7 Alasan Banyak Orang Menyukai Gaya Hidup Minimalis, Termasuk Bisa Turunkan Stres?

Nazwa Yuliana | Beautynesia
Sabtu, 18 Oct 2025 18:00 WIB
6. Memberi Kebebasan Hidup
Memberi kebebasan hidup/ Foto: Pexels.com/ Helena Lopes

Beauties, belakangan ini kita semakin sering mendengar istilah gaya hidup minimalis. Dari unggahan media sosial, buku best seller, hingga serial dokumenter Netflix, minimalisme menjadi salah satu tren hidup yang populer.

Namun, jangan salah, fenomena ini bukan sekadar tren sesaat. Minimalisme tumbuh karena banyak orang merasa lelah dengan kesibukan yang menguras energi, rumah penuh barang, serta budaya konsumtif yang membuat kita terus merasa kurang.

Minimalisme hadir sebagai jalan keluar untuk hidup dengan lebih sedikit, tapi lebih berkualitas. Prinsipnya sederhana, yakni less is more. Dengan barang yang lebih sedikit, kita punya lebih banyak ruang, waktu, ketenangan, dan kebebasan.

Lalu, apa sebenarnya alasan banyak orang beralih ke gaya hidup minimalis? Yuk, kita bahas lebih detail dalam 7 poin berikut, seperti dilansir dari Reality Pathing dan Becoming Minimalist.

1. Menurunkan Stres dan Beban Mental

Menurunkan stres/Foto: Pexels.com/ Anna Shvets

Coba bayangkan, Beauties, pulang ke rumah yang penuh tumpukan barang, rak yang sesak, meja penuh kertas, lemari sulit ditutup. Kondisi ini sering menambah beban mental. Dalam psikologi, lingkungan yang berantakan bisa memicu stres, kecemasan, bahkan menurunkan fokus.

Itulah sebabnya banyak orang memilih gaya hidup minimalis. Dengan mengurangi barang, rumah menjadi lebih lapang, pikiran lebih lega, dan energi positif lebih mudah mengalir. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ruang sederhana dapat membantu tidur lebih nyenyak, menenangkan suasana hati, dan membuat kita lebih produktif.

Menariknya, perubahan kecil sudah bisa memberi dampak besar. Misalnya, hanya dengan membersihkan satu rak buku dan menyisakan yang benar-benar dibaca, suasana ruangan bisa terasa jauh lebih ringan.

2. Fokus pada Hal yang Benar-Benar Penting dan Bermakna

Fokus pada hal yang paling penting/ Foto: Pexels.com/ Agung Pandit Wiguna

Salah satu alasan utama fenomena minimalisme berkembang adalah kesadaran bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kepemilikan barang yang banyak. Minimalisme mengajarkan kita untuk menempatkan energi pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti kesehatan, hubungan, keluarga, dan pengalaman hidup.

Beauties, pernahkah kamu merasa senang ketika membeli barang baru, tapi hanya sebentar? Itulah yang disebut hedonic treadmill, yakni kebahagiaan dari belanja hanya sementara, lalu kita ingin membeli lagi. Minimalisme membantu memutus siklus itu. Dengan mengurangi distraksi, kita jadi lebih mudah menilai apa yang benar-benar memberi makna dalam hidup.

Contohnya, seseorang yang biasanya menghabiskan akhir pekan untuk belanja bisa menggantinya dengan aktivitas bersama keluarga, traveling sederhana, atau belajar hal baru. Hasilnya? Lebih puas secara emosional dan spiritual.

3. Menghemat Waktu dan Energi

Menghemat waktu dan energi/ Foto: Pexels.com/ Ola Dapo

Banyak orang tidak sadar bahwa terlalu banyak barang bisa menyita waktu. Harus membersihkan, merapikan, mencari barang yang hilang, bahkan merasa stres saat rumah terlihat penuh. Padahal, waktu dan energi itu sangat berharga.

Dengan gaya hidup minimalis, semua jadi lebih efisien. Memilih pakaian di pagi hari lebih cepat karena lemari hanya berisi baju yang benar-benar dipakai. Rutinitas membersihkan rumah juga lebih singkat karena barang lebih sedikit. Bahkan, urusan digital pun ikut rapi: notifikasi tidak lagi menumpuk, file tersusun lebih baik, dan pikiran terasa ringan.

Fenomena minimalisme semakin berkembang karena banyak orang ingin hidup lebih fokus. Waktu yang sebelumnya habis untuk mengurus barang bisa dialihkan ke kegiatan produktif, olahraga, atau me-time yang lebih bermanfaat.

