5 Mitos dan Fakta Menarik Tentang Slow Living, Gaya Hidup Santai tapi Serius
Beauties, adakah momen di mana kamu merasa hidup ini seperti lomba tanpa henti, di mana semua harus bergerak cepat atau takut tertinggal? Rasanya seperti hidup ini adalah perlombaan yang cepat.Â
Nah, di tengah hidup yang bikin kita jadi sprinter tak kenal lelah, muncul tren gaya hidup baru yang menarik, yaitu slow living. Ini adalah sebuah gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih chill, relax, dan tidak bikin stres. Bertolak belakang sekali, bukan dengan gaya hidup yang seperti kejar-kejaran?
Namun, seperti halnya tren atau filosofi baru, slow living juga punya mitos dan fakta yang perlu kamu ketahui biar tidak keliru dalam menerapkannya. Apa saja mitos dan fakta seru seputar slow living? Cuss, simak di bawah ini!Â
Slow Living Berarti Menjadi Pemalas dan Tidak Produktif
![]() Hidup tenang/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio |
Mitos pertama tentang slow living adalah ketika menerapkan gaya hidup ini berarti kamu harus menjadi pemalas dan tidak produktif. Faktanya, gaya hidup ini bukan soal malas atau tidak produktif, tapi lebih ke menikmati setiap momen dengan penuh kesadaran.
Jadi, daripada melakukan segala sesuatu dengan cepat tanpa henti, kamu memilih untuk lebih menghargai dan menikmati setiap momen dengan penuh kesadaran. Dengan begitu, hidup jadi lebih seru dan dan jauh dari drama stres yang bikin pusing.
Hanya Cocok untuk Mereka yang Tinggal di Pedesaan atau Kota Kecil
Slow living dapat diterapkan di kota maupun desa (Gaya hidup lambat/Foto: pexels.com/Ana Madeleine Uribe)
Mungkin kamu pernah mendengar kalau slow living hanya cocok untuk mereka yang tinggal di desa atau kota kecil. Faktanya, gaya hidup lambat ini bisa diadopsi di mana saja karena slow living bukan cuma tentang tempat, tapi juga sikap dan mindset.
Jadi, mau kamu tinggal di pusat kota yang hiruk-pikuk, pinggiran kota yang asyik, atau di tengah desa yang tenang, slow living tetap bisa diterapkan.
Berhenti Menggunakan Teknologi
Gaya hidup slow lovong bukan berarti stop penggunaan teknologi (Mitos slow living/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)
Beauties, slow living bukan berarti kamu berhenti atau tidak menggunakan teknologi sama sekali, ya. Memang benar, gaya hidup lambat ini mengajarkan kamu untuk lebih aware dan hati-hati dalam penggunaan teknologi, tapi bukan berarti kamu jadi anti-teknologi.Â
Sebaliknya, gaya hidup slow living justru mengajarkan kamu untuk menggunakan teknologi secara bijak, bukan malah membiarkan teknologi mengendalikan kehidupanmu. Jadikan teknologi sebagai sahabat, bukan musuh.Â
Slow Living Hanya untuk Orang-orang Kaya Saja
Slow living bisa diterapkan oleh siapa saja (Gaya hidup/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ini adalah salah satu mitos slow living yang kerap beredar di masyarakat. Padahal, siapa saja bisa menerapkan slow living, tidak peduli status ekonomi atau besar pendapatannya.Â
Meski ada aspek-aspek tertentu yang bisa lebih bikin kantong kamu sedikit kering, misalnya memilih makanan organik atau gaya fashion yang ramah lingkungan, tapi intinya slow living adalah soal memprioritaskan hal-hal yang benar-benar kamu anggap penting dan menjalani hidup dengan sederhana, tapi tetap asik.
Tidak Punya Ambisi atau Cita-cita
Mitos slow living adalah tidak punya ambisi atau cita-cita (Slow living/Foto: pexels.com/Michael Burrows)
Yup, ini adalah salah satu mitos seputar slow living yang juga sering terdengar, bahkan tak sedikit orang yang percaya. Faktanya, slow living justru membantu kamu lebih fokus ke hal-hal yang benar-benar penting dan bikin hidup jadi lebih berarti.Â
Gaya hidup lambat ini juga menekankan pada kualitas pengalaman hidup daripada kuantitas pencapaian. Dengan kata lain, meskipun kamu mengadopsi gaya hidup lambat, tidak berarti kamu kehilangan ambisi atau cita-cita, melainkan lebih kepada penyesuaian cara mencapainya supaya lebih seimbang dan memuaskan.Â
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
