4 Cara Menerapkan Active Listening Parenting pada Anak

Firzaputri Maulida Maharani | Beautynesia
Kamis, 21 Mar 2024 23:00 WIB
Tunjukkan Ketertarikan Pada Cerita Anak
Tunjukkan ketertarikan pada cerita anak/Foto: Freepik/Lifestylememory

Komunikasi memang menjadi faktor penting dalam pengasuhan anak, Beauties. Namun, berkomunikasi dengan anak bukanlah sekadar berbicara dengan baik, tetapi juga keterampilan mendengarkan dengan aktif.

Active listening atau mendengar secara aktif adalah bagaimana orangtua dapat menunjukkan ketertarikan, menyimak, dan memberi perhatian terhadap pemikiran serta perasaan anak. Hal ini dapat dilakukan kepada anak sedari kecil, sehingga ketika orangtua dapat menerapkan active listening, anak akan memiliki rasa percaya dan nyaman untuk bercerita bahkan saat mereka mulai menginjak remaja.

Lantas, bagaimana orang tua dapat menerapkannya pada anak? Yuk, simak cara-cara menerapkan active listening yang dilansir dari Raising Children dan CDC!

 

Berikan Perhatian Penuh pada Anak

Berikan perhatian penuh pada anak/Foto: Freepik/Lifestylememory

Ketika orangtua memberi perhatian penuh, anak akan merasa bahwa dirinya penting. Mereka juga merasa bahwa orangtua hadir dan tertarik terhadap apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rasakan. 

Memberi perhatian dapat dilakukan dengan gestur dan bahasa tubuh tertentu, seperti halnya kontak mata, menoleh pada anak, mendekati anak saat mereka berbicara, bahkan mensejajarkan tubuh jika anak masih kecil. Selain itu, kondusifkan lingkungan sekitar dengan menghentikan sejenak aktivitas yang dilakukan, mematikan televisi, dan tidak mendengarkan anak sambil bermain handphone.

Jangan Menginterupsi Perkataan Anak

Jangan menginterupsi anak/Foto: Freepik/pressfoto

Jangan terburu-buru memotong perkataan mereka dan dengarkan mereka terlebih dahulu, meski terkadang orangtua tidak tahan untuk segera memberi respon atau solusi. Dengan begitu, anak akan lebih jelas dalam mengungkapkan perasaannya.

Tunjukkan Ketertarikan Pada Cerita Anak

Tunjukkan ketertarikan pada cerita anak/Foto: Freepik/Lifestylememory

Anggukan kepala dan merespon anak dapat menunjukkan bahwa orang tua tertarik terhadap cerita mereka. Orangtua dapat merespon dengan:

“Ibu/Ayah mengerti…”,

“Kedengarannya menarik/menyedihkan…,"

Atau berikan respon tambahan saat anak terdiam seperti, “Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?”

Refleksikan Perkataan dan Perasaan Anak

Refleksikan perkataan dan perasaan anak/Foto: Freepik/user850788

Setelah anak selesai bercerita, orang tua dapat merespon dengan dua cara, yaitu:

Pertama, mengulangi perkataan mereka dengan bahasa yang lebih sederhana, seperti:

“Jadi, kamu merasa marah/sedih/malu karena….”

Kedua, hindari memberi respon yang menghakimi. 

Memberi respon, “Kamu memang pemalas” adalah respon yang menghakimi. Cobalah untuk mengatakan:

“Kamu tidak ingin membantu Ayah/Ibu karena…”

Adapun contoh lain dari refleksi perkataan, yaitu pada anak yang masih kecil. Ketika anak belajar kata-kata, kita dapat mengoreksinya seperti,

Anak: “Aku tadi melihat ucing.”

Orangtua: “Tadi, kamu melihat kucing di jalan.”

Selain dari keempat cara di atas, terkadang dalam prosesnya orangtua tidak selalu harus setuju dengan perspektif anak. Namun, yang terpenting, jangan memaksakan anak untuk harus merasakan atau merespon dengan cara tertentu.

Ketika orangtua salah menerka perasaan anak, mereka pasti akan membenarkannya. Bahkan, ketika anak hanya ingin didengar, orangtua dapat menawarkan rasa aman dan kenyamanan dengan memeluk serta menghibur mereka.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE