5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Toxic Feminity, Ketika Perempuan Dituntut 'Patuhi' Standar Masyarakat
Beauties, mungkin kamu pernah mendengar istilah toxic masculinity sebelumnya. Toxic masculinity adalah bagaimana ekspektasi berbasis gender masyarakat terhadap pria dapat melahirkan karakteristik dan perilaku yang tidak membantu, termasuk kesulitan mengungkapkan emosi dan kepercayaan diri yang berlebihan.
Namun, para psikolog dan peneliti juga mulai mempertimbangkan topik serupa, yaitu toxic feminity. Singkatnya, istilah ini menggambarkan potensi dampak negatif dari standar masyarakat terhadap perempuan. Yuk, cari tahu lebih lanjut seputar toxic feminity berikut ini seperti yang telah dilansir dari Healthline!
Pengertian Toxic Feminity
![]() Pengertian toxic feminity/Foto: Unsplash.com/Tamara Bellis |
Toxic feminity atau feminitas beracun dapat menggambarkan kejadian apa pun ketika perempuan secara eksplisit disuruh menyesuaikan diri dengan stereotip tradisional atau berusaha untuk menyelaraskan diri dengan stereotip itu sendiri. Meaghan Rice selaku terapis berlisensi mencatat bahwa toxic feminity berasal dari anggapan masyarakat yang kaku dan setiap orang memperkuatnya sepanjang waktu.
Ini sering terjadi sebagai upaya bawah sadar untuk menemukan nilai atau merasa diterima dalam masyarakat patriarki. Toxic feminity dan toxic masculinity terkait dengan konsep lain yang berakar pada misogini: seksisme yang baik hati. Bentuk seksisme yang lebih halus ini mungkin tampak bermaksud baik, tapi tetap dapat membahayakan.
Tanda-tanda Toxic Feminity
![]() Tanda-tanda toxic feminity/Foto: Unsplash.com/Clem Onojeghuo |
Ada beberapa tanda umum dari toxic feminity yang perlu diperhatikan, baik dalam diri kamu atau orang lain, yaitu:
- Kamu merasa harus selalu memiliki pasangan meski kamu tidak menginginkan sebuah hubungan.
- Penghakiman atau rasa malu karena belum memiliki anak.
- Mengorbankan kesehatan agar sesuai dengan harapan masyarakat untuk perempuan.
- Menempatkan kebutuhan dan keinginan lawan jenis di atas kebutuhan dan keinginan kamu sendiri.
- Meremehkan kemampuan kamu.
- Menghindari konfrontasi dengan pria.
- Menilai perempuan lain atau mendapatkan penilaian dari perempuan lain karena tidak cukup feminin.
Media sosial juga dapat berkontribusi pada feminitas yang beracun, lho! Jadi, kamu wajib waspada terhadap media sosial, salah satunya contohnya adalah influencer yang mencontohkan beberapa diet berbahaya.
Dampak Toxic Feminity
"Feminitas beracun mendukung definisi perempuan yang kaku, restriktif, represif, dan membatasi," kata Monica Vermani selaku psikolog klinis. Ia menekankan bahwa feminitas beracun dapat membahayakan orang dari jenis kelamin apa pun. Beberapa dampaknya meliputi:
Efek Kesehatan Fisik
![]() Gangguan makan, efek kesehatan fisik dari toxic feminity/Foto: Freepik.com/jcomp |
Feminitas beracun dapat memengaruhi kesehatan fisik dengan mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat mengakibatkan dysmorphia tubuh dan gangguan makan. Toxic feminity juga dapat menjadi faktor ekspektasi yang tidak realistis dalam hal mengasuh pasangan, anak-anak, sampai pekerjaan rumah tangga.
Toxic feminity dapat mengakibatkan kelelahan yang parah karena melakukan kerja fisik dan emosional orang-orang di sekitar kamu. Stres kronis yang diakibatkan dari toxic feminity juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius, seperti maag, kanker, stroke, dan penyakit jantung.
Hati-hati, Toxic Feminity Juga Berdampak di Tempat Kerja!
5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Toxic Feminity, Ketika Perempuan Dituntut Ikuti Standar Masyarakat/Foto: Getty Images/iStockphoto/Daniel de la Hoz
Efek Mental dan Emosional
Mematuhi norma gender secara ketat dapat membuat kamu merasa tidak berdaya. Kamu mungkin merasa terjebak oleh kurangnya hak pilihan atas hidup kamu sendiri. Jika kamu mulai menyamakan harga diri dengan kemampuan kamu sendiri untuk menemukan pasangan, kamu mungkin akan lebih sulit merasa puas dengan hidup kamu saat ini.
Karena toxic feminity berarti mengikuti serangkaian ide yang sangat terbatas tentang apa arti feminitas, ini juga dapat menimbulkan rasa tidak aman atau bahkan membuat kamu membenci diri sendiri. Toxic feminity juga dapat menimbulkan perundungan di tempat kerja yang juga berdampak pada kesehatan mental.
Efek dalam Hubungan
![]() Efek toxic feminity dalam hubungan/Foto: Freepik.com/wayhomestudio |
Feminitas beracun juga dapat memengaruhi hubungan pribadi dan profesional. Menurut Vermani, feminitas beracun dapat mendorong perilaku yang tidak membantu. Akibatnya, kamu mungkin mengalami ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan romantis atau persahabatan.
Dampak Toxic Feminity di Tempat Kerja
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/DragonImages |
Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan perempuan di posisi manajerial yang lebih tinggi, lebih mungkin mengalami intimidasi dari pria yang menduduki posisi yang sama. Hal ini berdasarkan dari keyakinan seksis bahwa perempuan tidak memiliki kemampuan untuk menangani posisi kepemimpinan.
Studi tersebut juga mencatat bahwa perempuan dengan sifat stereotip maskulin juga cenderung mengalami lebih banyak pelecehan di tempat kerja. Sebuah studi tahun 2018 turut mengeksplorasi potensi efek negatif riasan pada persepsi kemampuan kepemimpinan.
Cara Menangani Toxic Feminity
![]() Cara menangani toxic feminity/Foto: Unsplash.com/Suhyeon Choi |
Setelah kamu memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai toxic feminity, mungkin kamu mulai menyadari bahwa kamu pernah mengalami toxic feminity dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli pun menyarankan beberapa cara untuk menangani toxic feminity, yaitu:
- Pertimbangkan dari mana keyakinan kamu berasal.
- Pertanyakan motivasi pada diri sendiri.
- Berlatih memvalidasi diri.
- Perhatikan kapan dan di mana kamu merasa sebagai diri kamu sendiri.
- Berhati-hatilah dengan media yang kamu konsumsi.
Sederhananya, toxic feminity menggambarkan perilaku yang mencerminkan atau mendukung stereotip berbasis gender atau norma sosial bagi perempuan. Paparan terhadap norma dan stereotip sosial ini biasanya sudah ada sejak kita masih kecil. Meski begitu, kamu perlu mengambil langkah untuk mengeksplorasi apa yang mendorong pola pikir dan perilaku yang sering kali berbahaya ini.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |




Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/DragonImages