Dari Pop Mart hingga Mixed-Use, Ini Alasan Retailtainment di Asia Lebih Menarik daripada Mall Biasa

Maura Valysha Carmelie | Beautynesia
Kamis, 21 Aug 2025 11:00 WIB
Dari Pop Mart hingga Mixed-Use, Ini Alasan Retailtainment di Asia Lebih Menarik daripada Mall Biasa
Foto: Pexels.com/Dex Planet

Pernah nggak sih kamu masuk ke sebuah pusat perbelanjaan dan tiba-tiba merasa, “Loh, ini mall atau taman hiburan?” Yup, fenomena ini ada namanya retailtainment. Singkatan dari retail (perdagangan) dan entertainment (hiburan), konsep ini mengubah belanja dari sekadar aktivitas transaksi jadi sebuah petualangan multisensori. Di sini, orang bisa betah berlama-lama, bahkan kalau ujung-ujungnya mereka tidak belanja banyak.

Kalau di Barat konsep ini baru mulai merangkak naik, Asia justru sudah tancap gas. Retailtainment di sini bukan hanya tren sementara, tapi strategi game changer yang buat persaingan ritel makin panas.

Dari Pop Mart dengan koleksi blind box imut yang buat penasaran, sampai kompleks mixed-use yang menggabungkan belanja, kuliner, hiburan, ruang kerja, bahkan taman hijau. Asia tahu betul cara membuat konsumen datang dan balik lagi. Yuk, simak fakta menariknya!

Pop Mart: Beli Blind Box, Dapat Ketegangan & Komunitas

Labubu Pop Mart/Foto: instagram.com/popmart/tiktok.com/noemiemtouch

Pop Mart sukses menyulap aktivitas belanja jadi semacam treasure hunt modern. Konsep blind box buat pembeli tidak tahu karakter apa yang akan mereka dapat sampai kotaknya dibuka. Hal ini menciptakan kombinasi antara rasa penasaran, adrenalin, dan sedikit drama. Apalagi kalau ada hidden rare style, rasa “harus punya” itu langsung naik berkali lipat.

Buat Gen Z dan milenial, ini bukan hanya belanja, tapi juga ritual sosial. Figur Labubu, si “ugly-cute” yang viral gara-gara Lisa (Blackpink), jadi bukti betapa kuatnya efek FOMO.

Menurut Business Insider, Pop Mart mencatat lonjakan penjualan tahunan hingga 107% dan keuntungan melonjak 204% pada 2024. Bahkan di Melbourne, fans rela antre semalaman demi edisi spesial. Benar-benar pemandangan yang sulit dibayangkan terjadi di mall biasa.

Emotional Branding & Kolaborasi Seni

Store Pop Mart Indonesia/Foto: instagram.com/popmartid

Pop Mart juga jago membangun emosi lewat desain. Tak hanya menjual mainan, mereka meramu seni, cerita, dan identitas brand lewat kolaborasi dengan ilustrator dan desainer global hingga menghasilkan lebih dari 100 IP unik menurut TOYMAG Asia.

Menurut OneHealth, salah satu momen puncaknya adalah rilis My Neighbor Totoro x Pop Mart pada Maret 2023. Perpaduan nostalgia Ghibli dan estetika modern Pop Mart buat koleksi ini ludes dalam sekejap, membuktikan bahwa storytelling visual bisa menyentuh lintas generasi.

Paradigma Mixed-Use: Lebih dari Belanja, Ini Destinasi

Jewel Changi Airport (kiri) dan EmQuartier (kanan)/Foto: cntraveler.com/thailandmagazine.com

Di kota-kota besar Asia, konsep mixed-use menghapus batas antara mall, taman, kantor, dan tempat hiburan. Jewel Changi Airport di Singapura misalnya, menghadirkan air terjun indoor tertinggi di dunia dan hutan tropis di tengah bandara menciptakan kesan wow yang buat semua orang ingin berfoto di air terjunnya yang ikonis.

Di Bangkok, EmQuartier memanjakan pengunjung dengan taman terbuka, air terjun artifisial, dan teras kuliner yang terasa seperti piknik urban. Lalu ada Iconsiam, superblok di tepi Sungai Chao Phraya yang memadukan perumahan, hotel, ritel, dan hiburan futuristik menjadikannya bukan sekadar mall, tapi kota kecil dalam satu kompleks.

Menciptakan “Destination Experience”: Hiburan + Belanja

Mr. Bucket Chocolaterie (kiri) dan K11 Art Mall Wuhan (kanan)/Foto: instagram.com/mrbucketchocolaterie/prc-magazine.com

Menurut InDesign Live, retailtainment menggabungkan belanja dengan hiburan nyata yang tidak bisa digantikan e-commerce seperti taman, galeri seni, workshop, hingga bioskop. Contohnya:

  1. K11 Art Mall Wuhan: belanja sambil menikmati ruang pamer seni layaknya museum.
  2. Joyoung Experience Centre: pusat pengalaman interaktif untuk edukasi dan inovasi.
  3. Mr. Bucket Chocolaterie di Singapura: bean-to-bar workshop untuk para pecinta cokelat.

Data dari RH1 dan CBRE menunjukkan, 80% pengunjung mall biasanya hanya window-shopping. Nah, dengan pengalaman multisensori ini, pengunjung terdorong untuk datang, tinggal lebih lama, dan pada akhirnya… belanja lebih banyak.

Ritel + Hiburan = The Perfect Combination

LEGO Store/Foto: gtrmag.com

LEGO Store/Foto: gtrmag.com

Bagi pengelola ritel, retailtainment adalah tameng ampuh melawan dominasi e-commerce. Retail in Asia mencatat, hiburan yang dipadukan dengan ritel mampu memperpanjang durasi kunjungan, dan itu berarti peluang pengeluaran yang lebih besar. Brand global seperti LEGO pun tak mau ketinggalan, menghadirkan “retailtainment store” dengan teknologi AR, instalasi interaktif, dan area kustomisasi minifigure.

Retailtainment di Asia sudah melangkah jauh melampaui definisi mall. Pop Mart memikat lewat rasa penasaran dan komunitasnya, mixed-use menghadirkan destinasi all-in-one, dan elemen hiburan menciptakan alasan untuk datang kembali.

Dengan menggabungkan emosi, visual, budaya, dan interaksi, retailtainment mengubah belanja menjadi cerita bukan sekadar transaksi. Singkatnya, ini bukan hanya soal belanja. Ini tentang pengalaman yang buat kamu ingin mengulangnya lagi dan lagi.

Sekarang kamu jadi lebih paham, kan, Beauties?^^

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.