4. Meminimalitsir Pengeluaran

Meminimalisir pengeluaran/ Foto: Pexels.com/ Pixabay

Hidup minimalis identik dengan belanja sadar. Artinya, seseorang tidak lagi membeli hanya karena diskon atau tren, melainkan benar-benar mempertimbangkan kebutuhan. Akibatnya, pengeluaran lebih terkendali, tabungan meningkat, dan masa depan lebih aman.

Menurut Becoming Minimalist, salah satu alasan banyak orang mengadopsi gaya hidup ini adalah ingin keluar dari siklus konsumtif. Dengan membeli barang berkualitas dan tahan lama, kita tidak perlu sering mengganti. Selain itu, uang bisa dialihkan ke investasi penting seperti pendidikan, kesehatan, pengalaman, atau liburan bersama keluarga.

Banyak yang merasakan perubahan besar dalam keuangan setelah menerapkan minimalisme. Dari yang sebelumnya sering “kecolongan” belanja impulsif, kini mereka punya lebih banyak ruang untuk menabung atau berinvestasi.

5. Kontribusi Nyata untuk Lingkungan

Berkontribusi pada lingkungan/ Foto: Pexels.com/ Ron Lach

Beauties, sadar nggak kalau semakin banyak kita membeli, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan? Fenomena gaya hidup minimalis juga populer karena orang ingin berkontribusi pada lingkungan. Dengan konsumsi lebih sedikit, kita otomatis mengurangi limbah, polusi, dan penggunaan energi berlebih.

Generasi muda yang peduli pada isu iklim melihat minimalisme sebagai cara sederhana untuk ikut berperan. Membeli barang seperlunya, menggunakan kembali yang masih bisa dipakai, atau menjual barang preloved menjadi langkah nyata.

Bayangkan jika semakin banyak orang mengurangi konsumsi, betapa besar dampaknya bagi bumi. Tidak hanya menghemat sumber daya, tapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk generasi berikutnya.

6. Memberi Kebebasan Hidup

Memberi kebebasan hidup/ Foto: Pexels.com/ Helena Lopes

Semakin banyak barang, semakin banyak tanggung jawab yang harus kita pikul. Kita harus menyimpan, membersihkan, merawat, bahkan memikirkan cara menggunakannya. Minimalisme membebaskan kita dari beban itu.

Banyak orang merasakan bahwa hidup mereka jadi lebih fleksibel setelah beralih ke gaya hidup minimalis. Mereka bisa pindah kota lebih mudah, traveling lebih ringan karena tidak membawa terlalu banyak barang, bahkan lebih berani mengambil keputusan besar tanpa merasa terbebani.

Rasa bebas ini juga muncul secara emosional. Kita tidak lagi merasa “ditentukan” oleh kepemilikan barang, melainkan oleh nilai dan tujuan hidup kita sendiri. Itulah mengapa minimalisme sering dianggap sebagai kebebasan sejati.

7. Relasi Lebih Hangat dan Rasa Syukur yang Menguat

Menguatkan rasa syukur/ Foto: Pexels.com/ Atlantic Ambience

Salah satu dampak positif yang sering dirasakan pelaku minimalisme adalah hubungan sosial yang lebih berkualitas. Dengan mengurangi fokus pada barang, seseorang bisa memberikan lebih banyak waktu dan perhatian kepada orang lain.

Daripada menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, mereka memilih berkumpul bersama keluarga, makan malam tanpa distraksi gawai, atau sekadar jalan-jalan sederhana bersama teman. Hal ini mempererat ikatan emosional dan menciptakan kebahagiaan yang lebih tulus.

Selain itu, hidup sederhana membuat kita lebih mudah bersyukur. Dengan memiliki sedikit, kita belajar menghargai yang ada dan tidak terus-menerus merasa kurang. Rasa syukur ini membuat hati lebih damai dan bahagia.

Fenomena gaya hidup minimalis berkembang pesat karena mampu menjawab kebutuhan nyata manusia modern. Banyak orang merasa hidup terlalu penuh dengan barang, jadwal, dan kewajiban, hingga akhirnya mencari cara untuk kembali sederhana.

Ingat, Beauties, minimalis bukan berarti kekurangan. Justru dengan memiliki lebih sedikit, kita bisa menikmati lebih banyak: lebih tenang, lebih ringan, dan lebih bermakna. Mau menerapkannya?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE