak semua bisa langsung menerima hal tersebut. Contohnya yang dialami desainer Paulo Melim Andersson. Ditunjuk sebagai creative director Chloé menggantikan Phoebe Philo pada tahun 2006, ia nyaris mengubah total citra brand tersebut.
Di bawah arahan Philo, Chloé identik dengan gaya manis dan vintage lewat gaun baby doll. Andersson kemudian mengubahnya menjadi lebih edgy lewat deretan T-shirt dress berhiaskan corak grafis dan detail embellishment serta permainan warna-warna mencolok.
![]() |
"Saya ingin koleksi yang terlihat muda. Tanpa dibuat-buat. Bersih namun bukan minimalis." ujar Andersson mengenai koleksi perdananya seperti dikutip dari Vogue.
Sayangnya visinya tersebut kurang mendapat apresiasi. Hanya dalam waktu 17 bulan, ia terpaksa melepas posisi creative director dari label fashion legendaris yang sudah eksis sejak tahun 1952 tersebut.
Baca kisah desainer lain di halaman selanjutnya.