Mengalami kekerasan seksual dapat meninggalkan luka mendalam pada korban yang mengalaminya. Rekam memori yang teringat jelas, tentu tidak mudah bagi korban untuk bersuara. Namun, tak sedikit pula korban yang berani bersuara demi mendapatkan keadilan. Sayangnya, tak jarang mereka yang berani bersuara malah tidak dipercaya, mendapatkan stigma atau perundungan atas apa yang dialaminya.
Hal tersebut menunjukkan masih minimnya, rasa empati terhadap para korban maupun penyintas atas rasa tidak percaya oleh publik terhadap peristiwa yang menimpa mereka. Lantas, mengapa penting mempercayai korban? Berikut 5 alasan pentingnya mendengarkan dan mempercayai korban kekerasan seksual.
Speak Up Itu Tidak Mudah
Melansir laman resmi organisasi kesehatan mental, ourrescilence.org, memiliki keberanian untuk menyampaikan peristiwa buruk, tentu tidak mudah. Apalagi, hal tersebut menjadi trauma yang terus menghantui korban.
Bersuara bukan hanya untuk korban sendiri, melainkan juga dapat menginspirasi korban-korban lain yang memilih untuk bungkam agar berani bersuara untuk mendapatkan keadilan. Maka, speak up adalah langkah berani oleh korban yang patut kita apresiasi dan damping untuk pemulihan korban dan penyintas.
Dampak Kekerasan Seksual Berpengaruh Besar pada Psikis Korban
Mengalami kekerasan seksual merupakan hal yang tidak diinginkan siapapun. Kekerasan seksual turut membawa dampak, baik secara fisik maupun psikis kepada korban. Depresi, menyalahkan diri sendiri, gangguan kecemasan, gangguan pola makan, hingga rendahnya self esteem pada diri sendiri merupakan dampak yang dirasakan oleh korban. Hal tersebut tentunya mengganggu keseharian korban dalam menjalani kehidupan, sebagaimana dilansir dari laman Psychology Benefits.
Dengan korban bersuara, mereka bisa mendapatkan pendampingan dari profesional dan dukungan dari orang terdekat, di mana dapat menjadi sumber kekuatan agar korban dapat melalui proses pemulihan pasca kejadian.
Tidak Ada Ruang Aman
pexels.com/Kat Smith |
Tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa kekerasan seksual yang dialami korban adalah hal yang memalukan. Berbagai stigma lainnya, seperti korban tidak bisa menjaga dirinya atau pakaian yang dikenakan, menjadi ketakutan sendiri bagi korban untuk membela dirinya sendiri.
Padahal, kekerasan terjadi di luar persetujuannya dan bukan kesalahan korban. Lingkungan yang mengintimidasi, menciptakan tidak ada ruang aman bagi korban untuk melaporkan dan mendapatkan advokasi bagi kasus yang menimpanya.
Berhak Mendapatkan Pendampingan
pexels.com/SHVETS Production |
Pendampingan adalah upaya yang seharusnya diperoleh oleh korban. Peristiwa yang menimbulkan berbagai dampak yang mengganggu tersebut tidak dapat dianggap sebelah mata. Melalui pendampingan dan pengawalan kasus hingga tuntas, hal tersebut dapat semakin memangkas angka kekerasan seksual lainnya yang menimpa siapa pun. Hal tersebut, turut menjadi upaya pencegahan agar kekerasan tidak terulang lagi di kemudian hari.
Kekerasan Seksual Kasus Darurat yang Perlu Dikawal
pexels.com/Rodnae Productions |
Melansir CNN Indonesia, kasus kekerasan seksual di Indonesia mencapai 49.729 kasus yang terjadi sejak 2012 hingga 2021. Hal tersebut menandakan kasus ini kian marak, serta menjadi alarm pengingat, bahwa kasus ini perlu dituntaskan. Selain melalui tindak pidana, menciptakan pola pikir pada masyarakat terkait miskonsepsi stigma korban kekerasan seksual dapat membantu upaya pencegahan dan pengendalian kekerasan seksual agar lebih cepat teratasi.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!