"Bottle of Hope for Gaza", Aksi Kirim Bantuan Botol Berisi Makanan Lewat Laut untuk Warga Gaza

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 29 Jul 2025 12:00 WIB
Bottle of Hope for Gaza, Aksi Kirim Bantuan Botol Berisi Makanan Lewat Laut untuk Warga Gaza/Foto: detikcom

Tak hanya serangan keji Israel, kini warga Palestina harus menghadapi ancaman kelaparan dan malnutrisi. Blokade Israel terhadap bantuan makanan, medis, dan kemanusiaan sejak 2 Maret 2025, memperparah krisis kemanusiaan di Gaza.

Jumlah warga yang meninggal akibat krisis kelaparan dan kekurangan gizi terus meningkat, menjadi 147 orang, termasuk 88 anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin (28/7), dilansir dari Al Jazeera. Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan bahwa stafnya yang berbasis di Gaza menggambarkan orang-orang yang menderita krisis kelaparan layaknya mayat berjalan.

Melihat situasi yang memilukan ini, aktivis dari sejumlah negara meluncurkan inisiatif bernama "A Bottle of Hope for Gaza". Mereka mengirimkan pasokan makanan melalui laut dalam botol plastik tertutup rapat, berharap arus akan membawa botol ini bisa sampai ke Gaza.

Bottle of Hope for Gaza, Botol Berisi Bantuan dan Harapan

Krisis kelaparan melanda Gaza, Palestina

Krisis kelaparan melanda Gaza/Foto: Dok. UN/UNWRA

Para aktivis dari Mesir, Libya, Aljazair, dan Maroko membuat inisiatif "Bottle of Hope for Gaza" sebagai pilihan terakhir di tengah ketidakpedulian global dan tekanan internasional terkait kekejaman Israel di Gaza. Israel terus memblokir semua bentuk bantuan untuk masuk ke Gaza, membuat krisis kelaparan semakin memburuk setiap harinya di Gaza.

Melalui gerakan ini, para aktivis akan mengisi botol air kosong berukuran satu atau dua liter, lalu diisi  dengan satu kilogram beras, lentil, atau kacang-kacangan. Botol itu disegel rapat, kemudian dilepaskan di laut dari pesisir negara-negara Mediterania seperti Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, atau Maroko, dengan harapan arus laut akan membawanya ke pesisir Gaza.

Dilansir dari Turkiye Today, inisiatif ini terinspirasi dari konsep "pesan dalam botol" yang telah digunakan sejak lama. Dalam praktiknya, aksi ini memiliki berbagai tujuan, mulai dari harapan akan ditemukan oleh orang lain, sinyal bahaya, pesan pribadi, hingga penghormatan. 

Aksi ini menjadi viral di media sosial, Beauties. Tagar #1MillionBottlesforGaza menggema di X (dulu Twitter). Tak sedikit netizen yang memuji gerakan ini dan menggambarkannya sebagai "seruan simbolis melawan blokade" dan pesan moral kepada rakyat Gaza, meyakinkan mereka bahwa mereka tidak sendirian menghadapi krisis kelaparan.


Inisiatif Akademisi dan Insinyur Mesir

Krisis kelaparan melanda Gaza, Palestina

Krisis kelaparan melanda Gaza/Foto: Dok. UN/WHO

Seorang akademisi dan insinyur Mesir yang tinggal di Jepang, Dr. Mohamed Sayed Ali Hassan telah meluncurkan inisiatif ilmiah untuk mengirimkan pasokan makanan ke Gaza melalui laut.

Ia menjelaskan bahwa ide tersebut bergantung pada wadah plastik kedap udara berkapasitas 25 liter, yang diisi dengan sekitar 6 hingga 8 kilogram makanan, dengan celah udara 8 liter untuk memastikan daya apung.

Hassan menunjukkan bahwa kontainer-kontainer tersebut harus dijatuhkan setidaknya 4 kilometer dari pantai "dengan sudut 60 derajat ke arah timur laut untuk menghindari arus yang berlawanan arah." Ia menambahkan bahwa arus permukaan di Mediterania timur dapat membawa kontainer-kontainer tersebut ke pantai Gaza dalam waktu 72 hingga 96 jam jika diluncurkan dari daerah seperti Damietta atau Port Said bagian timur.

Melalui unggahannya, Hassan juga mengutip sebuah ayat Al Qur'an, "Dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar, untuk menguji orang-orang yang beriman dengan ujian yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Anfal 8:17)."



Bentuk Solidaritas untuk Warga Gaza

EDMONTON, CANADA - APRIL 27:
Members of the Palestinian diaspora, supported by the local Muslim community and activists from left-wing parties, including the Communist Party of Canada, rally for Gaza under the banner 'End Genocide Now' through Edmonton's Whyte Avenue, on April 27, 2024, in Edmonton, Alberta, Canada. (Photo by Artur Widak/NurPhoto via Getty Images)

Ilustrasi/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Di media sosial, netizen ramai membicarakan inisiatif "Bottle of Hope for Gaza" dengan membagikan foto dan video orang-orang mengisi botol dengan beras hingga kacang-kacangan lalu dilempar ke laut.

"Maafkan kami, saudara-saudara kami, kami tidak bisa berbuat apa-apa," ujar seorang pria Mesir dalam sebuah video yang beredar di media sosial. Ia terlihat melemparkan botol-botol plastik berisi biji-bijian dan tepung ke laut, berharap botol-botol itu akan sampai ke penduduk Gaza yang kelaparan.

Ia mengajak orang lain untuk ikut serta dalam upaya ini, dengan mengatakan, "Botol ini mungkin akan menyelamatkanmu di Hari Kiamat."

Beberapa pengguna media sosial dari Turki juga telah menunjukkan dukungan untuk inisiatif ini. "Saya bersumpah, jika kita mencoba, kita tidak akan rugi apa-apa. Bagaimana menurutmu jika kita segera memulai ini?" ujar seorang pria di video yang beredar.

Mereka menyoroti bahwa arus laut dapat membawa botol-botol ini ke pesisir Gaza, mendorong semua orang untuk berpartisipasi sebagai aksi solidaritas yang sederhana namun bermakna tanpa biaya atau risiko apa pun.

Inisiatif ini mencerminkan seruan rakyat terhadap kebisuan dunia internasional terhadap kondisi meprihatinkan di Gaza. Inisiatif ini membawa pesan kemanusiaan yang kuat: "Ketika daratan ditutup, laut adalah satu-satunya pilihan."

Krisis kelaparan yang melanda warga Palestina di Gaza kian memburuk. Tak hanya serangan dari Israel yang tidak kunjung berhenti, kini warga Palestina juga terancam kelaparan dan malnutrisi. Sejumlah warga Palestina tewas saat berusaha mendapatkan bantuan, mengantre makanan, dan kelaparan.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 19 warga Palestina meninggal karena kelaparan pada Minggu (20/7) dan ratusan warga lainnya yang menderita malnutrisi dapat segera meninggal.

"Krisis kelaparan di Gaza telah mencapai tingkat keputusasaan yang baru. Banyak orang meninggal karena kurangnya bantuan kemanusiaan. Malnutrisi melonjak dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan. Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari," Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE