3 Perjuangan Penting RA Kartini dalam Emansipasi Perempuan Indonesia
Seperti yang kita ketahui, RA Kartini adalah pahlawan nasional yang sangat berjasa dalam memajukan kehidupan perempuan Indonesia. Berkat perjuangannya, hingga saat ini perempuan Indonesia mampu mendapatkan akses pendidikan yang setara dengan kaum pria.
Maka dari itu, untuk mengenang jasa Kartini, pemerintah menetapkan setiap tanggal 21 April untuk diperingati sebagai Hari Kartini.
Lantas, apa saja perjuangan Kartini dalam menghidupkan emansipasi perempuan Indonesia? Simak rangkumannya berikut ini, ya, Beauties!
Pionir Pemikiran Feminisme di Indonesia
RA Kartini/Foto: Wikimedia Commons via CNN Indonesia
Dilansir dari detikEdu, RA Kartini memiliki sahabat pena bernama Stella Zeehandelaar. Mereka bertemu melalui majalah De Hollandsche Lelie, Stella merupakan seorang feminis dan politisi di Partai Sosialis Belanda.Â
Dari perkenalan tersebut, Kartini rajin mengirimkan surat-surat kepada Stella. Dalam suratnya, Kartini menceritakan bagaimana perempuan pribumi di Jawa yang sangat dibatasi oleh adat yang berlaku. Mereka tidak diperbolehkan untuk bersekolah, harus dipingit, dan dijodohkan untuk menikah di usia yang sangat belia.Â
Surat yang telah ditulis Kartini, baik kepada Stella maupun sahabat lain dibukukan oleh J.H. Abendanon, menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu berjudul Door Duisternis tot Licht atau yang dikenal sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang.
Berkeinginan Melanjutkan Studi dan Menjadi Guru
RA Kartini/Foto: Wikimedia Commons via CNN Indonesia
Melansir dari CNN Indonesia, pada tahun 1901 pemerintah Hindia Belanda memberlakukan Politik Etis, yaitu pemerintah harus menyejahterakan masyarakat jajahannya. J.H. Abendanon kemudian mendatangi Kabupaten Jepara untuk berbicara mengenai pendirian kostschool untuk gadis-gadis bangsawan.Â
Mendengar kabar ini, Kartini sangat mendukung program tersebut. Bahkan, ia memberi saran kepada Abendanon untuk dapat mendirikan sekolah kejuruan bagi perempuan. Abendanon yang mendengar gagasan Kartini terkesan dan berkata ingin membiayai sekolah kedokteran Kartini. Namun, orang tua Kartini tidak memperbolehkan Kartini melanjutkan sekolah kedokteran karena didominasi pria.
Tak hanya itu, Kartini bahkan mendapatkan tawaran beasiswa di Belanda langsung yang dibiayai oleh Van Kol. Tetapi, banyak orang pula yang berupaya menggagalkan Kartini belajar di Belanda karena perempuan tidak diperbolehkan belajar ke luar negeri. Akhirnya, Kartini tetap diperbolehkan orang tuanya melanjutkan pendidikan guru.
Mendirikan Sekolah Perempuan
RA Kartini/Foto: Wikha Setiawan/detikcom
Karena Kartini gagal melanjutkan studinya, ia dan Roekmini, adik perempuannya, memutuskan untuk mendirikan sekolah anak perempuan di pendopo kabupaten pada Juni 1903. Sekolah ini menekankan pada pendidikan karakter dan budi pekerti anak, sesuai dengan gagasan yang dibawa oleh Kartini tanpa campur tangan pemerintah.
Namun, di waktu bersamaan, Kartini harus dinikahkan oleh seorang ningrat yaitu Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Setelah menimbang-nimbang, Kartini akhirnya menerima lamaran tersebut dengan syarat sang Bupati harus menyetujui pembangunan sekolah perempuan. Raden Adipati Djojo Adiningrat pun menyanggupi permintaan tersebut.
Kemudian, sekolah berhasil didirikan dengan nama Sekolah Kartini. Namun, perkembangan sekolah terhambat semenjak Kartini melahirkan dan sakit keras. Akhirnya, pembangunan Sekolah Kartini di berbagai daerah dilanjutkan oleh Keluarga Abendanon dan Nyonya Van Deventer.Â
Nah, itu dia sederet perjuangan RA Kartini yang amat berharga. Semoga, apa yang diperjuangkan Kartini dapat terus memotivasi perempuan Indonesia untuk terus berkarya dan berprestasi, ya. Selamat Hari Kartini, Beauties!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!