5 Kesalahpahaman dalam KDRT, Bikin Korban Kerap Jadi Pihak yang Disalahkan!

Dwi Lindah Permatasari | Beautynesia
Jumat, 21 Jul 2023 22:30 WIB
5 Kesalahpahaman dalam KDRT, Bikin Korban Kerap Jadi Pihak yang Disalahkan!
5 Kesalahpahaman dalam KDRT, Bikin Korban Kerap Jadi Pihak yang Disalahkan!/Foto: Pexels.com/Timur Weber

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) maupun kekerasan dalam pacaran merupakan situasi yang sering terjadi di kalangan masyarakat hingga saat ini. Bentuk kekerasan ini mencakup kekerasan fisik, ancaman, pelecehan emosional, hingga pelecehan seksual.

Adapun salah satu penyebabnya adalah salah satu pasangan merasa memiliki kekuasaan atas pasangannya sehingga bertindak melebihi batas. Umumnya, perempuan kerap menjadi korban kekerasan pasangan.

Sayangnya, tidak semua orang memahami bentuk-bentuk kekerasan ini. Lebih lanjut, inilah beberapa kesalahpahaman yang paling umum tentang kekerasan dalam rumah tangga, dilansir dari Everyday Health.

KDRT adalah Kesalahan Korban

ilustrasi korban KDRT/Foto: Pexels/Karolina Grabowska
ilustrasi korban KDRT/Foto: Pexels/Karolina Grabowska

Banyak korban kekerasan dalam rumah tangga percaya bahwa mereka juga berperan dalam pelecehan yang terjadi. Jika mereka dapat melakukan sesuatu yang berbeda, mungkin tidak akan terjadi KDRT.

Kesalahpahaman ini semakin buruk ketika memberitahu orang lain dan mendapat komentar yang tidak percaya korban seperti, “tapi dia ayah yang baik" atau “dia orang yang baik di tempat kerja.”

Kenyataannya, tidak peduli seperti apa perilaku pelaku, korban benar-benar mendapatkan tindakan kekerasan. Perilaku positif dari pelaku sebenarnya hanya bertujuan untuk mendapatkan kekuatan dalam hubungan.

Korban “Menarik” Pelecehan

Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Unsplash/Danie Franco) Ilustrasi/Unsplash/Danie Franco

Beberapa orang melihat riwayat trauma korban sebagai bukti bahwa mereka memiliki banyak pengalaman traumatis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 60,5 persen perempuan pernah mengalami trauma seumur hidup, termasuk kekerasan dalam rumah tangga.

Peristiwa traumatis dari masa lalu ini ternyata dianggap bisa “menarik” pelecehan terjadi. Padahal, dalam skenario apapun, riwayat trauma tidak boleh digunakan untuk melawan seseorang yang mengalami KDRT.

5 Kesalahpahaman dalam KDRT, Bikin Korban Kerap Jadi Pihak yang Disalahkan!

KDRT/ Foto: Pexels/ Mart Production

5 Kesalahpahaman dalam KDRT, Bikin Korban Kerap Jadi Pihak yang Disalahkan!/Foto: Pexels/ Mart Production

Korban Pelecehan Sebaiknya Pergi

ilustrasi/Foto: Freepik/Karolina Grabowska
ilustrasi/Foto: Freepik/Karolina Grabowska

Mengapa korban KDRT tidak langsung pergi begitu saja? Karena semua tidak selalu semudah itu.

KDRT berakar pada perebutan kekuasaan yang sering membuat korban merasa tidak mampu pergi. Mereka yang dilecehkan sering merasa khawatir bahwa pelaku akan menemukan mereka ke mana pun pergi.

Bagi beberapa orang, paksaan ekonomi dan ketergantungan keuangan juga merupakan bagian dari penganiayaan yang membuatnya tidak bisa lepas dari pelaku.

Korban KDRT Sebaiknya Menghubungi Polisi

ilustrasi korban KDRT/Foto: Pexels/Nataliya Vaitkevich
ilustrasi korban KDRT/Foto: Pexels/Nataliya Vaitkevich

Mengapa beberapa korban tidak menghubungi polisi secepatnya? Secara psikologis, korban sering mengalami ketakutan dengan adanya pembalasan fisik jika menghubungi polisi. Jika anak-anak terlibat atau pelaku memiliki kekuasaan keuangan, ada juga ketakutan mengenai bagaimana mental anak-anak dan kemampuan untuk mempertahankan rumah.

Selain itu, bagi banyak orang yang melibatkan penegak hukum, mereka bisa mendapatkan kekerasan lebih lanjut setelah pihak kepolisian meninggalkan rumah atau tempat tinggal pasangan tersebut.

Korban Pelecehan Berbohong

ilustrasi/Foto: Pexels/MART PRODUCTION
ilustrasi/Foto: Pexels/MART PRODUCTION

Beberapa korban KDRT dan pelecehan tidak dapat mengingat secara rinci tentang penyerangan yang terjadi ketika didesak untuk bercerita pada pihak penegak hukum atau orang terdekat. Mereka mungkin menceritakan kronologi yang sedikit berbeda sehingga dianggap tidak jujur tentang peristiwa tersebut.

Sebenarnya, ada alasan psikologis mengapa sebagian penyintas tidak mengingat trauma mereka. Orang mengalami disosiasi selama trauma yang mengganggu pembentukan memori. Semua ingatan terutama tentang trauma dapat terdistorsi setiap kali diingat kembali.

Itulah beberapa kesalahpahaman yang terjadi ketika menghadapi peristiwa KDRT. Dukung korban, bukan memojokkan korban!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE